BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Malaria
adalah penyakit yang ditularkan nyamuk menular dari manusia yang disebabkan
oleh protista eukariotik dari genus Plasmodium. Ini tersebar luas di daerah
tropis dan subtropis, termasuk banyak dari Sub-Sahara Afrika, Asia dan Amerika.
Malaria
adalah umum di daerah ini karena jumlah yang signifikan dari curah hujan dan
suhu tinggi yang konsisten, hangat, suhu yang konsisten dan kelembaban yang
tinggi, bersama dengan air tergenang di mana larva matang, sediakan nyamuk
dengan lingkungan yang diperlukan untuk pembibitan terus menerus. Penyebab
penyakit ini adalah protozoa, ditemukan pada tahun 1880 oleh Charles Louis
Alphonse Laveran, sedangkan ia bekerja di rumah sakit militer di Constantine,
Aljazair, ia mengamati parasit dalam apusan darah diambil dari seorang pasien
yang baru saja meninggal karena malaria, Hasil penyakit dari perkalian parasit
malaria dalam sel darah merah, menyebabkan gejala yang biasanya termasuk demam
dan sakit kepala, dalam kasus yang parah berkembang menjadi koma, dan kematian.
Malaria masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di Negara berkembang yang beriklim tropis, termaksud Indonesia. Di
dunia terdapat 120 juta kasus malaria setiap tahun dengan angka kematian
berkisar 500.000 – 1,2 juta orang terutama pada anak – anak di bawah 5 tahun,
sehingga mengakibatkan kerugian sosial ekonomi.
Malaria
di sebabkan karena infeksi oleh parasit yaitu :
·
Plasmodium Vivax yang menyebabkan
malaria tertiana benigna.
·
Plasmodium Ovale menyebabkan malaria
tertiana benigna.
·
Plasmodium Malariae menyebabkan malaria
guaitana.
·
Plasmodium Falcifarum menyebabkan
malaria tertiana moligna yang berat, progresif dan biasanya gatal.
1.2
Rumusan Masalah
1. Pengertian
Plasmodium Malariae ?
2. Bagaimanakah
Distribusi geografis ?
3. Bagaimanakah
Morfologi dan daur hidup ?
4. Patologi
dan gejala klinis plasmodium malariae ?
5. Bagaimanakah
diagnosis dari plasmodium malariae ?
6. Prognosis
plasmodium malariae ?
7. Epidemiologi
plasmodium malariae ?
1.3 Tujuan Penulis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Plasmodium Malariae
Plasmodium malariae adalah
penyebab malaria malariae atau malaria kuartana, karena serangan demam berulang
pada tiap hari keempat.
2.2 Distribusi geografis
Penyakit malaria kuartana
meluas meliputi daerah tropic maupun daerah subtropik, tetapi frekuensi
penyakit ini di beberapa daerah cenderung rendah.
2.3 Morfologi dan daur hidup
Daur
praeritrosit pada manuisa belum perna ditemukan. Inokulasi sporozoit Plasmodium
malariae manusia pada simpanse dengan tusukan nyamuk Anopheles membuktikan adanya
stadium praeritrosit Plasmodium malariae. Parasit ini dapat hidup pada simpanse
yang merupakan hospes reservoir yang potensial. Plasmodium rodhaini yang hidup
pada simpanse sinonim dengan Plasmodium malariae pada manusia.
Skizon
praeritrosit menjadi matang 13 hari setelah infeksi. Bila skizon matang,
merozoit dilepaskan ke aliran darah tepi, siklus eritrosit aseksual dimulai
dengan perioditas 72 jam. Stadium trofozoit muda dalam darah tepi tidak berbeda
banyak dengan Plasmodium vivax , meskipun sitoplasmanya lebih tebal dan pada
pulasan Giemsa tampak lebih gelap. Sel darah merah yang dihinggapi Plasmodium
malariae tidak membesar. Dengan pulasan khusus, pada sel darah merah dapat
tampak titik – titik yang disebut titik Ziemann. Trofozoit yang lebih tua bila
membulat besarnya kira – kira setengah eritrosit. Pada sediaan darah tipis,
stadium trofozoit dapat melintang sepanjang sel darah merah, merupakan bentuk
pita, yaitu bentuk yang khas pada plasmodium malariae. Butir – butir pigmen
jumlahnya besar, kasar dan berwarna gelap. Skizon muda membagi intinya dan
akhirnya membentuk skizon matang yang mengandung rata – rata 8 buah merozoit.
Skizon matang mengisi hampir seluruh eritrosit dan merozoit biasanya mempunyai
susunan yang teratur sehingga merupakan bentuk bunga “daisy” atau disebut juga
“roset”.
Derajat
parasitemia pada malaria kuartana lebih rendah dari pada malaria yang
disebabkan oleh spesies lain dan hitung parasitnya (parasite count) jarang
melampaui 10.000 parasit per mm³ darah. Siklus aseksual dengan periodisitas 72
jam biasanya berlangsung sinkron dengan bentuk – bentuk parasit di dalam darah.
Gametosit P. malariae mungkin dibentuk dalm alat – alat dalam dan tampak dalam
darah tepi telah tumbu sempurna. Makrogametosit mempunyai sitoplasma yang berwarna
biru tua berinti kecil dan padat, mikrogametosit, sitoplasmanya berwarna biru
pucat, berinti difus dan lebih besar. Pigmen tersebar pada sitoplasma.
Daur
sporogoni dalam nyamuk Anopheles
memerlukan waktu rata-rata 26 – 28 hari. Pigmen di dalam ookista
berbentuk granula kasar, berwarna tengguli tua dan tersebar di tepi.
2.4 Patologi dan gejala klinis
Masa inkubasi pada infeksi
Plasmodium malariae berlangsung 18 hari dan kadang – kadang sampai 30 – 40
hari. Gambaran klinis pada serangan pertama mirip malaria vivax. Serangan demam
lebih teratur dan terjadi pada sore hari. Parasit Plasmodium malariae cenderung
menghadapi eritrosit yang lebih tua. Kelainan ginjal yang disebabkan oleh Plasmodium
malariae biasa bersifat menahun dan progresif dengan gejala lebih berat dan
prognosisnya buruk. Perjalanan penyakitnya tidak terlalu berat. Anemia kurang
jelas dari pada malaria vivax dan penyulit lain agak jarang. Splenomegali dapat
mencapai ukuran yang besar. Parasitemia asimtomatik tidak jarang dan menjadi
masalah pada donor darah untuk transfuse. Nefrosis pada malaria kuartana sering
terdapat pada anak di Afrika dan sangat jarang terjadi pada orang non – imun
yang di infeksi Plasmodium malariae. Semua stadium parasit aseksual terdapat
dalam peredaran darah tepi pada waktu yang bersamaan, tetapi parasitemia tidak
tinggi, kira – kira 1% sel darah merah yang di infeksi. Mekanisme rekurens
(relaps jangka panjang) pada malaria malariae disebabkan oleh parasit di luar
eritrosit yang menjadi banyak, stadium aseksual daur eritrosit dapat bertahan
di dalam badan, dalam beberapa hal parasit – parasit ini dilindungi oleh
pertahanan sistem kekebalan selular dan humoral manusia, ada factor evasi,
yaitu parasit dapat menghindarkan diri dari pengaruh zat anti dan fagositosis
dan disamping itu bertahannya parasit – parasit ini tergantung pada variasi
antigen yang terus menerus berubah dan dapat menyebabkan relaps.
2.5 Diagnosis
Diagnosis Plasmodium Malariae dapat
dilakukan dengan menemukan parasit dalam darah yang dipulas dengan Giemsa.
Hitung parasit pada Plasmodium
malariae rendah, hingga memerlukan ketelitian untuk menemukan parasit ini.
Seringkali parasit Plasmodium malariae ditemukan pada sediaan darah tipis
secara tidak sengaja, pada penderita yang tidak menunjukkan gejala klinis
malaria. Berikut adalah tes pemeriksaan malaria dengan menggunakan pembuatan
sediaan tetes darah tebal dan apusan darah tipis.
1.
Pembuatan
Sedian Darah Tebal Dan Apusan Darah Tipis :



1. Alat yang
digunakan :
·
Objek glass
·
Spoid 3 ml
·
Tourniquete
·
Pipet tetes
·
Botol Pial
·
Rak Pewarnaan
·
Lanset dan atoklik
·
Kapas
2.
Bahan yang digunakan :
·
Alkohol 70%
·
EDTA
·
Sampel darah kapiler dan darah vena
·
Larutan Methil alcohol
·
Larutan Giemsa I : 9
·
Air mengalir

1.
Pembuatan Sediaan
Tetes Darah Tebal
·
Digunakan darah kapiler
·
Dibersihkan ujung jari (yang dimana
pada pengambilan darah kapiler ini, jari yang digunakan adalah jari manis)
dengan menggunakan kapas alcohol dan
dibiarkan kering.
·
Ditusuk ujung jari manis sedalam ± 5
mm dengan menggunakan lanset steril, sehingga darah keluar dengan sendirinya
tanpa harus ditekan.
·
Dihapus tetesan darah pertama dengan
kapas.
·
Diteteskan tetesan darah berikutnya
pada bagian sebelah kanan objek glass sebanyak 3 titik.
·
Dibuat tetes tetes darah tebal
dengan cara melebarkan tetesan darah tadi berlawanan arah jarum jam sampai
diameter ± 1 cm.
2.
Pembuatan
Sediaan Darah Tipis
·
Digunakan darah vena.
·
Diambil darah vena dengan spoit,
dimana lengan diikat dengan tourniquite untuk membendung aliran darah dan
tangan dikepal.
·
Dimasukkan darah yang telah diambil
ke dalam botol pial yang berisi EDTA untuk mencegah pembekuan darah.
·
Dibuat apusan darah tipis dengan
meneteskan 1 tetes darah diatas objek glass (objek glass tetesan darah tebal)
pada bagian tengah.
·
Dipegang dengan tangan kanan, kaca
penggeser dan diletakkan sisi pendeknya yang datar disebelah kiri dari tetesan
darah.
·
Digerakkan kearah tetesan darah
sehingga mengenai tetesan darah tersebut.
·
Ditunggu sampai darah menyebar ke
seluruh sisi kaca penggeser, lalu digeser segera kaca penggeser ke kiri dengan sudut 30° - 45°.
·
Apusan darah tipis yang baik
terbentuk seperti lidah kucing, pinggir apusan rata dan tidak berlubang –
lubang.
·
Dikeringkan sediaan darah tipis
tersebut.
3.
Pewarnaan
Sedian Tetes Darah tebal dan Apusan Darah Tipis.
·
Diencerkan larutan Giemsa 1 bagian
dengan 9 bagian aquadest.
·
Diletakkan sediaan lalu diteteskan
larutan Methil alcohol sehingga mengenai seluruh permukaan sediaan darah
tipis (pada sediaan darah tebal tidak ditetesi Methil alcohol)
·
Dikeringkan sediaan sejenak (sekitar
½ menit)
·
Ditetesi seluruh permukaan sediaan
darah tebal dan darah tipis dengan larutan Giemsa dan biarkan selama ± 30
menit.
·
Dibilas secara hati – hati sediaan
dengan air mengalir sampai zat pewarna hilang.
·
Dikeringkan sediaan yang telah
dibuat dengan cara diletakkan diatas meja.

Gambar sediaan Tetes darah tebal dan apusan darah tipis
2.
Tes Pemeriksaan Malaria



1.
Alat yang digunakan :
· Mikroskop
· Objek glas
2.
Bahan yang digunakan :
· Oil Imersi
· Sediann darah
tebal dan tipis

· Disiapkan
sediaan darah tebal dan tipis yang telah dibuat.
· Diteteskan
setetes oil imersi pada
sediaan darah tebal dan tipis.
· Diperiksa
dan diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x ( okuler 10x dan
objektif 100x )
· Diamati
sediaan darah tebal terlebih dahulu kemudian sediaan darah tipis secara Zig –
zag.

Gambar
yang didapatkan apabila dilakukan plasmodium malariae, dapat
dilihat dari ganbar di bawah ini :
a)
Plasmodium
Malariae
2.6 Prognosis
Tanpa
pengobatan, infeksi ini dapat berlangsung sangat lama dan relaps pernah
tercatat 30 – 50 tahun sesudah infeksi.
2.7 Epidemiologi
Penyakit
ini bila ada di suatu daerah di Indonesia frekuensinya sangat rendah hingga
tidak merupakan masalah kesehatan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Malaria adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh protozoa
dari genus plasmodium.
Secara parasitologi dikenal 4 genus
Plasmodium dengan karakteristik klinis yang berbeda bentuk demamnya, yaitu :
1) Plasmodium
vivax, secara klinis dikenal sebagai Malaria tertiana disebabkan
serangan demamnya yang timbul setiap 3 hari sekali
2) Plasmodium malaria,
secara klinis juga dikenal juga sebagai Malaria Quartana karena serangan
demamnya yang timbul setiap 4 hari sekali.
3) Plasmodium
ovale, secara klinis dikenal juga sebagai Malaria Ovale dengan
pola demam tidak khas setiap 2-1 hari sekali.
4) Plasmodium
falciparum, secara klinis dikenal sebagai Malaria tropicana atau
Malaria tertiana maligna sebab serangan demamnya yang biasanya timbul setiap 3
hari sekali dengan gejala yang lebih berat dibandingkan infeksi oleh jenis
plasmodium lainnya.
3.2 Saran
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis
ucapkan terimakasih.