Yazhid Blog

.

Senin, 24 November 2014

Makalah system koloid

BAB I PENDAHULUAN A.    Pengertian Koloid System koloid adalah ssuatu bentuk campuran yang keadaanya terletak antara larutan dan ... thumbnail 1 summary
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Pengertian Koloid

System koloid adalah ssuatu bentuk campuran yang keadaanya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dari sifat larutan atau suspensi
Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid.
Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari. Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem koloid, bahan makanan seperti susu, keju, nasi, dan roti adalah sistem koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid.
Karena sistem koloid sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari, kita harus mempelajarinya lebih mendalam agar kita dapat menggunakannya dengan benar dan dapat bermanfaat untuk diri kita.
Koloid adalah suatu sistem campuran ”metastabi” (seolah-olah stabil , tapi akan menisah setelah waktu tertentu). Koloid berbeda dengan larutan; larutan bersifat stabil.
Disalam larutan koloid secara umum ada dua zat sebagai berikut :
-          Zat terdispersi. Yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
-          Zat pendispersi, yakni zat pelarut didalam larutan koloid.
Berdasarkan fase terdispersi maupun fasi pendispersi suatu koloid dibagi sebagai berikut :
Fase terdispersi
pendispersi
Nama Kolooid
Contoh
Gas
Gas
Bukan koloid karena gas bercampur secara homogen
Gas
Cair
Busa
Buih, sabun, ombak, krim kocok
Gas
Padat
Busa padat
Batu kapur kasur busa
Cair
Gas
Aerosl cair
Obat semprot, kabut, hair spray di udara
Cair
Cair
Emulsi
Air santan air susu mayones
Cair
Padat
Gel
Mentega, agar-agar
Padat
Gas
Aerosol padat
Debu, gas knalpot, asap
Padat
Cair
Sol
Cat, tinta
Padat
padat
Sol padat
Tanah, kaca, lumpur


B.   Penggologan Koloid

Koloid dapat di golongkan berdasarkan bentuk partikelnya, cara pembentukannya, interaksi antara kedua fasa dan perubahannya menjadi bukan koloid.
a.    Bentuk Partikel
Dari segi bentuk partikel koloid dapat berupa :
-          Lembaran ( laminar )
-          Serat ( fibrilar )
-          Butiran ( korpuskular )
Ketiga bentuk ini di tentukan oleh jenis dan cara terbentuknya koloid.
b.    Cara Pembentukannya
Berdasarkan cara pembentukannya koloid di bedakan menjadi koloid disperse, koloid asosiasi dan koloid makromolekul.
1.    Koloid Dispersi yaitu, koloid yang terbentuk dari penyebaran ( dispersi ) partikel-partikel kecil yang tidak larut dalam medium ( fasa pendispersi ) dengan membentuk agrigal molekul atau atom yang sangat  banyak. Contohnya disperse koloid emas ( Au) dan belerang ( S).
2.    Koloid Asosiasi yaitu koloid yang terbentuk dari gabungan (asosiasi) molekul-molekul kecil, atom atau ion yang larut dalam medium sehingga membentuk agrigat-agrigat molekul yang di sebut misel. Contohnya laritan sabun dan deterjen.
3.    Koloid Makromolekul yaitu koloid yang terbentuk dari molekul tunggal yang sangat besar ( makromolekul ). Contohnya protein dan polimer tinggi seperti karet dan plastic.
c.    Interaksi dengan Medium
Di tinjau dari interaksinya antara fasa terdispersi dengan fasa pendispetsi ( medium ), koloid di bedakan menjadi koloid liofil dan liofob.
1.    Koloid loifil yaitu koloid yang mempunyai mempunyai daya tarik kuat dengan medium pendispersinya, sehingga sulit di pisahkan ( stabil ).Jika mediumnya air di sebut koloid hidrofil. Contoh agar-agar dan tepung kanji dalam air.
2.    Kolid liofob, yaitu koloid yang daya tariknya kecil terhadap medium pendispersinya, sehingga cenderung memisah ( tak stabil ) Bila mediumnya air di sebut koloid hidrofob. Contohnya koloid Fe ( OH )3 dan sol emas dalam air.
d.    Perubahan Bentuk
Menurut perubahan bentuknya koloid di bedakan menjadi koloid reversibal dan irreversibel..
  1. Koloid Reversibel yaitu koloid yang dapat berubah menjadi bukan koloid demikian pula sebaliknya. Contoh : Plasma darah kering dan susu bubuk keduanya dapat menjadi koloid bila di campurkan air dan menjadi bukan koloid kembali dengan menguapkan airnya.
  2. Koloid Irreversibel yaitu suatu koloid bisa berubah menjadi bukan koloid tidak dapat menjadi bukan koloid kembali. Contoh : sol belerang dan sol emas.

C.   Sifat – Sifat Koloid

1. Efek Tyndal
-          Peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid
-          Penyebabnya : ukuran yang dimiliki oleh partikel koloid
2. Gerak Brown
-          Gerak lurus tak beraturan (zig-zag) dari partikel koloid dalam medium pendispersi
-          Terjadi akibat tabrakan antara partikel koloid dengan mendium pendispersinya
-          Gerak semakin cepat jika ukuran partikel koloid semakin kecil
-          Gerak Brown menyebabkan system koloid bersifat stabil
3. Elektroforesis
-          adalah pergerakan koloid di bawah pengaruh medan listrik.
-          partikel koloid data bermuatan listrik karena terjadi penyerapan ion pada permukaan
-          Manfaat Elektroforesis
a.    Untuk menentukan muatan partikel koloid
b.    Untuk memproduksi barang barang industri yang terbuat dari karet
c.    Untuk mengurangi zat pencemar udara yang dikeluarkan dari cerobong asap pabrik
b.    dengan alat yang disebut Cottrel

D.   Macam- Macam Koloid

  1. Aerosol.
Adalah system koloid dimana partikel padat atau cair terdispersi dalam gas.
Contoh :
Aerosol padat           : Debu, asap.
Aerosol cair   : Kabut, awan.
Bahan pendingin dan pendorong yang sering digunakan adalah kloroFluoro Karbon (CFC)
  1. Emulsi
Adalah system koloid dimana zat terdispersi dan pendispersi adalah zat cair yang tidak dapat bercampur. Misalnya :
Emulsi minyak dalam air : Santan, susu, lateks, minyak ikan.
Emulsi air dalam minyak : Mentega, minyak rambut, Minyak Bumi.
Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator  yaitu zat yang dapat tertarik  oleh kedua zat cair tersebut.
Contoh : sabun untuk mengemulsikan minyak  dan air. Kasien sebagai emulgator pada susu.
  1. Sol
Adalah suatu system koloid dimana partikel padat terdispersi dalam zat cair
No
Hidrofob
Hidrofil
a
Tidak menarik molekul air tetapi mengabsorpsi ion
Menarik molekul air hingga menyelubungi partikel terdispersi
b
Tidak reversible, apabila mengalami koogulasi sukar menjadi sol lagi
Reversible, bila mengalami koogulasi akan dapat membentuk sol lagi jika ditambah lagi medium pendispersinya.
c
Biasanya terdiri atas zat anorganik
Biasanya terdiri atas zat organik
d
Kekentalannya rendah
Kekentalannya tinggi
e
Gerak brown terlihat jelas
Gerak brown tidak jelas
f
Mudah dikoogulasikan oleh elektrolit
sukar dikoogulasikan oleh elektrolit
g
Umumnya dibuat dengan cara kondensasi
Umumnya dibuat dengan cara dispersi
h
Efek tyndall jelas
Efek tyndall kurang jelas
i
Contoh sol loam, sol belerang, sol Fe (OH)3 sol As2S3, sol Sulfida
Contoh sol kanji, sol protein, sol sabun, sol gelatin

4.  Gel/ jel
Adalah koloid liofil setengah kaku
Contoh : agar-agar, lem kanji, selai, jelly untuk menata rambut.
5.  Buih.
Adalah system koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair
Contoh : Sabun, deterjen, protein.
Zat-zat yang dapat memecah / mencegah buih yaitu eter isoamil alcohol.

E.   Kegunaan Koloid

  1. Mengurai Polusi Udara
  2. Pembuatan Lateks
  3. Penjernihan Air
  4. Sebagai Deodoran
  5. Sebagai bahan makanan atau obat
  6. Sebagai Kosmetik
  7. Bahan pencuci
  8. Menghilangkan kotoran Hasil Industr
  9. Membantu Pasien Gagal Ginjal










BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembekuan Darah
Hemostasis merupakan pristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi pembuluh darah rusak atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi ) dan melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan pembekuan maupun yang melarutkan bekuan.
Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang cedera sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian hemostasis dan thrombosis memiliki 3 fase yang sama:
1.    Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat luka. Trombosit akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan diaktifkan oleh thrombin yang terbentuk dalam kaskade pristiwa koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh ADP yang dilepaskan trombosit aktif lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk dan dengan adanya fibrinogen, trombosit kemudian mengadakan agregasi terbentuk sumbat hemostatik ataupun trombos.
2.    Pembentukan jarring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga terbentuk sumbat hemostatik atau trombos yang lebih stabil.
3.    Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin
Tipe trombos :
§  Trombos putih tersusun dari trombosit serta fibrin dan relative kurang mengandung eritrosit (pada tempat luka atau dinding pembuluh darah yang abnormal, khususnya didaerah dengan aliran yang cepat[arteri]).
§  Trombos merah terutama terdiri atas erotrosit dan fibrin. Terbentuk pada daerah dengan perlambatan atau stasis aliran darah dengan atau tanpa cedera vascular, atau bentuk trombos ini dapat terjadi pada tempat luka atau didalam pembuluh darah yang abnormal bersama dengan sumbat trombosit yang mengawali pembentukannya.
§  Endapan fibrin yang tersebar luas dalam kapiler/p.darah yangamat kecil. Ada dua lintasan yang membentuk bekuan fibrin, yaitu lintasan instrinsik dan ekstrinsik. Kedua lintasan ini tidak bersifat independen walau ada perbedaan artificial yang dipertahankan.
Proses yang mengawali pembentukan bekuan fibrin sebagai respons terhadap cedera jaringan dilaksanakan oleh lintasan ekstrinsik. Lintasan intrinsic pengaktifannya berhubungan dengan suatu permukaan yang bermuatan negative. Lintasan intrinsic dan ekstrinsik menyatu dalam sebuah lintasan terkahir yang sama yang melibatkan pengaktifan protrombin menjadi thrombin dan pemecahan fibrinogen yang dikatalis thrombin untuk membentuk fibrin. Pada pristiwa diatas melibatkan macam jenis protein yaitu dapat diklasifikaskan sebagai berikut:
a.    Zimogen protease yang bergantung pada serin dan diaktifkan pada proses koagulasi
b.    Kofaktor
c.    Fibrinogen
d.    Transglutaminase yang menstabilkan bekuan fibrin
e.    Protein pengatur dan sejumla protein lainnya
f.     Lintasan intrinsic
Lintasan intinsik melibatkan factor XII, XI, IX, VIII dan X di samping prekalikrein, kininogen dengan berat molekul tinggi, ion Ca2+ dan fosfolipid trombosit. Lintasan ini membentuk factor Xa (aktif).
Lintasan ini dimulai dengan “fase kontak” dengan prekalikrein, kininogen dengan berat molekul tinggi, factor XII dan XI terpajan pada permukaan pengaktif yang bermuatan negative.
Secara in vivo, kemungkinan protein tersebut teraktif pada permukaan sel endotel. Kalau komponen dalam fase kontak terakit pada permukaan pengaktif, factor XII akan diaktifkan menjadi factor XIIa pada saat proteolisis oleh kalikrein. Factor XIIa ini akan menyerang prekalikrein untuk menghasilkan lebih banyak kalikrein lagi dengan menimbulkan aktivasi timbale balik. Begitu terbentuk, factor xiia mengaktifkan factor XI menjadi Xia, dan juga melepaskan bradikinin(vasodilator) dari kininogen dengan berat molekul tinggi.
Factor Xia dengan adanya ion Ca2+ mengaktifkan factor IX, menjadi enzim serin protease, yaitu factor IXa. Factor ini selanjutnya memutuskan ikatan Arg-Ile dalam factor X untuk menghasilkan serin protease 2-rantai, yaitu factor Xa. Reaksi yang belakangan ini memerlukan perakitan komponen, yang dinamakan kompleks tenase, pada permukaan trombosit aktif, yakni: Ca2+ dan factor IXa dan factor X. Perlu kita perhatikan bahwa dalam semua reaksi yang melibatkan zimogen yang mengandung Gla (factor II, VII, IX dan X), residu Gla dalam region terminal amino pada molekul tersebut berfungsi sebagai tempat pengikatan berafinitas tinggi untuk Ca2+. Bagi perakitan kompleks tenase, trombosit pertama-tama harus diaktifkan untuk membuka fosfolipid asidik (anionic). Fosfatidil serin dan fosfatoidil inositol yang normalnya terdapat pada sisi keadaan tidak bekerja. Factor VIII, suatu glikoprotein, bukan merupakan precursor protease, tetapi kofaktor yang berfungsi sebagai resepto untuk factor IXa dan X pada permukaan trombosit. Factor VIII diaktifkan oleh thrombin dengan jumlah yang sangat kecil hingga terbentuk factor VIIIa, yang selanjutnya diinaktifkan oleh thrombin dalam proses pemecahan lebih lanjut.
B.   Pemutihan Gula

Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan mengadsorbsi zat warna tersebut. Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan.
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Hal ini dilakukan dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel-partikel koloid kemudian akan mengadsorbsi zat warna tersebut.
C.   Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+   +   3H2O    —›    Al(OH)3   +      3H+
               Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian  mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. 
-          Penjernihan Air Sungai
              1.    Air sungai mengandung lumpur ditambah tawas = air jernih.
              2.    Air jernih ditambah kaporit = air jernih bebas kuman.
              3.    Air jernih bebas kuman disaring = air bersih.




-          Penyaringan untuk Menjernihkan Air
Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar limbah rumah tangga maupun limbah industri.
Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam bab ini.
Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya mudah didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan lain-lain.
Uraian Singkat
Cara penjernihan air ini sama dengan cara penyaringan I. Perbedaanya terletak pada penyusunan drum atau bak pengendapan dan bak penyaringan, serta susunan lapisan bahan penyaring.
Bahan
1.    10 (sepuluh) kg arang
2.    10 (sepuluh) kg ijuk
3.    pasir beton halus
4.    batu kerikil
5.    2 (dua) buah kran 1 inci
6.    batu dengan garis tengah 2-3 cm

Peralatan
1.    1 (satu) buah bak penampungan
2.    1 (satu) buah drum bekas
Pembuatan
1.    Sediakan sebuah bak atau kolam dengan kedalaman 1 meter sebagai bak penampungan.
2.    Buat bak penyaringan dari drum bekas. Beri kran pada ketinggian 5 cm dari dasar bak. Isi dengan ijuk, pasir, ijuk tebal, pasir halus, arang tempurung kelapa, baru kerikil, dan batu-batu dengan garis tengah 2-3 cm (lihat Gambar).
Penggunaan
1.    Air sungai atau telaga dialirkan ke dalam bak penampungan, yang sebelumnya pada pintu masuk air diberi kawat kasa untuk menyaring kotoran.
2.    Setelah bak pengendapan penuh air, lubang untuk mengalirkan air dibuka ke bak penyaringan air.
3.    Kemudian kran yang terletak di bawah bak dibuka, selanjutnya beberapa menit kemudian air akan ke luar. Mula-mula air agak keruh, tetapi setelah beberapa waktu berselang air akan jernih. Agar air yang keluar tetap jernih, kran harus dibuka dengan aliran yang kecil.


Pemeliharaan
1.    Ijuk dicuci bersih kemudian dipanaskan di matahari sampai kering
2.    Pasir halus dicuci dengan air bersih di dalam ember, diaduk sehingga kotoran dapat dikeluarkan, kemudian dijemur sampai kering.
3.    Batu kerikil diperoleh dari sisa ayakan pasir halus, kemudian dicuci bersih dan dijemur sampai kering.
4.    Batu yang dibersihkan sampai bersih betul dari kotoran atau tanah yang melekat, kemudian dijemur.
Keuntungan
1.    Air keruh yang digunakan bisa berasal dari mana saja misalnya : sungai, rawa, telaga, sawah dan sumur.
2.    Cara ini berguna untuk desa yang jauh dari kota dan tempatnya terpencil.
Kerugian
1.    Air tidak bisa dialirkan secara teratur, karena air dalam jumlah tertentu harus diendapkan dulu dan disaring melalui bak penyaringan.
2.    Bahan penyaring harus sering diganti.
3.    Air harus dimasak lebih dahulu sebelum diminum








BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


A.   Kesimpulan

Dari pembahasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pengumpalan darah, penjernihan air dan pemutihan gula juga termasuk dalam sistem koloid.

B.   Saran

Di harapkan kepada pembaca khususnya mahasiswa Analis Kesehatan agar dapat memahami dan mengetahui tentang Ssistem koloid khususnya dalam bidang kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

 

Iptek – Apji, Penjernihan Air Dengan Biji Kelor (Moringa Oleifera) http://iptek.apjii.or.id/pengelolaan%20air%20&%20sanitasi/PIWP/penjernihan_air_biji_kelor.html
IPTEKnet, 2005, TANAMAN OBAT INDONESIA, Kelor (Moringa oleifera, Lamk.), http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=144
PUSKIM, Instalasi Pengolahan Air (IPA) dengan Biji Kelor dan Pohon Kelor http://www.kimpraswil.go.id/balitbang/puskim/protek_kim/ttg_kim_270701/ttg_kim_ispadbk.htm
Wikipedia, Appropriate Technology, http://en.wikipedia.org/wiki/Appropriate_technology
FG Winarno, Senior scientist M-Brio Biotekindo, Guru Besar Bioteknologi Unika Atma Jaya, Biji Kelor Untuk Bersihkan Air Sungai, Kompas, http://www.ampl.or.id/wawasan/wawasan-isi-pustaka.php?kode=21


Comments
0 Comments

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Recent Posts