Yazhid Blog

.

Senin, 12 Desember 2016

MAKALAH EOSINOFIL



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR......................................................................................       i
DAFTAR ISI......................................................................................................       ii

BAB I      PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang...................................................................................       1
1.2  Tujuan Penulisan................................................................................       2
1.3  Rumusan Masalah..............................................................................       2
BAB II     PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Eosinofil...........................................................................       3
2.2  Fugsi eosinofil....................................................................................       4
2.3  Hematopoesis Eosinofil.....................................................................       5
2.4  Ciri Eosinofil ……………………………………….........................       6
2.5  Kelainan Eosinofil ………………………………………................       7
BAB III   PENUTUP
3.1  Kesimpulan........................................................................................       8
3.2  Saran..................................................................................................       8
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang.
Sel darah putih ibarat serdadu penjaga tubuh dari serangan musuh. Jika kita terluka, maka sel darah putih ini akan berkumpul di bagian tubuh yang terkena luka, agar tidak ada kuman penyakit yang masuk melalui luka itu. Fungsi tersebut didukung oleh kemampuan leukosit untuk bergerak amoeboid (seperti Amoeba) dan sifat fagositosis (memangsa atau memakan). Jika ada kuman yang masuk, maka dia akan segera melawannya. Dapat digambarkan, bahwa akan terjadi pertarungan antara kuman dengan sel darah putih. Timbulnya nanah pada luka itu merupakan gabungan dari sel darah putih yang mati, kuman, sel-sel tubuh, dan cairan tubuh. Sel darah putih mempunyai nukleus dengan bentuk yang bervariasi. Ukurannya berkisar antara 10 nm–25 nm. Fungsi sel darah putih ini adalah untuk melindungi badan dari infeksi penyakit serta pembentukan antibodi di dalam tubuh. Untuk membedakan strukturnya dari sel darah merah, Jumlah sel darah putih lebih sedikit daripada sel darah merah dengan perbandingan 1:700. Pada tubuh manusia, jumlah sel darah putih berkisar antara 6 ribu–9 ribu butir/mm3, namun jumlah ini bisa naik atau turun. Faktor penyebab turunnya sel darah putih, antara lain karena infeksi kuman penyakit. Pada tubuh seseorang yang menderita penyakit tifus, sel darah putihnya hanya berjumlah 3 ribu butir/mm3. Kondisi sel darah putih yang turun di bawah normal disebut leukopeni. Pada kondisi ini seseorang harus diberikan obat antibiotik untuk meningkatkan daya tahan dan keamanan tubuh. Apabila tidak, maka orang tersebut dapat meninggal dunia.

Pada orang yang terkena kanker darah atau leukemia, sel darah putih bisa mencapai 20 ribu butir/mm3 atau lebih. Kondisi di mana jumlah sel darah putih naik di atas jumlah normal disebut leukositosis. Sel darah putih dibuat di dalam sumsum tulang, limfe, dan kelenjar limfe. Sel darah putih terdiri atas agranulosit dan granulosit. Agranulosit bila plasmanya tidak bergranuler, sedangkan granulosit bila plasmanya bergranuler.

1.2 Rumusan Masalah.

  1. Apa pengertian dari eosinofil ?
  2. Apa fungsi eosinofil di dalam tubuh ?
  3. Bagaimana hematopoesis eosinofil?
  4. Bagaimana ciri eosinofil ?
  5. Apa saja kelainan dari eosinofil ?


1.3 Tujuan Penulisan.

  1. Untuk mengetahui pengertian eosinofil!
  2. Untuk mengetahui Fungsi eosinofil di dalam tubuh!
  3. Untuk mengetahui bagaimana hematopoesis eosinofil!
  4. Untuk mengetahui ciri eosinofil!
  5. Untuk mengetahui apa saja kelainan eosinofil!


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Eosinofil.

Eosinofil merupakan sel darah putih dari kategori granulosit yang berperan dalam sistem kekebalan dengan melawan parasit multiselular dan beberapa infeksi pada makhluk vertebrata. Eosinofil terbentuk pada proses haematopoiesis yang terjadi pada sumsum tulang sebelum bermigrasi ke dalam sirkulasi darah. Eosinofil dapat ditemukan pada medulla oblongata dan sambungan antara korteks otak besar dan timus, dan di dalam saluran pencernaan, ovarium, uterus, limpa dan lymph nodes. Tetapi tidak dijumpai di paru, kulit, esofagus dan organ dalam lainnya, pada kondisi normal, keberadaan eosinofil pada area ini sering merupakan pertanda adanya suatu penyakit. Eosinofil mengandung sejumlah zat kimiawi antara lain histamin, eosinofil peroksidase, ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase, plasminogen dan beberapa asam amino yang dirilis melalui proses degranulasi setelah eosinofil teraktivasi. Eosinofil merupakan sel substrat peradangan dalam reaksi alergi.

Eosinofil dapat bertahan dalam sirkulasi darah selama 8-12 jam, dan bertahan lebih lama sekitar 8-12 hari di dalam jaringan apabila tidak terdapat stimulasi. Sel ini serupa dengan neutrofil kecuali granula sitoplasmanya lebih kasar dan berwarna lebih merah gelap (karena mengandung protein basa) dan jarang terdapat lebih dari tiga lobus inti. Mielosit eosinofil dapat dikenali tetapi stadium sebelumnya tidak dapat dibedakan dari prekursor neutrofil. Waktu perjalanan dalam darah untuk eosinofil lebih lama daripada untuk neutropil. Eosinofil memasuki eksudat peradangan dan nyata memainkan peranan istimewa pada respon alergi, pada pertahanan melawan parasit dan dalam pengeluaran fibrin yang terbentuk selama peradangan. 
Jumlah eosinofil meningkat selama alergi dan infeksi parasit. Bersamaan dengan peningkatan steroid, baik yang diproduksi oleh kelenjar adrenal selama stress maupun yang diberikan per oral atau injeksi, jumlah eosinofil mengalami penurunan. Jumlah eosinofil pada kondisi normal berkisar antara 1-3 % atau 0.1-0.3 x10^3/mmk. Peningkatan jumlah eosinofil (disebur eosinofilia) dapat dijumpai pada alergi, pernyakit parasitic, kanker (tulang, ovarium, testis, otak), feblitis, tromboflebitis, asma, emfisema, penyakit ginjal.


2.2  Fungsi Eosinofil.
Fungsi eosinophil adalah sebagai salah satu anti bodi untuk melawan elergi dan bibit  parasit di dalam tubuh. Sel eosinofil (eosinophil) paling banyak jumlahnya selama dalam keadaan alergi. Sel darah ini membantu tubuh mengatasi berbagai zat beracun di dalam usus. Sel ini akan banyak terdapat di dalam aliran darah orang-orang yang menderita trichinosis atau penyakit oleh cacing rambut, yakni suatu infeksi yang sering terjadi sesudah makan daging babi yang tidak dimasak dengan baik, dan juga dalam schistosomiasis, yakni suatu infeksi parasit di daerah tropis.


2.3  Hematopoesis

               


Keterangan:

  ü  Mieloblas
                        Bentuk sel yang paling tidak matang pada granulopoiesis, Bentuk sel    tidak seragam, inti sering berbentuk oval dan sedikit berlekuk pada satu sisi.
  ü  Promielosit
                        Bentuk sel yang baru matang pada granulopoiesis setelah mieloblas.Ukurannya bertambah besardibandingkan mieloblas.Inti berbentuk oval, agak bulat.
  ü  Mielosit
            Pemunculan granulasi spesifik, pengecilan lebih lanjut diameter sel dan ukuran inti.
  ü  Metamielosit
            Prekrusor  antara mielosit
  ü  Sel band
            merupakan eosinofil muda,inti sel berubah bentuk menjadi bentuk kacang atau ginjal yang khas.
  ü  Eosinofil
           
Eosinofil matang.



2.4  Morfologi dan ciri Eosinofil
- Besarnya sel : 10 – 15 mikron
- Letaknya dalam sel : Sentral / Eksentrik
- Bentuk inti : Bersegmen (2 – 3 lobi)
- Warna inti : Kebiru-biruan (agak pucat)
- Luasnya / lebarnya : Relatif lebih besar/lebih lebar.
- Warna sitoplasma : Oxyphil / Eosinophil / kemerahan.
- Granula dalam sitoplasma : Banyak, sama besar , bulat, warna orange kemerahan kuning-kuning mengkilap (bronze).
- Granula : Mengandung enzim yang menghambat mediator inflamasi dan histaminasi.
- Fungsi : Berhubungan dengan Inflamasi akibat respon Imunologik. Eosinophil mampu melakukan fagositosis tetapi tidak mampu membunuh kuman.
Sel eosinofil dalam sitoplasmanya terdapat granula-granula yang berisi dan mempunyai bahan-bahan :
  1. Peroksidase (untuk deaminasi oksidatif histamin)
  2. Aryl Sulfatase B (yang merusak SRS dari reaksi anafilaktik)
  3. Histaminase ( untuk deaminasi oksidatif histamin)
  4. Fosfolipase D (yang menginaktifkan platelet anaphylaxis factor)
Sel ini selain berfungsi melindungi tubuh dari benda asing juga berfungsi mengakhiri reaksi alergi. Sel ini juga banyak dijumpai pada infeksi parasit.

2.5  Kelainan Eosinofil.

·         Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil lebih dari 300/µl darah. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi, infeksi parasit. Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit kulit kronik, dan kanker tulang, otak, testis, dan ovarium.
·         Eosinopenia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil kurang dari 50/µl darah. Hal ini dapat dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan infeksi berat, juga dapat terjadi pada hiperfungsi koreks adrenal dan pengobatan dengan kortikosteroid. Pemberian epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan basofil, sedang jumlah monosit akan menurun pada infeksi akut. Walaupun demikian, jumlah basofil, eosinofil dan monosit yang kurang dari normal kurang bermakna dalam klinik. Pada hitung jenis leukosit pada pada orang normal, sering tidak dijumlah basofil maupun eosinofil.


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan.

Eosinofil merupakan sel darah putih dari kategori granulosit yang berperan dalam sistem kekebalan dengan melawan parasit multiselular dan beberapa infeksi pada makhluk vertebrata. Eosinofil berfungsi  sebagai salah satu anti bodi untuk melawan elergi dan bibit  parasit di dalam tubuh. Jumlah eosinofil pada kondisi normal berkisar antara 1-3 % atau 0.1-0.3 x10^3/mmk.
Hematopoesis eosinophil meliputi: Meiloid steam cell, meiloblast, promeilosit, meilosit, metameilosit, cell bend, eosinophil.
Kelainan eosinophil yaitu, Eosinofilia atau kenaikan jumlah osinofil dan Eosinopenia atau penurunan jumlah eosinofil.

3.2  Saran
Adapun saran yang ingin diajukan pada penulisan makalah ini adalah agar kita senantiasa selalu menjaga kesehatan dan pola hidup.



DAFTAR PUSTAKA

Frances K. Widmann, alih bahasa : S. Boedina Kresno dkk., Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi 9, cetakan ke-1, EGC, Jakarta, 1992.
Joyce LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, EGC, Jakarta, 2007.
Laboratorium Patologi Klinik FK-UGM, Tuntunan Praktikum Hematologi, Bagian Patologi Klinik FK-UGM, Yogyakarta, 1995.
R. Gandasoebrata, Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat, Bandung, 1992.
Ronald A. Sacher & Richard A. McPherson, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari, editor : Huriawati Hartanto, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, EGC, Jakarta, 2004.
Daniela Tagliasacchi and Giorgio Carboni, Let's Observe The Blood Cells, 1997 on Fun


Comments
0 Comments

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Recent Posts