DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Eosinofil........................................................................... 3
2.2 Fugsi eosinofil.................................................................................... 4
2.3 Hematopoesis Eosinofil..................................................................... 5
2.4 Ciri
Eosinofil ………………………………………......................... 6
2.5 Kelainan
Eosinofil ………………………………………................ 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 8
3.2 Saran.................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.
Sel darah putih ibarat serdadu penjaga tubuh dari
serangan musuh. Jika kita terluka, maka sel darah putih ini akan berkumpul di
bagian tubuh yang terkena luka, agar tidak ada kuman penyakit yang masuk
melalui luka itu. Fungsi tersebut didukung oleh kemampuan leukosit untuk
bergerak amoeboid (seperti Amoeba) dan sifat fagositosis (memangsa atau
memakan). Jika ada kuman yang masuk, maka dia akan segera melawannya. Dapat
digambarkan, bahwa akan terjadi pertarungan antara kuman dengan sel darah
putih. Timbulnya nanah pada luka itu merupakan gabungan dari sel darah putih
yang mati, kuman, sel-sel tubuh, dan cairan tubuh. Sel darah putih mempunyai
nukleus dengan bentuk yang bervariasi. Ukurannya berkisar antara 10 nm–25 nm.
Fungsi sel darah putih ini adalah untuk melindungi badan dari infeksi penyakit
serta pembentukan antibodi di dalam tubuh. Untuk membedakan strukturnya dari
sel darah merah, Jumlah sel darah putih lebih sedikit daripada sel darah merah
dengan perbandingan 1:700. Pada tubuh manusia, jumlah sel darah putih berkisar
antara 6 ribu–9 ribu butir/mm3, namun jumlah ini bisa naik atau turun. Faktor
penyebab turunnya sel darah putih, antara lain karena infeksi kuman penyakit.
Pada tubuh seseorang yang menderita penyakit tifus, sel darah putihnya hanya
berjumlah 3 ribu butir/mm3. Kondisi sel darah putih yang turun di bawah normal
disebut leukopeni. Pada kondisi ini seseorang harus diberikan obat antibiotik
untuk meningkatkan daya tahan dan keamanan tubuh. Apabila tidak, maka orang
tersebut dapat meninggal dunia.
Pada orang yang terkena kanker darah atau leukemia, sel
darah putih bisa mencapai 20 ribu butir/mm3 atau lebih. Kondisi di mana jumlah
sel darah putih naik di atas jumlah normal disebut leukositosis. Sel darah
putih dibuat di dalam sumsum tulang, limfe, dan kelenjar limfe. Sel darah putih
terdiri atas agranulosit dan granulosit. Agranulosit bila plasmanya tidak
bergranuler, sedangkan granulosit bila plasmanya bergranuler.
1.2 Rumusan Masalah.
- Apa
pengertian dari eosinofil ?
- Apa fungsi eosinofil di dalam tubuh ?
- Bagaimana hematopoesis eosinofil?
- Bagaimana ciri eosinofil ?
- Apa saja kelainan dari eosinofil ?
1.3 Tujuan Penulisan.
- Untuk mengetahui pengertian eosinofil!
- Untuk mengetahui Fungsi eosinofil di dalam
tubuh!
- Untuk mengetahui bagaimana hematopoesis eosinofil!
- Untuk mengetahui ciri eosinofil!
- Untuk mengetahui apa saja kelainan eosinofil!
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Eosinofil.
Eosinofil
merupakan sel
darah putih dari kategori granulosit
yang berperan dalam sistem kekebalan
dengan melawan parasit
multiselular dan beberapa infeksi
pada makhluk vertebrata. Eosinofil
terbentuk pada proses haematopoiesis yang terjadi pada sumsum tulang
sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah. Eosinofil dapat ditemukan pada medulla
oblongata dan sambungan antara korteks otak besar dan timus, dan di dalam
saluran pencernaan, ovarium, uterus, limpa dan lymph nodes. Tetapi tidak
dijumpai di paru, kulit, esofagus dan organ dalam lainnya, pada kondisi normal,
keberadaan eosinofil pada area ini sering merupakan pertanda adanya suatu
penyakit. Eosinofil mengandung sejumlah zat kimiawi antara lain histamin, eosinofil peroksidase, ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase, plasminogen dan beberapa asam amino
yang dirilis
melalui proses degranulasi setelah eosinofil
teraktivasi. Eosinofil merupakan sel substrat peradangan dalam reaksi alergi.
Eosinofil dapat bertahan dalam
sirkulasi darah selama 8-12 jam, dan bertahan lebih lama sekitar 8-12 hari di
dalam jaringan apabila tidak terdapat stimulasi. Sel ini serupa dengan
neutrofil kecuali granula sitoplasmanya lebih kasar dan berwarna lebih merah
gelap (karena mengandung protein basa) dan jarang terdapat lebih dari tiga
lobus inti. Mielosit eosinofil dapat dikenali tetapi stadium sebelumnya tidak
dapat dibedakan dari prekursor neutrofil. Waktu perjalanan dalam darah untuk
eosinofil lebih lama daripada untuk neutropil. Eosinofil memasuki eksudat
peradangan dan nyata memainkan peranan istimewa pada respon alergi, pada
pertahanan melawan parasit dan dalam pengeluaran fibrin yang terbentuk selama
peradangan.
Jumlah eosinofil meningkat selama
alergi dan infeksi parasit. Bersamaan dengan peningkatan steroid, baik yang
diproduksi oleh kelenjar adrenal selama stress maupun yang diberikan per oral
atau injeksi, jumlah eosinofil mengalami penurunan. Jumlah eosinofil pada
kondisi normal berkisar antara 1-3 % atau 0.1-0.3 x10^3/mmk. Peningkatan jumlah
eosinofil (disebur eosinofilia) dapat dijumpai pada alergi, pernyakit
parasitic, kanker (tulang, ovarium, testis, otak), feblitis, tromboflebitis,
asma, emfisema, penyakit ginjal.
2.2 Fungsi
Eosinofil.
Fungsi
eosinophil adalah sebagai salah satu anti bodi untuk melawan elergi dan
bibit parasit di dalam tubuh. Sel
eosinofil (eosinophil) paling banyak jumlahnya selama dalam keadaan alergi. Sel
darah ini membantu tubuh mengatasi berbagai zat beracun di dalam usus. Sel ini
akan banyak terdapat di dalam aliran darah orang-orang yang menderita
trichinosis atau penyakit oleh cacing rambut, yakni suatu infeksi yang sering
terjadi sesudah makan daging babi yang tidak dimasak dengan baik, dan juga
dalam schistosomiasis, yakni suatu infeksi parasit di daerah tropis.
2.3 Hematopoesis
Keterangan:
ü Mieloblas
Bentuk sel yang paling tidak matang pada granulopoiesis, Bentuk sel tidak seragam, inti sering berbentuk oval dan sedikit berlekuk pada satu sisi.
Bentuk sel yang paling tidak matang pada granulopoiesis, Bentuk sel tidak seragam, inti sering berbentuk oval dan sedikit berlekuk pada satu sisi.
ü Promielosit
Bentuk sel yang baru matang pada granulopoiesis setelah mieloblas.Ukurannya bertambah besardibandingkan mieloblas.Inti berbentuk oval, agak bulat.
Bentuk sel yang baru matang pada granulopoiesis setelah mieloblas.Ukurannya bertambah besardibandingkan mieloblas.Inti berbentuk oval, agak bulat.
ü Mielosit
Pemunculan granulasi spesifik, pengecilan lebih lanjut diameter sel dan ukuran inti.
Pemunculan granulasi spesifik, pengecilan lebih lanjut diameter sel dan ukuran inti.
ü Metamielosit
Prekrusor antara mielosit
Prekrusor antara mielosit
ü Sel
band
merupakan eosinofil muda,inti sel berubah bentuk menjadi bentuk kacang atau ginjal yang khas.
merupakan eosinofil muda,inti sel berubah bentuk menjadi bentuk kacang atau ginjal yang khas.
ü Eosinofil
Eosinofil matang.
Eosinofil matang.
2.4 Morfologi dan ciri Eosinofil
-
Besarnya sel : 10 – 15 mikron
-
Letaknya dalam sel : Sentral / Eksentrik
-
Bentuk inti : Bersegmen (2 – 3 lobi)
-
Warna inti : Kebiru-biruan (agak pucat)
-
Luasnya / lebarnya : Relatif lebih besar/lebih lebar.
-
Warna sitoplasma : Oxyphil / Eosinophil / kemerahan.
- Granula dalam sitoplasma : Banyak, sama
besar , bulat, warna orange kemerahan kuning-kuning mengkilap (bronze).
- Granula : Mengandung enzim yang
menghambat mediator inflamasi dan histaminasi.
- Fungsi : Berhubungan dengan Inflamasi
akibat respon Imunologik. Eosinophil mampu melakukan fagositosis tetapi tidak
mampu membunuh kuman.
Sel eosinofil dalam sitoplasmanya terdapat
granula-granula yang berisi dan mempunyai bahan-bahan :
- Peroksidase (untuk
deaminasi oksidatif histamin)
- Aryl Sulfatase B
(yang merusak SRS dari reaksi anafilaktik)
- Histaminase ( untuk
deaminasi oksidatif histamin)
- Fosfolipase D (yang
menginaktifkan platelet anaphylaxis factor)
Sel ini selain berfungsi melindungi tubuh dari
benda asing juga berfungsi mengakhiri reaksi alergi. Sel ini juga banyak
dijumpai pada infeksi parasit.
2.5 Kelainan Eosinofil.
·
Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana
jumlah eosinofil lebih dari 300/µl darah. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan
alergi, infeksi parasit. Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi
merupakan
substansi
khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia adalah
penyakit kulit kronik, dan kanker tulang, otak, testis, dan ovarium.
·
Eosinopenia
adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil kurang dari 50/µl darah. Hal ini
dapat dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan
infeksi berat, juga dapat terjadi pada hiperfungsi koreks adrenal dan
pengobatan dengan kortikosteroid. Pemberian epinefrin akan menyebabkan
penurunan jumlah eosinofil dan basofil, sedang jumlah monosit akan menurun pada
infeksi akut. Walaupun demikian, jumlah basofil, eosinofil dan monosit yang
kurang dari normal kurang bermakna dalam klinik. Pada hitung jenis leukosit
pada pada orang normal, sering tidak dijumlah basofil maupun eosinofil.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Eosinofil
merupakan sel
darah putih dari kategori granulosit
yang berperan dalam sistem kekebalan
dengan melawan parasit
multiselular dan beberapa infeksi
pada makhluk vertebrata.
Eosinofil berfungsi sebagai salah satu anti bodi untuk melawan elergi dan bibit parasit di dalam tubuh. Jumlah eosinofil pada kondisi normal berkisar antara 1-3 %
atau 0.1-0.3 x10^3/mmk.
Hematopoesis
eosinophil meliputi: Meiloid steam cell, meiloblast, promeilosit, meilosit,
metameilosit, cell bend, eosinophil.
Kelainan
eosinophil yaitu, Eosinofilia
atau kenaikan jumlah osinofil dan Eosinopenia atau penurunan jumlah eosinofil.
3.2 Saran
Adapun saran yang ingin
diajukan pada penulisan makalah ini adalah agar kita senantiasa selalu menjaga
kesehatan dan pola hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Frances
K. Widmann, alih bahasa : S. Boedina Kresno dkk., Tinjauan Klinis Atas Hasil
Pemeriksaan Laboratorium, edisi 9, cetakan ke-1, EGC, Jakarta, 1992.
Joyce
LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, EGC,
Jakarta, 2007.
Laboratorium
Patologi Klinik FK-UGM, Tuntunan Praktikum Hematologi, Bagian Patologi
Klinik FK-UGM, Yogyakarta, 1995.
R. Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium
Klinik, Dian Rakyat, Bandung, 1992.
Ronald
A. Sacher & Richard A. McPherson, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi
Wulandari, editor : Huriawati Hartanto, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Edisi 11, EGC, Jakarta, 2004.
Daniela Tagliasacchi and Giorgio Carboni,
Let's Observe The Blood Cells, 1997 on Fun