Yazhid Blog

.

Selasa, 25 November 2014

Makalah Plasmodium Malaria

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang      Malaria adalah penyakit yang ditularkan nyamuk menular dari manusia yang disebabkan oleh ... thumbnail 1 summary
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
     Malaria adalah penyakit yang ditularkan nyamuk menular dari manusia yang disebabkan oleh protista eukariotik dari genus Plasmodium. Ini tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, termasuk banyak dari Sub-Sahara Afrika, Asia dan Amerika.
     Malaria adalah umum di daerah ini karena jumlah yang signifikan dari curah hujan dan suhu tinggi yang konsisten, hangat, suhu yang konsisten dan kelembaban yang tinggi, bersama dengan air tergenang di mana larva matang, sediakan nyamuk dengan lingkungan yang diperlukan untuk pembibitan terus menerus. Penyebab penyakit ini adalah protozoa, ditemukan pada tahun 1880 oleh Charles Louis Alphonse Laveran, sedangkan ia bekerja di rumah sakit militer di Constantine, Aljazair, ia mengamati parasit dalam apusan darah diambil dari seorang pasien yang baru saja meninggal karena malaria, Hasil penyakit dari perkalian parasit malaria dalam sel darah merah, menyebabkan gejala yang biasanya termasuk demam dan sakit kepala, dalam kasus yang parah berkembang menjadi koma, dan kematian.
     Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Negara berkembang yang beriklim tropis, termaksud Indonesia. Di dunia terdapat 120 juta kasus malaria setiap tahun dengan angka kematian berkisar 500.000 – 1,2 juta orang terutama pada anak – anak di bawah 5 tahun, sehingga mengakibatkan kerugian sosial ekonomi.
     Malaria di sebabkan karena infeksi oleh parasit yaitu :
·           Plasmodium Vivax yang menyebabkan malaria tertiana benigna.
·           Plasmodium Ovale menyebabkan malaria tertiana benigna.
·           Plasmodium Malariae menyebabkan malaria guaitana.
·           Plasmodium Falcifarum menyebabkan malaria tertiana moligna yang berat, progresif dan biasanya gatal.
  1.2 Rumusan Masalah
1.      Pengertian Plasmodium Malariae ?
2.      Bagaimanakah Distribusi geografis ?
3.      Bagaimanakah Morfologi dan daur hidup ?
4.      Patologi dan gejala klinis plasmodium malariae ?
5.      Bagaimanakah diagnosis dari plasmodium malariae ?
6.      Prognosis plasmodium malariae ?
7.      Epidemiologi plasmodium malariae ?
  1.3 Tujuan Penulis

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Plasmodium Malariae
                 Plasmodium malariae adalah penyebab malaria malariae atau malaria kuartana, karena serangan demam berulang pada tiap hari keempat.
2.2 Distribusi geografis
                 Penyakit malaria kuartana meluas meliputi daerah tropic maupun daerah subtropik, tetapi frekuensi penyakit ini di beberapa daerah cenderung rendah.
2.3 Morfologi dan daur hidup
                 Daur praeritrosit pada manuisa belum perna ditemukan. Inokulasi sporozoit Plasmodium malariae manusia pada simpanse dengan tusukan nyamuk Anopheles membuktikan adanya stadium praeritrosit Plasmodium malariae. Parasit ini dapat hidup pada simpanse yang merupakan hospes reservoir yang potensial. Plasmodium rodhaini yang hidup pada simpanse sinonim dengan Plasmodium malariae pada manusia.
                 Skizon praeritrosit menjadi matang 13 hari setelah infeksi. Bila skizon matang, merozoit dilepaskan ke aliran darah tepi, siklus eritrosit aseksual dimulai dengan perioditas 72 jam. Stadium trofozoit muda dalam darah tepi tidak berbeda banyak dengan Plasmodium vivax , meskipun sitoplasmanya lebih tebal dan pada pulasan Giemsa tampak lebih gelap. Sel darah merah yang dihinggapi Plasmodium malariae tidak membesar. Dengan pulasan khusus, pada sel darah merah dapat tampak titik – titik yang disebut titik Ziemann. Trofozoit yang lebih tua bila membulat besarnya kira – kira setengah eritrosit. Pada sediaan darah tipis, stadium trofozoit dapat melintang sepanjang sel darah merah, merupakan bentuk pita, yaitu bentuk yang khas pada plasmodium malariae. Butir – butir pigmen jumlahnya besar, kasar dan berwarna gelap. Skizon muda membagi intinya dan akhirnya membentuk skizon matang yang mengandung rata – rata 8 buah merozoit. Skizon matang mengisi hampir seluruh eritrosit dan merozoit biasanya mempunyai susunan yang teratur sehingga merupakan bentuk bunga “daisy” atau disebut juga “roset”.
                 Derajat parasitemia pada malaria kuartana lebih rendah dari pada malaria yang disebabkan oleh spesies lain dan hitung parasitnya (parasite count) jarang melampaui 10.000 parasit per mm³ darah. Siklus aseksual dengan periodisitas 72 jam biasanya berlangsung sinkron dengan bentuk – bentuk parasit di dalam darah. Gametosit P. malariae mungkin dibentuk dalm alat – alat dalam dan tampak dalam darah tepi telah tumbu sempurna. Makrogametosit mempunyai sitoplasma yang berwarna biru tua berinti kecil dan padat, mikrogametosit, sitoplasmanya berwarna biru pucat, berinti difus dan lebih besar. Pigmen tersebar pada sitoplasma.
                 Daur sporogoni dalam nyamuk Anopheles  memerlukan waktu rata-rata 26 – 28 hari. Pigmen di dalam ookista berbentuk granula kasar, berwarna tengguli tua dan tersebar di tepi.
2.4 Patologi dan gejala klinis
                 Masa inkubasi pada infeksi Plasmodium malariae berlangsung 18 hari dan kadang – kadang sampai 30 – 40 hari. Gambaran klinis pada serangan pertama mirip malaria vivax. Serangan demam lebih teratur dan terjadi pada sore hari. Parasit Plasmodium malariae cenderung menghadapi eritrosit yang lebih tua. Kelainan ginjal yang disebabkan oleh Plasmodium malariae biasa bersifat menahun dan progresif dengan gejala lebih berat dan prognosisnya buruk. Perjalanan penyakitnya tidak terlalu berat. Anemia kurang jelas dari pada malaria vivax dan penyulit lain agak jarang. Splenomegali dapat mencapai ukuran yang besar. Parasitemia asimtomatik tidak jarang dan menjadi masalah pada donor darah untuk transfuse. Nefrosis pada malaria kuartana sering terdapat pada anak di Afrika dan sangat jarang terjadi pada orang non – imun yang di infeksi Plasmodium malariae. Semua stadium parasit aseksual terdapat dalam peredaran darah tepi pada waktu yang bersamaan, tetapi parasitemia tidak tinggi, kira – kira 1% sel darah merah yang di infeksi. Mekanisme rekurens (relaps jangka panjang) pada malaria malariae disebabkan oleh parasit di luar eritrosit yang menjadi banyak, stadium aseksual daur eritrosit dapat bertahan di dalam badan, dalam beberapa hal parasit – parasit ini dilindungi oleh pertahanan sistem kekebalan selular dan humoral manusia, ada factor evasi, yaitu parasit dapat menghindarkan diri dari pengaruh zat anti dan fagositosis dan disamping itu bertahannya parasit – parasit ini tergantung pada variasi antigen yang terus menerus berubah dan dapat menyebabkan relaps.
2.5 Diagnosis
                 Diagnosis Plasmodium Malariae dapat dilakukan dengan menemukan parasit dalam darah yang dipulas dengan Giemsa.
                 Hitung parasit pada Plasmodium malariae rendah, hingga memerlukan ketelitian untuk menemukan parasit ini. Seringkali parasit Plasmodium malariae ditemukan pada sediaan darah tipis secara tidak sengaja, pada penderita yang tidak menunjukkan gejala klinis malaria. Berikut adalah tes pemeriksaan malaria dengan menggunakan pembuatan sediaan tetes darah tebal dan apusan darah tipis.
1.         Pembuatan Sedian Darah Tebal Dan Apusan Darah Tipis :

*      Tujuan                     : Untuk membuat sedian tetes darah tebal dan                                                                         apusan darah tipis, sebelum melakukan                                       pemeriksaan parasit malaria secara mikroskopik.
*      Prinsip                      :  Darah dibuat apusan dan tetes tebal. Diwarnai                                   dengan larutan Giemsa agar parasit malaria dan                                       sel – sel darah terlihat dengan jelas.
*      Alat dan Bahan
1.      Alat yang digunakan :
·         Objek glass
·         Spoid  3 ml
·         Tourniquete
·         Pipet tetes
·         Botol Pial
·         Rak Pewarnaan
·         Lanset dan atoklik
·         Kapas

2.    Bahan yang digunakan :
·         Alkohol 70%
·         EDTA
·         Sampel darah kapiler dan darah vena
·         Larutan Methil alcohol
·         Larutan Giemsa I : 9
·         Air mengalir

*      Prosedur Kerja   :
1.         Pembuatan  Sediaan  Tetes Darah Tebal
·         Digunakan darah kapiler
·         Dibersihkan ujung jari (yang dimana pada pengambilan darah kapiler ini, jari yang digunakan adalah jari manis) dengan  menggunakan kapas alcohol dan dibiarkan kering.
·         Ditusuk ujung jari manis sedalam ± 5 mm dengan menggunakan lanset steril, sehingga darah keluar dengan sendirinya tanpa harus ditekan.
·         Dihapus tetesan darah pertama dengan kapas.
·         Diteteskan tetesan darah berikutnya pada bagian sebelah kanan objek glass sebanyak 3 titik.
·         Dibuat tetes tetes darah tebal dengan cara melebarkan tetesan darah tadi berlawanan arah jarum jam sampai diameter  ± 1 cm.

2.             Pembuatan Sediaan Darah Tipis
·         Digunakan darah vena.
·         Diambil darah vena dengan spoit, dimana lengan diikat dengan tourniquite untuk membendung aliran darah dan tangan dikepal.
·         Dimasukkan darah yang telah diambil ke dalam botol pial yang berisi EDTA untuk mencegah pembekuan darah.
·         Dibuat apusan darah tipis dengan meneteskan 1 tetes darah diatas objek glass (objek glass tetesan darah tebal) pada bagian tengah.
·         Dipegang dengan tangan kanan, kaca penggeser dan diletakkan sisi pendeknya yang datar disebelah kiri dari tetesan darah.
·         Digerakkan kearah tetesan darah sehingga mengenai tetesan darah tersebut.
·         Ditunggu sampai darah menyebar ke seluruh sisi kaca penggeser, lalu digeser segera kaca penggeser  ke kiri dengan sudut  30° - 45°.
·         Apusan darah tipis yang baik terbentuk seperti lidah kucing, pinggir apusan rata dan tidak berlubang – lubang.
·         Dikeringkan sediaan darah tipis tersebut.



3.             Pewarnaan Sedian Tetes Darah tebal dan Apusan Darah Tipis.
·           Diencerkan larutan Giemsa 1 bagian dengan 9 bagian aquadest.
·           Diletakkan sediaan lalu diteteskan larutan Methil alcohol sehingga mengenai seluruh permukaan sediaan darah tipis (pada sediaan darah tebal tidak ditetesi Methil alcohol)
·           Dikeringkan sediaan sejenak (sekitar ½ menit)
·           Ditetesi seluruh permukaan sediaan darah tebal dan darah tipis dengan larutan Giemsa dan biarkan selama ± 30 menit.
·           Dibilas secara hati – hati sediaan dengan air mengalir sampai zat pewarna hilang.
·           Dikeringkan sediaan yang telah dibuat dengan cara diletakkan diatas meja.

*      Hasil
                           Gambar  sediaan Tetes darah tebal dan apusan darah tipis

2.      Tes Pemeriksaan Malaria

*      Tujuan                       : Untuk menentukan dan mengindentifikasi parasit                                        penyebab malaria dalam sediaan darah tebal dan                                        darah tipis.

*      Prinsip                        : Memisahkan hemoglobin dalam sel darah merah                                         sehingga adanya parasit penyebab malaria di                                         dalam sel darah merah dapat terlihat jelas.

*      Alat dan Bahan
1.         Alat yang digunakan :
·      Mikroskop
·      Objek glas
2.         Bahan yang digunakan :
·      Oil Imersi
·      Sediann darah tebal dan tipis

*        Prosedur kerja
·      Disiapkan sediaan darah tebal dan tipis yang telah dibuat.
·      Diteteskan setetes oil imersi pada sediaan darah tebal dan tipis.
·      Diperiksa dan diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x ( okuler 10x dan objektif 100x )
·      Diamati sediaan darah tebal terlebih dahulu kemudian sediaan darah tipis secara Zig – zag.
*      Hasil :
                    Gambar yang didapatkan apabila dilakukan plasmodium malariae, dapat dilihat dari ganbar di bawah ini :
a)        Plasmodium Malariae

   
2.6 Prognosis
                 Tanpa pengobatan, infeksi ini dapat berlangsung sangat lama dan relaps pernah tercatat 30 – 50 tahun sesudah infeksi.
2.7 Epidemiologi
                 Penyakit ini bila ada di suatu daerah di Indonesia frekuensinya sangat rendah hingga tidak merupakan masalah kesehatan masyarakat.


BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
                 Malaria adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium.
     Secara parasitologi dikenal 4 genus Plasmodium dengan karakteristik klinis yang berbeda bentuk demamnya, yaitu :
1)       Plasmodium vivax, secara klinis dikenal sebagai Malaria tertiana disebabkan serangan demamnya yang timbul setiap 3 hari sekali
2)       Plasmodium malaria, secara klinis juga dikenal juga sebagai Malaria Quartana karena serangan demamnya yang timbul setiap 4 hari sekali.
3)       Plasmodium ovale, secara klinis dikenal juga sebagai Malaria Ovale dengan pola demam tidak khas setiap 2-1 hari sekali.
4)       Plasmodium falciparum, secara klinis dikenal sebagai Malaria tropicana atau Malaria tertiana maligna sebab serangan demamnya yang biasanya timbul setiap 3 hari sekali dengan gejala yang lebih berat dibandingkan infeksi oleh jenis plasmodium lainnya.

3.2 Saran
                 Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.








Comments
0 Comments

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Recent Posts