BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat ini perkembangan informasi
telah berkembang dengan sangat pesat, oleh karena itu sudah banyak pula
perusahaan-perusahaan atau instansi-instansi yang menggunakan sistem informasi
untuk meningkatkan usahanya termasuk Rumah Sakit. Cara untuk meningkatkan usaha
suatu perusahaan ialah dengan cara membangun sistem informasi yang baik. Dan
syarat untuk membangun sistem informasi yang baik yaitu adanya kecepatan dan
keakuratan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Sistem informasi yang
mendukung kinerja suatu instansi akan terlaksana dengan baik dan dapat
menangani berbagai pengolahan data apabila menggunakan teknologi informasi.
Sistem informasi dibuat untuk mempermudah dalam pengelolaan dan penyimpanan
data, maka dapat menghasilkan suatu informasi yang tepat dan akurat. Komputer adalah suatu alat yang dapat
menyimpan data, mengolah data, dan memberikan informasi yang diinginkan secara
tepat dan akurat yang berguna bagi perusahaan untuk kemajuan usahanya.
Adanya sistem informasi yang tepat dan
akurat dapat mengurangi terjadinya kesalahan yan tidak diinginkan sehingga
dapat meningkatkan kinerja yang lebih efisien dan kecepatan operasional
instansi. Namun pencatatan data sudah dilakukan dengan komputerisasi tetapi
hanya sebatas pendaftaran pasien, transaksi, input hasil pemeriksaan dan cetak
hasil. Hal ini masih kurang efektif dan efisien, karena ada proses yang masih
berulang dan sulit diterapkan dalam aplikasi yang terintegrasi terutama dengan
cabang-cabang lainnya. Pengiriman hasil pemeriksaan dengan pasien sering mengalami keterlambatan, karena secara
manual. Sehingga untuk itu, Rumah Sakit sangat memerlukan sistem informasi
laboratorium untuk mempermudah pengerjaan
berbagai hasil sampel pasien demi kepuasan pelayanan rumah sakit kepada
pasien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
alur dari hasil sampel laboratorium pasien diolah?
2. Apa
saja yang harus diperhatikan apabila kita menggunakan LIS( Laboratory
Information System)?
3. Alat
apa saja yang digunaan untuk merancang Sistem Informasi Laboratorium?
4. Sistem
Informasi Laboratorium Berbasis Web e-Chasqui
5. Metode
Sistem Informasi Laboratorium Berbasis Web e-Chasqui
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
alur dimana hasil sampel laboratorium pasien diolah
2. Mengetahui
hal- hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan LIS
3. Mengetahui
alat- alat apa saja yang digunanakan untuk merancang sebuah LIS di Rumah Sakit
4. Mengetahui
Sistem Informasi Laboratorium Berbasis Web e-Chasqui
5. Mengetahui
Metode Sistem Informasi Laboratorium Berbasis Web e-Chasqui
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Sistem Informasi Laboratorium (SIL) Rumah Sakit
Sistem Informasi Laboratorium adalah
sebuah system yang khususnya terdapat di dalam Rumah Sakit yang merupakan
gabungan perangkat dan prosedur yang digunakan untuk mengelola siklus informasi
(mulai dari pengumpulan data sampai pemberian umpan balik informasi) untuk
mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan kinerja laboratorium.
LIS adalah sebuah kelas dari perangkat
lunak yang menangani penerimaan, pemrosesan dan penyimpanan informasi yang
dihasilkan oleh proses laboratorium medis. Sistem ini seringkali harus
berinteraksi dengan instrumen dan sistem informasi lainnya seperti Hospital
Information Sistem (HIS). Disiplin ilmu yang mendukung LIS termasuk diantaranya
yaitu hematologi, kimia, imunologi, bank darah (manajemen donor dan transfusi),
surgical pathology, anatomical pathology, flow cytometry and mikrobiologi.
v Cara
Kerja Sistem Informasi Laboratorium Rumah Sakit :
·
Mengurutkan registrasi
·
Mengirimkan sampel kepada pemeriksa
·
Menerima sampel
Dalam rumah sakit, system informasi
laboratorium memiliki peranan yang penting. Berikut merupakan bentuk- bentuk
operasi yang secara umum dilakukan oleh system laboratorium yaitu :
·
Memasukkan hasil pemeriksaan
·
Laporan laboratorium
Berdasarkan kemampuan peralatan
laboratorium, cara system laboratorium bekerja antar peralatan laboratorium
dengan komputer dapat dikategorikan sebagai berikut :
Ø Unidirectional
:
yaitu
peralatan laboratorium hanya bisa mengirim data ke komputer. Data hasil
pemeriksaan akan dikirim ke komputer, untuk input pemeriksaannya tetap
dilakukan entri sebelum dilakukan pemeriksaan.
Ø Bidirectional
:
yaitu
peralatan laboratorium yang bisa melakukan komunikasi dua arah dengan komputer.
Biasa disebut Query Mode. Tidak semua alat lab memiliki fasilitas ini. Biasanya
alat-alat lab yang baru menyediakan fitur ini. Cara kerja metode ini:
Petugas lab meng-entry biaya pemeriksaan
dan jenis pemeriksaan pada database Hospital Information System (selanjutnya
disebut HIS).
Ø Sampel
dimasukkan ke alat lab.
Ø Alat
membaca Barcode ID (identifikasi) pasien.
Ø Alat
berkomunikasi ke HIS meminta data sesuai dengan ID Pasien.
Ø HIS
mengirimkan data yang ditransaksikan (ID Pasien dan jenis pemeriksaan).
Ø Software
mengubah transaksi menjadi jenis pemeriksaan.
Ø Alat
melakukan pemeriksaan.
Ø Alat
mengirim hasil ke HIS. Metode bidirectional ini memungkinkan analis lab tidak perlu meng-entry ID pasien
dan jenis pemeriksaan, sehingga human error sangat minimal.
v Adapun
fitur - fitur tambahan yang direncanakan oleh SIL :
1. Pengiriman
hasil pemeriksaan laboratorium melalui
email dan SMS pada pasien
Hal ini diupayakan untuk memudahkan pengaksesan
hasil Lab. pasien. Selain itu hal ini dilakukan karena lebih efisien secara
waktu. Hasil pemeriksaan tinggal dibuka dimana saja asal bisa membuka account
email tanpa harus datang langsung ke Rumah Sakit untuk mengambil hasil
pemeriksaan.
2. Pembuatan
berbagai jenis laporan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan Rumah Sakit ataupun pasien
Hal ini dilakukan agar SIL dapat semakin membantu
dan mendukung setiap pihak yang memerlukan hasil data. Hasil pemeriksaan yang
telah diolah dapat dirubah menjadi beberapa bentuk tampilan agar dapat
memudahkan setiap pihak yang ingin menggunakannya.
3. Interface
HL7
HL7 adalah standar pesan yang memungkinkan aplikasi
klinis untuk pertukaran data. HL7 adalah organisasi standar pengembangan
terakreditasi oleh American National Standards Institute (ANSI) untuk penulis
berbasis konsensus standar mewakili pandangan yang luas dari para stakeholder
sistem kesehatan. Dari sudut pandang praktis, komite HL7 telah menyusun koleksi
format pesan dan standar klinis terkait yang longgar mendefinisikan presentasi
ideal informasi klinis. HL7, yang merupakan singkatan dari Tingkat Kesehatan
Tujuh adalah standar untuk bertukar informasi antara aplikasi medis. Standar
ini mendefinisikan format untuk transmisi yang berhubungan dengan kesehatan
informasi. Informasi yang dikirim menggunakan standar HL7 dikirim sebagai
koleksi dari satu atau lebih pesan, masing-masing mengirimkan satu record atau
item yang berhubungan dengan kesehatan informasi.
Contoh
pesan HL7 termasuk catatan pasien, catatan laboratorium dan informasi
penagihan.
Kesehatan
Nama Tingkat 7 melambangkan tujuh lapisan Organisasi Standar Internasional
(ISO) Model Komunikasi:
·
Fisik :
Menghubungkan entitas ke media transmisi
·
Data Link : Menyediakan kontrol error antara node yang berdekatan
·
Jaringan :
Rute informasi dalam jaringan
·
Transportasi : Menyediakan end-to-end kontrol komunikasi
·
Sesi :
Menangani masalah yang tidak masalah komunikasi
·
Presentasi : Mengkonversi informasi
v Adapun
tujuan dari Health Level 7 (HL7) adalah sebagai berikut:
a. Untuk
menyederhanakan pelaksanaan antarmuka antara aplikasi software kesehatan
b. Untuk
membuat standar terbaik dan paling banyak digunakan dalam perawatan kesehatan.
c. Meningkatkan
pemberian perawatan, alur kerja mengoptimalkan, mengurangi ambiguitas dan
meningkatkan transfer pengetahuan antara semua pemangku kepentingan, termasuk
penyedia layanan kesehatan, lembaga pemerintah, komunitas vendor, SDOs sesama
dan pasien, tanpa mengorbankan transparansi, akuntabilitas, kepraktisan, atau
kesediaan kita untuk menempatkan kebutuhan stakeholder pertama.
d. Menghasilkan suatu
framework berupa template struktur
data berdasarkan Reference
Information Model (RIM) yang berisi
spesifikasi tabel dan
field yang sesuai dengan
kebutuhan sistem rumah sakit secara spesifik. Template tersebut akan dijadikan
sumber acuan standar
bagi para pengembang aplikasi perangkat lunak.
v Pengecekkan
sejarah pemeriksaan medis pasien
Dengan adanya system untuk pengecekkan, maka data
yang dihasilkan akan benar- benar
valid, dan semakin kecil kemungkinan terjadi kesalahan. Hal ini akan membantu
paramedic dalam mempercepat keputusan tindakan medis yang selanjutnya akan dilakukan
dalam usaha pengobatan pasien.
2.2 Pemprosesan Spesimen
Laboratorium
Pemrosesan
sampel biasanya bermula dengan :
1. Seperangkat
sampel dan nota permintaan. Khasnya satu set tabung vakutainer yang mengandung
darah, atau spesimen lain manapun akan tiba di laboratorium di tas plastik
kecil bersama dengan nota itu.
2. Nota
dan spesimen itu dicantumkan nomor laboratorium. Biasanya semua spesimen
menerima nomor yang sama, sering dengan stiker yang dapat ditempel di tabung
dan nota.
3. Analisator
memindai barkod label secara otomatis dan permintaan tes yang dinaikmuatkan
dari SIL. Entri permintaan di sistem manajemen laboratorium melibatkan
pengetikan atau pemindaian (di mana barkod digunakan) di nomor laboratorium,
dan memasuki identifikasi pasien, begitupun tiap tes yang diperlukan.
Memerlukan mesin, komputer, dan staf laboratorium untuk mengetahui tes mana
yang dinantikan, dan juga memberikan tempat (seperti bagian RS, dokter atau
pelanggan lain) agar hasilnya dapat diberikan. Untuk sampel biokimiawi, darah
biasanya disentrifugasi dan serum dipisahkan.
4. Biasanya
alur kerja di laboratorium itu padat dari tengah malam hingga pukul 7:00 pagi.
Para perawat dan dokter biasanya meminta pasien dites setidaknya sekali sehari
dengan penghitungan darah dan profil kimiawi yang lengkap. Permintaan itu
kemudian didapat dari selama pengambilan pagi oleh seorang ahli flebotomi.
Dengan cara ini teknisi medis dapat menguji spesimen dan mendapatkan hasil di
kartu pasien untuk dokter untuk dikonsultasikan selama laporan paginya. Waktu
lain buat laboratorium sibuk adalah setelah pukul 3:00 siang saat kantor dokter
praktek swasta tutup. Seorang kurir akan membawa spesimen yang telah didapat
sepanjang hari itu dan mengantarkannya ke laboratorium. Kurir itu juga akan
berhenti di pusat pengambilan dan membawa spesimen.
2.3 Komponen
Yang Digunakan Untuk Membangun Sebuah Sistem Informasi Laboratorium Rumah Sakit
1. Kabel
RS-232 (db9 & db25) dan jack output RS-232 (db9 & db25) serta input PCI
RS-232 untuk instrument Interface Server.
2. Satu
set komputer P4, sebagai Instrument Interface Server (server penghubung antara
peralatan laboratorium dan HIS)
3. Operating
System Windows XP Home atau Professional.
4. Printer
barcode
5. Manual
book masing-masing alat, khususnya keterangan tentang host-interface.
6. Sudah
terinstal HIS atau Rekam Medis Elektronik dan Billing System
7. Beberapa
alat pendukung lainnya. Jika terdapat perbedaan kode antara billing dan hasil
pemeriksaan, software ini akan disesuaikan sesuai kebutuhan masing-masing
laboratorium termasuk juga masalah konversi / ekspansi kodesehingga data
input-output sesuai yang kita inginkan. Semua peralatan laboratorium bisa
diintegrasikan, dengan syarat dilengkapi keterangan tentang host-interface pada
buku manual. Untuk saat ini yang telah diintegrasikan adalah alat yang
menggunakan port serial (RS-232).
2.4 Sistem Informasi Laboratorium
Berbasis Web e-Chasqui
Sistem informasi laboratorium di negara
maju telah terbukti menurunkan turn-around-time (TAT) dari hasil laboratorium,
mengurangi kelebihan dalam pemanfaatan sumber daya, dan menyediakan pemberitahuan
lebih cepat dan lebih lengkap untuk tujuan kesehatan masyarakat. Turn Around Time adalah proses waktu yang diperlukan
untuk mengubah arah pengiriman pada sistem komunikasi saat beroperasi. Dalam
beberapa hal, turn around time berkisar sampai beberapa milidetik,
apabila sering terjadi akan menurunkan unjuk kerja rangkaian komunikasi. TATs
yang lebih pendek dikaitkan dengan penurunan waktu pengobatan, mortalitas,
morbiditas, dan lamanya penginapan di rumah sakit. Penggunaan sistem
laboratorium pada laboratorium pusat di beberapa negara berkembang seperti Peru
dan Rusia. Namun, untuk pengetahuan kita, tidak ada laporan dari penggunaan
sistem ini untuk tautan pengaturan klinis laboratorium.
Ada manfaat berpotensi besar menggunakan
sistem informasi klinis di lokasi dengan infrastruktur terbatas di mana metode
komunikasi lain yang lebih mahal. Namun, meskipun mereka dapat memberikan
banyak manfaat, sistem ini sulit untuk diterapkan. Pada negara berkembang,
diperkirakan bahwa sampai 60% dari semua implementasi teknologi informasi dalam
perawatan kesehatan gagal. Di antara banyak tantangan yang perlu diatasi adalah
laboratorium yang kewalahan dan personil klinis, sering terjadi pergantian
staf, komputer dan akses internet terbatas, dan perubahan yang sering dalam
administrasi dan kebijakan.
Sebuah sistem informasi laboratorium
berbasis web “e-Chasqui”
telah dirancang dan diimplementasikan di Peru untuk meningkatkan ketepatan
waktu dan kualitas data laboratorium. Tim ini diterjunkan di laboratorium TB
nasional, dua laboratorium regional dan dua belas puskesmas percontohan.
Menggunakan penilaian kebutuhan dan alat analisis alur kerja, e-Chasqui
dirancang untuk memberikan peningkatan perawatan pasien, meningkatkan kontrol
kualitas, dan pemantauan serta pelaporan laboratorium lebih efisien.
TB biasanya dapat didiagnosis secara
cepat dengan dahak mikroskop di fasilitas kesehatan setempat, tetapi diagnosis
TB resisten multi-obat (MDR-TB) – didefinisikan sebagai strain TB yang resisten
terhadap setidaknya isoniazid dan rifampisin – membutuhkan tes kerentanan
terhadap obat/drug susceptibility test(DST) yang biasanya dilakukan pada
daerah, bahkan tingkat nasional atau supranasional. Munculnya tuberkulosis yang
resistan terhadap obat (XDR-TB) mempertinggi urgensi diagnosis resistensi obat
mengekang kematian berlebihan dan transmisi berkelanjutan terkait dengan strain
yang sangat resisten. Komunikasi tentang hasil DST antara laboratorium pusat
dan daerah dan fasilitas klinik dapat menjadi masalah, dan hasil dapat memakan
waktu beberapa bulan untuk mencapai tujuan atau tidak pernah tiba, terutama di
negara beban tinggi dengan infrastruktur terbatas. Pengobatan yang tepat dengan
cara pengobatan individual berdasarkan DST meningkatkan hasil pasien dan mengurangi
risiko amplifikasi resistensi obat dan transmisi berkelanjutan. Seperti
komentar Raviglione dan Smith dalam editorial terbaru, “informasi penting untuk
membangun respon [penyakit yang resistan terhadap obat], dan hanya sistem
informasi terkomputerisasi yang memungkinkan pertukaran informasi yang cepat
dalam dan antar negara. “
2.5 Metode Sistem Informasi
Laboratorium Berbasis Web e-Chasqui
Pelaksanaan desentralisasi, DST cepat
berlangsung sebagai bagian dari upaya nasional untuk meningkatkan pelayanan untuk
deteksi dan pengobatan MDR-TB dan XDR-TB oleh Kementerian Kesehatan Peru.
Padahal awalnya hanya National Reference Laboratory (NRL) Peru yang melakukan
DST, kapasitas laboratorium daerah diperluas untuk mencakup lini pertama DSTs
yang cepat dan konvensional. Tipe dahak dari sampel sputum pasien TB yang
dicurigai dari situs pengobatan awal melalui jaringan laboratorium digambarkan
pada Gambar 1. Setiap hasil tes dikomunikasikan berturut-turut, dan dalam
setiap langkah, ada penundaan dan kemungkinan kehilangan hasilnya.
Struktur/Alur kerja laboratorium tuberkulosis di
Lima, Peru.
Metode
1. Penilaian
Kebutuhan
Langkah pertama dalam menciptakan sistem informasi
laboratorium adalah melakukan penilaian kebutuhan stakeholder utama: personil
di pusat-pusat kesehatan, laboratorium regional dan nasional. Setelah bekerja
sama dengan direktur, teknisi laboratorium dan staf entri data di laboratorium
yang berpartisipasi serta dokter, perawat dan teknisi laboratorium lokal di
bebernapa pusat-pusat kesehatan, daftar persyaratan informasi diciptakan.
Sementara sebagian besar persyaratan yang diidentifikasi selama periode awal
ini, muncul selama proses implementasi.
2. Integrasi
ke Alur Kerja Laboratorium
Sistem informasi laboratorium perlu diintegrasikan
dalam alur kerja dari daerah yang sibuk dan laboratorium pusat. Integrasi
sistem informasi masih diperlukan penyesuaian alur kerja untuk memasukkan entri
data, verifikasi digital, dan pencetakan hasil dari sistem. Ini dilakukan
melalui diskusi berulang dengan direksi laboratorium diikuti dengan sesi
latihan selama satu jam untuk semua personil laboratorium. Bagaimanapun
perubahan-perubahan dalam alur kerja tidak mengakibatkan peningkatan tuntutan
waktu; malahan sistem revisi menghasilkan efisiensi yang lebih besar untuk kebanyakan
personel laboratorium, karena database (dengan back-up handal) menghindarkan
kebutuhan untuk fotokopi dan memelihara salinan fisik dari semua hasil di
laboratorium.
3 . Desain
Sistem
Sistem informasi laboratorium elektronik, yang
disebut e-Chasqui, mendukung masuknya desentralisasi dan tampilan pemeriksaan
bakteriologis (mikroskopi, pemeliharaan, identifikasi spesies, dan DSTs). Para
petugas e-Chasqui adalah orang-orang cerdas yang sudah terlatih. Selain itu,
ini termasuk aplikasi untuk menilai kontrol kualitas, menghasilkan laporan
agregat, memberitahu pusat kesehatan hasil baru atau sampel yang
terkontaminasi, dan melacak pasien yang terdaftar dan status tes laboratorium
yang tertunda. e-Chasqui memperluas sistem rekam medis elektronik TB berbasis web,
PIHEMR, yang telah digunakan di Peru sejak tahun 2001. Untuk melindungi
kerahasiaan pasien, e-Chasqui memasukkan enkripsi luas dan fitur keamanan web
untuk rekam medis PIH-EMR. Semua pengguna menandatangani perjanjian kerahasiaan
sebelum diberikan akses.
Sasaran utama dari sistem ini adalah semua
laboratorium, termasuk Pusat-pusat kesehatan, untuk memasuki tes mereka
melakukan dan menggunakan sistem untuk tes lebih lanjut. Namun, dalam tahap
awal semua data dimasukkan di NRL dan laboratorium regional dengan “read-only”
akses yang disediakan untuk Pusat-pusat kesehatan. Oleh karena itu ketika
laboratorium e-Chasqui pertama menerima sampel, mereka memasukkan semua hasil
tes sebelumnya pada sampel tersebut.
4 . Perawatan
Pasien
Inti dari e-Chasqui adalah halaman pasien
tunggal yang mengandung riwayat dari semua tes yang dilakukan untuk pasien pada
sidebar kiri, dan rincian untuk setiap sampel tunggal pada bagian utama dari
halaman (Gambar 2). Untuk satu sampel, tes dapat dilakukan hingga empat
laboratorium berbeda. Semua hasil tes ditampilkan dalam satu halaman ini untuk
memberikan riwayat penuh sampel. Kemampuan pelacakan ini adalah manfaat
tambahan, sebelum e-Chasqui ini diimplementasi, sistem personil laboratorium
dan klinis kekurangan tanggal permintaan tes atau pemeliharaan data ketika
mereka menerima hasil DST. Sistem ini menggunakan algoritma pencarian yang
fleksibel baik nama pasien (termasuk nama parsial) atau oleh nomor identifikasi
tes sampel. Halaman pasien ini, seperti yang lain, hanya berisi teks dan
menggunakan SQL optimal untuk memuat cepat bahkan di daerah dengan bandwidth
rendah.
Dari halaman ini, pengguna dapat memilih tes untuk
dicetak dalam format laporan resmi. Meskipun masing-masing pusat kesehatan
dapat mencetak laporan segera setelah verifikasi laboratorium, setiap
laboratorium juga mencetak salinan dan mengirimkan laporan bercap “resmi”
kepada pusat kesehatan untuk catatan kertas mereka. Karena muatan yang tinggi
dari pasien TB, personil pusat kesehatan meminta kemampuan untuk melihat hasil
terbaru mereka pada satu halaman dan melacak status dari semua sampel mereka
yang sedang diproses. Alat dirancang untuk memenuhi persyaratan ini.
Akhirnya, semua pengguna pusat kesehatan menerima notifikasi email tiap malam
untuk hasil tes baru pasien yang datang ke pusat kesehatan mereka.
Kontrol Kualitas Laboratorium
Personil laboratorium menjelaskan
masalah lama dengan memastikan ketepatan waktu pelaporan hasil. Karena hasil
pemeliharaan atau DST membutuhkan waktu 20 sampai 60 hari untuk dibaca, beberapa
tes “jatuh melalui celah-celah” dan tidak terbaca, atau terlambat dibaca.
Selain itu, mereka juga meminta cara untuk memastikan semua hasil telah masuk,
untuk meminimalkan duplikat tes, dan memantau tingkat kontaminasi. Oleh karena
itu, sistem ini diperluas untuk memasukkan kontrol kualitas alat untuk
mengingatkan personil membaca sampel pada kontaminasi dasar, duplikasi atau
hasil hilang, dan melaporkan angka kontaminasi. Alat ini biasanya secara
otomatis memperbarui tabel atau daftar tes yang menunjukkan informasi yang
tepat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem Informasi Laboratorium adalah
sebuah system yang khususnya terdapat di dalam Rumah Sakit yang merupakan
gabungan perangkat dan prosedur yang digunakan untuk mengelola siklus informasi
(mulai dari pengumpulan data sampai pemberian umpan balik informasi) untuk
mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan kinerja laboratorium. HL7 adalah standar pesan yang memungkinkan
aplikasi klinis untuk pertukaran data. HL7 adalah organisasi standar
pengembangan terakreditasi oleh American National Standards Institute (ANSI)
untuk penulis berbasis konsensus standar mewakili pandangan yang luas dari para
stakeholder sistem kesehatan. Dari sudut pandang praktis, komite HL7 telah
menyusun koleksi format pesan dan standar klinis terkait yang longgar
mendefinisikan presentasi ideal informasi klinis.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas
perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.