Yazhid Blog

.

Selasa, 25 November 2014

Makalah Streptococcus agalactie

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang             Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas diband... thumbnail 1 summary
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik atau mikroskopik.
            Untuk mengetahui spesies bakteri yang menyebabkan penyakit pada manusia maka dilakukan suatu langkah identifikasi dan isolasi terhadap specimen yang diperoleh dari tubuh manusia yang didiagnosa terinvasi oleh bakteri. Specimen yang biasa digunakan sebagai bahan pemeriksaan dapat berupa sputum, faeces dan sisa-sisa bahan makanan, eksudat atau pus dari abses, dan darah.
            Bakteri  kelompok Streptococcus sp. merupakan bakteri gram positif yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Pada saat system imun menurun maka  bakteri ini akan masuk ke dalam tubuh baik melalui mulut, inhalasi,maupun penetrasi kulit. Jika bakteri ini masuk ke  dalam peredaran darah dan menyebar ke organ tubuh lainnya  maka akan merusak organ-organ tubuh tersebut dan menyebabkan berbagai penyakit. Misalnya Staphylococcus aureus dapat menyebabkan  penyakit infeksi pada folikel rambut dan kelenjar keringat, meningitis, endocarditis, pyelonephritis, dan osteomyelitis
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Manfaat Penulisan



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Morfologi Streptococcus agalactiae
            Streptococcus adalah sel yang bulat atau sferis, tersusun berpasangan atau dalam  bentuk  rantai,  merupakan  bakteri  Gram  positif.  Streptococcus  adalah golongan bakteri yang heterogen. Semua spesiesnya merupakan bakteri non motil, non-sporing dan menunjukkan hasil negative untuk tes katalase, dengan syarat nutrisi kompleks. Semuanya anaerob fakultatif, kebanyakan berkembang di udara tetapi  beberapa  membutuhkan  CO2  untuk  berkembang.  Semua  spesies  pada Streptococcus tidak dapat mereduksi nitrat. Streptococcus memfermentasi glukosa dengan produk utama adalah asam laktat, tidak pernah berupa gas. Banyak spesies merupakan anggota dari mikroflora normal pada membran mukosa pada manusia ataupun hewan, dan beberapa bersifat patogenik.
            Streptococcus digolongkan berdasarkan kombinasi sifatnya, antara lain sifat pertumbuhan koloni, pola hemolisis pada agar darah (hemolisis  alpha, hemolisis betha atau tanpa hemolisis), susunan antigen pada zat dinding sel yang spesifik untuk golongan tertentu dan reaksi-reaksi biokimia.
            Streptococcus agalactie merupakan bakteri gram positif dari famili Streptococcaceae yang memiliki 6 genus dan digolongkan kedalam genus streptococcus grup B. Merupakan bakteri non hemolitik coccus, koloninya sangat kecil namun dengan media Edward terlihat warna biru.Streptococcus agalactiae merupakan sebagian dari flora normal pada vagina dan mulut wanita pada 5-25 %. Bakteri ini secara khas merupakan betha hemolitik dan membentuk daerah hemolisis yang hanya sedikit lebih besar dari koloni (bergaris tengah 1-2 mm). Streptococcus golongan B menghidrolisis natrium hipurat dan memberi respons positif pada tes CAMP (Christie, Atkins, Munch-Peterson), peka terhadap basitrasin.

2.2 Klasifikasi Streptococcus Agalactiae
Kingdom         :           Bacteria
Phylum            :           Firmicutes
Class                :           Bacilli
Ordo                :           Lactobacillales
Family             :           Streptococcaceae
Genus              :           Streptococcus
Spesies            :           S. Agalactiae
2.3 Dasar Patogenitas
            Streptococcus agalactiae mempunyai dasar-dasar patogenitas antara lain :
§  Mempunyai simpai sebagai komponen virulensi utama
§  Antibodi antisimpai bersifat protektif jika dibantu oleh sel-sel fagosit yang kompeten dan komplemen
            Streptococcus  agalactiae  mampu  bertahan  pada  inang  dalam  temperatur tinggi, tergantung dari kemampuannya untuk melawan fagositosis. Isolat  dari  Streptococcus  agalactiae  memproduksi  kapsul  polisakarida. Kapsul polisakarida tersebut tersusun atas galaktosa dan glukosa, berkombinasi dengan  2-acetamido-2-deoxyglucose,  N-acetylglucosamine  dan  pada  ujungnya terdapat asam sialik, yang memberikan muatan negatif.
            Kapsul  polisakarida  tersebut  merupakan  faktor  virulensi  yang  penting. Kapsul-kapsul tersebut menghalangi fagositosis dan sebagai komplemen saat tidak ada antibodi. Hasil selanjutnya dihilangkan bersama dengan pengeluaran residu asam sialik, dan kekurangan serum antibodi untuk melengkapi antigen tidaklah opsonik. Meskipun  infeksi/penyerangan  bisa  saja  dihubungkan  dengan  semua serotype, namun  golongan  dengan  kapsul serotype  III mendominasi isolat dari infeksi neonatal.
2.4 Penyakit yang Ditimbulkan dan Gejalanya
Streptococcus  agalactiae  merupakan  penyebab  penting  infeksi  pasca salin dan infeksi neonatal. Kira-kira 5-30%. Infeksi pascasalin yang disebabkan oleh bakteri ini adalah endometritis. Sedangkan infeksi neonatal berupa pneumonia, sepsis dan meningitis neonatal. Selain itu bakteri Streptococcus agalactiae juga menyebabkan penyakit nosokomial dan mastitis subklinis pada hewan ternak.
a.   Sepsis neonatus
Streptococcus   agalactiae   menyebabkan   sepsis   neonatus   dengan   2 perwujudan, yaitu :
1.   Timbul segera (dari lahir sampai 2 hari)
§  Bayi yang baru lahir sudah mengandung kuman, tetapi hanya 1/100 di antaranya yang menjadi sakit
§  Infeksi berkaitan dengan komplikasi obsterik, kelahiran prematur atau ”respiratory distress”
§  Angka kematian lebih 50%
2.   Timbul kemudian (7 hari sampai 4 bulan)
§  Ditandai dengan meningitis
§  Sering berakibat kerusakan saraf yang menetap
§  Terutama disebabkan oleh tipe III
§  Angka kematian 15%–20%
b.   Meningitis
            Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian. Penderita  meningitis  yang  bertahan  hidup  akan  menderita  kerusakan  otak sehingga  lumpuh,  tuli,  epilepsi,  retardasi  mental.  Penelitian  menunjukkan bahwa 20-30% pasien meninggal akibat penyakit tersebut, hanya dalam jangka waktu 48 jam. Penyakit meningitis telah membunuh jutaan balita di seluruh dunia. Data WHO  menunjukkan  bahwa  dari  sekitar  1,8  juta  kematian  anak  balita  di seluruh dunia setiap tahun, lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Meningitis yg disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis  penyebab  lain  karena mekanisme  kerusakan dan  gangguan  otak yang  disebabkan  oleh  bakteri  maupun  produk  bakteri  lebih  berat.  Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk menimbulkan gejala penyakit) kuman tersebut sangat pendek, yaitu sekitar 24 jam.
Gejala Meningitis :
*      Pada bayi :
§  Demam
§  Kejang pada tengkuk
§  Rewel/gelisah
§  Susah makan
§  Menangis terus-menerus
§  Lemah
§  Intensitas interaksi berkurang
§  Ubun-ubun membenjol
§  Muncul bercak pada kulit
§  Tangisan lebih keras dan nadanya tinggi
*      Pada anak :
§  Demam
§  Pilek
§  Kejang pada tengkuk
§  Sakit kepala
§  Mual, muntah
§  Bingung/disorientasi
§  Serangan mendadak
§  Tidak suka cahaya terang (fotofobia)
§  Ruam di sekujur tubuh
Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas.
c.   Mastitis Subklinis pada sapi perah
Mastitis adalah penyakit radang ambing yang merupakan radang infeksi. Biasanya penyakit ini berlangsung secara akut, sub akut maupun kronis. Mastitis  ditandai  dengan  peningkatan  jumlah  sel  di  dalam  air  susu, perubahan  fisik  maupun  susunan  air  susu  dan  disertai  atau  tanpa  disertai perubahan patologis atau kelenjarnya sendiri. Di  Indonesia,  kasus  mastitis  masih  banyak  terjadi,  terutama  pada peternakan kecil yang kurang memperhatikan kondisi kandang maupun tingkat kebersihannya.
2.5 Penularan, Penanganan Serta Pencegahan
1.   Meningitis
Angka kematian terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia. Pasien yang terlanjur koma ketika dibawa ke rumah sakit, sulit untuk bisa bertahan hidup. Infeksi lebih sering terjadi pada anak dibanding orang dewasa karena tubuh anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat melawan bakteri tersebut.
Komplikasi penyakit tersebut akan timbul secara perlahan dan semakin parah setelah beberapa bulan. Penularan penyakit melalui percikan ludah saat bersin, batuk, atau berbicara, dari penderita kepada orang sehat.
Seseorang  bisa  diduga  terserang  meningitis  jika  mempunyai  riwayat pneumonia atau infeksi telinga. Dalam beberapa kasus, pengambilan sampel cairan  otak  diperlukan  untuk  mendiagnosa  meningitis.  Pada  orang  sehat, cairan otak tampak bening. Sementara pada penderita meningitis, warna cairan terlihat  keruh  dan  tes  laboratorium  mengindikasikan  banyak  bakteri  dan jumlah sel darah putih yang berlebih.
Kebersihan menjadi kunci utama proses pencegahan terjangkit bakteri penyebab meningitis. Ajarilah anak-anak dan orang-orang sekitar untuk selalu cuci tangan, terutama sebelum makan dan setelah dari kamar mandi. Usahakan pula   untuk   tidak   berbagi   makanan,   minuman   atau   alat   makan,   untuk membantu mencegah penyebaran bakteri.
2.   Mastitis Subklinis
Kemampuan bakteri untuk menempel (adesi) pada sel inang diperantarai oleh  komponen  adesin  bakteri  yang  membantu  perlekatan  bakteri  pada reseptor  spesifik  dari  sel  inang.  Kemampuan  bakteri  untuk  menempel  dan mengaglutinasi eritrosit dapat dipergunakan sebagai model sederhana untuk mempelajari reaksi antara bakteri dengan sel inang secara in vitro.
Streptococcus  agalactiae  yang  mempunyai  hemaglutinin  mempunyai kemampuan  menempel  pada sel  epitel  ambing  jauh  lebih  tinggi  dibanding dengan yang tidak memiliki hemaglutinin. Hemaglutinin diduga merupakan salah satu faktor virulen yang dimiliki bakteri patogen dan bertanggung jawab dalam mekanisme infeksinya.
Lewat  kemampuan  adesi  ini  Streptococcus  agalactiae  terbebas  dari pengaruh pembasuhan organ-organ sekresi, sehingga terhindar dari efek basuh aliran susu. Mastitis disebabkan oleh buruknya sanitasi  kandang. Oleh  karena itu, untuk  pencegahannya   dapat  dilakukan   perbaikan   sanitasi   kandang   atau pembuatan sanitasi kandang yang sesuai aturan.
Secara   umum,   pencegahan   penyakit   yang   disebabkan   oleh   bakteri Streptococcus  agalactiae adalah            dengan            senantiasa        menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu juga dengan membiasakan diri bersih dari kuman, dengan cara  mencuci  tangan  sebelum  makan  dan  sehabis  dari  kamar  mandi,  dengan menggunakan sabun.


2.6 Pengobatan
Pengobatan terhadap bakteri Streptococcus agalactiae secara umum dapat dilakukan dengan pemberian penisilin G. Pemberian vaksin hanya terbatas, karena respons pada anak-anak sangat kurang terhadap antigen polisakarida.
Untuk  mencegah  tertularnya  bayi  dari  ibu  yang  membawa  Streptococcus golongan  B  ini  dapat digunakan  ampisilin intravena  intrapartum. Selain  itu juga  dapat  digunakan  obat  profilaxis  pada  ibu  dengan  biakan  positif  yang mengalami partus prematurus atau ketuban pecah dini. Agen antibakterial sintetik dari kelas oxazolidinone juga dapat digunakan untuk infeksi yang disebabakan oleh bakteri Streptococcus agalactiae.
Selain itu juga dapat digunakan cefepime, yang merupakan suatu antibiotik injeksi  sefalosporin  generasi  IV  dan  merupakan  suatu  molekul  zwitter  ion. Modifikasi pada struktur inti cephem untuk menghasilkan cefepime menciptakan suatu  antibiotik  dengan  suatu  spektrum  antimikrobia  yang  seimbang  dan  luas, sehingga  bisa  digunakan  untuk  perawatan  infeksi  oleh  bakteri  Gram  positif maupun Gram negatif.
Untuk kasus mastitis pada hewan ternak, penggunaan antibiotik sangatlah tepat, terutama penicillin (Benzyl penicillin G, procain penicillin-G, ampicilin), cephalosporin, erythromycin,  neomycin,        novobiosin,            oksitetrasiklin, dan streptomycin.
      2.7 Biakan Selektif (Identifikasi)
Kebanyakan streptococcus tumbuh  dalam  media padat sebagai  koloni discoid, biasanya berdiameter 1-2 mm. Strain yang menghasilkan bahan sampai kering membentuk koloni mukoid (Jawetz, 1986).           
Media yang dapat digunakan untuk menumbuhkan Streptococcus, yaitu sebagai berikut:
      a)      Blood Agar Plate (BAP)
Koloni Streptococcus yang tumbuh pada media ini berukuran kecil-kecil, bulat halus, berdiameter kurang dari 1 mm, pinggiran rata dan disekeliling koloni tampak zone :
      ·         Bening : hemolisis total (Beta streptococcus)
      ·         Jernih kehijauan : hemodigesti (Alpa Streptococcus)
      ·         Tidak berubah sama sekali : Gamma Streptococcus

      b)      Manit Salt Agar (MSA)
Koloni Streptococcus pada media MSA berukuran kecil, smooth, bulat dan cembung-cembung. Warna koloni putih kekuningan, artinya bakteri mampu memfermentasikan bahan dalam media.
2.8 Metode Kerja
Langkah-langkah dalam pemeriksaan bakteri Streptococcus sp. adalah sebagai berikut :
      Hari pertama (I)
Penanaman sampel pada media pemupuk BHIB dan TSB.
      1)      Dengan menggunakan ose yang steril ambil sputum dan tanam pada media BHIB dan TSB.
      2)      Di incubator selama 18-24 jam pada suhu 37˚C. 
      Hari Kedua (II)
      1)      Lakukan pewarnaan gram
      ·         Ambil suspensi bakteri pada BHIB dan TSB menggunakan ose steril.
      ·         Buat apusan pada objek glass yang bersih dan bebas lemak. Setelah kering, fiksasi sediaan.
      ·         Warnai sediaan dengan CGV selama 1-2 menit kemudian bilas dengan air mengalir.
      ·         Tetesi sediaan dengan lugol selama 45 detik-1 menit, bilas dengan air mengalir.
      ·         Lunturkan sediaan dengan alcohol 96% sampai warna luntur, bilas dengan air.
      ·         Tetesi sediaan zat warna safranin selam 1 menit, bilas dengan air.
      ·         Setelah preparat kering, amati dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 100.
      2)      Penanaman pada media selektif BAP dan MSA
      ·         Dengan menggunakan ose steril ambil suspensi bakteri pada BHIB atau TSB lalu goreskan dipermukaan media BAP dan MSA.
      ·         Incubator selama 18-24 jam dengan suhu 37˚C.
      Hari Ketiga (III)
      ·         Lakukan Pewarnaan gram dengan mengambil koloni yang sesuai pada media MSA dan BAP
      ·         Dari koloni yang sama diambil dengan menggunakan ose steril lalu diuji dengan plasma citrate. Koloni ditambahkan dengan plasma citrate (Natrium citrate 1 ml + darah 4 ml/dicentrifuge).
      ·         Dari koloni yang sama diambil dengan ose steril lalu dilakukan ter katalase. Tetesi objek glass degan H2O2 lalu tambahkan koloni dan homogenkan.
      ·         Penanaman pada media TSIA. Dengan menggunakan ose lurus (nahl) yang steril ambil kolono nakteri dari media BAP dan MSA kemudian tanam pada TSIA.
      ·         Media yang sudah ditanami dimasukkan dalam incubator selama 18-24 jam dengan suhu 37˚C.
      Hari keempat (IV)
      ·         Pewarnaan gram untuk koloni ysng tumbuh pada TSIA.
      ·         Penanaman pada media biokimia dan gula-gula. Dengan koloni yang sama dari TSIA diambil dan ditanam pada media media biokimia (SIM, SCA, urea, dan MR/VP), dan gula-gula (glukosa, sukrosa, maltose, manitol, dan laktosa)
      ·         Di incubator selama 18-24 jam pada suhu 37˚C.
      Hari kelima (V)
Amati perubahan yang terjadi pada media SIM, MR/VP, urea, glukosa, laktosa, maltose, sukrosa, dan manitol.
      ·         Untuk media SIM tabahkan dengan reagen covac’s 2-3 tetes.
      ·         Untuk media MR ditetesi dengan indicator Methyl Red 3 tetes.
      ·         Untuk media VP ditetesi dengan KOH 10% 4 tetes dan α- naftol 12 tetes.
      Hasil pengamatan disesuaikan dengan tabel biokimia untuk menentukan jenis bakteri.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Streptococcus agalactie merupakan bakteri gram positif dari famili Streptococcaceae yang memiliki 6 genus dan digolongkan kedalam genus streptococcus grup B. Merupakan bakteri non hemolitik coccus, koloninya sangat kecil namun dengan media Edward terlihat warna biru.Streptococcus agalactiae merupakan sebagian dari flora normal pada vagina dan mulut wanita pada 5-25 %. Bakteri ini secara khas merupakan betha hemolitik dan membentuk daerah hemolisis yang hanya sedikit lebih besar dari koloni (bergaris tengah 1-2 mm).
Streptococcus agalactiae mempunyai dasar-dasar patogenitas antara lain :
§  Mempunyai simpai sebagai komponen virulensi utama
§  Antibodi antisimpai bersifat protektif jika dibantu oleh sel-sel fagosit yang kompeten dan komplemen

3.2 Saran
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.



Comments
0 Comments

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Recent Posts