BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelas
Amphibia umumnya hidup di dua tempat, yaitu darat dan air selama
metamorfosisnya.
Sebagian
besar Amphibia memiliki ciri-ciri khusus lainnya, yaitu :
·
berkulit
licin tidak bersisik
·
menggunakan
energi lingkungannya untuk mengatur suhu tubuhnya sehingga tergolong hewan
eksoterm
·
fertilisasi
secara eksternal di air tau tempat lembab
·
menghasilkan
telur (bersifat ovipar) yang tidak bercangkang
Tidak
semua jenis Amphibia hidup di dua tempat kehidupan.Beberapa jenis katak,
salamander, dan caecilian ada yang hanya hidup di air dan ada yang hanya di
darat.Namun habitatnya secara keseluruhan dekat dengan air dan tempat yang
lembap seperti rawa dan hutan hujan tropis.Amphibia terdiri dari tiga ordo,
yaitu Anura, Urodela, dan Apoda.
1. Anura
Anura
memiliki ciri tidak berekor saat dewasa.Kaki belakangnya yang lebih panjang
daripada kaki depan digunakan untuk melompat.
Lidahnya
besar, lengket, dan dapat dijulurkan untuk menangkap mangsanya.Bagi yang jantan
memiliki kantong udara di kerongkongannya yang dapat mengeluarkan suara untuk
menarik betina saat musim kawin.Contoh hewan ini adalah katak hijau (Rana
signata), katak pohon (Rachoporus sp.) dan kodok atau bangkong (bufo sp.)
2. Urodela
Urodela
merupakan kelompok amphibia yang memiliki ekor saat larva, muda dan
dewasa.Tubuhnya berbentuk silinder memanjang serta memiliki kaki depat yang
sama ukurannya dengan kaki belakang.Beberapa jenis ini hidup di air dan ada
yang di darat.Hewan yang tegolong kelompok ini adalah salamander.
3. Apoda
Apoda
yang disebut juga sesilian merupakan amphibia tak berkaki.Bentuk tubuhnya
seperti cacing tanah atau belut.Larva sesilian sangat menyerupai sesilian
dewasa.Sesilian hidup terutama bersarang dalam lubang di tanah.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan pengertian hewan vertebrata ?
2. Bagaimana
proses reproduksi hewan amfibi ( katak ) ?
3. Bagaiman
Perkembangan embrio pada katak ?
1.3 Tujuan
Penulisan
1. Agar
mahasiswa dapat mengetahui pengertian
hewan vertebrata.
2. Agar
mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses hewan amfibi ( katak )
3. Agar
mahasiswa dapat mengetahui perkembangan embrio katak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ciri – Ciri Hewan Vertebrata
Ciri-ciri
tubuh hewan yang bertulang belakang adalah mempunyai tulang yang terentang dari
belakang kepala sampai bagian ekor, mempunyai otak yang dilindungi oleh
tulang-tulang tengkorak, tubuhnya berbentuk simetris bilateral, mempunyai
kepala, leher, badan dan ekor walaupun ekor dan leher tidak mutlak ada contohnya
pada katak. Ciri alat tubuh hewan yang bertulang belakang sebagai adalah
mempunyai kelenjar bundar, endoksin yang menghasilkan hormon untuk
pengendalian, pertumbuhan, dan proses fisiologis atau faal tubuh, kemudian
susunan saraf terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang, bersuhu tubuh panas
dan tetap (homoiternal) dan bersuhu tubuh dingin sesuai dengan kondisi
lingkungan atau poikiloternal (Prawirohartono 2006: 98).
Ciri alat tubuh hewan yang bertulang
belakang sebagai berikut:
1. Mempunyai kelenjar bundar, endoksin yang
menghasilkan hormon untuk pengendalian.
Pertumbuhan dan proses fisiologis
2. Susunan saraf terdiri atas otak dan sumsum tulang
belakang
3. Bersuhu tubuh panas dan tetap (homoiternal) dan
bersuhu tubuh dingin sesuai dengan kondisi
lingkungan (poikiloternal)
4. Sistem pernapasan/terpirasi dengan paru-paru
(pulmonosum) kulit dan insang operculum
5. Alat pencernaan memanjang mulai dari mulut sampai
ke anus yang terletak di sebelah vertran (depan) dan
tulang belakang
6. Kulit terdiri atas epidermis (bagian luar) dan
endodermis (bagian dalam)
Hewan bertulang belakang
(vertebrata) ini terdiri atas kelas yaitu:
1.
Kelas Pisces (Ikan)
2.
Kelas Amphibi (Latin amphi = dua, bia = hidup)
3.
Kelas Reftilia (Bahasa latin repare = merangkak/merayap)
4.
Kelas Aves (Burung)
5.
Kelas mamalia (Bahasa latin mamae artinya kelenjar buah dada, mamalia artinya
hewan menyusui)
Reproduksi
seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan yang diikuti dengan
terjadinya fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan zigot yang
akan berkembang menjadi embrio. Fertilisasi pada vertebrata dapat terjadi
secara eksternal atau secara internal.
Fertilisasi
eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh hewan betina, yakni
berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air. Contohnya pada ikan (pisces)
dan amfibi (katak). Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum
yang terjadi di dalam tubuh hewan betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya
peristiwa kopulasi, yaitu masuknya alat kelamin jantan ke dalam alat kelamin
betina. Fertilisasi internal terjadi pada hewan yang hidup di darat
(terestrial), misalnya hewan dari kelompok reptil, aves dan mamalia.
Setelah
fertilisasi internal, ada tiga cara perkembangan embrio dan kelahiran
keturunannya, yaitu dengan cara ovipar, vivipar dan ovovivipar.
§ Ovipar (Bertelur)
Ovipar
merupakan embrio yang berkembang dalam telur dan dilindungi oleh cangkang.
Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan yang ada di dalam telur. Telur
dikeluarkan dari tubuh induk betina lalu dierami hingga menetas menjadi anak.
Ovipar terjadi pada burung dan beberapa jenis reptil.
§ Vivipar (Beranak)
Vivipar
merupakan embrio yang berkembang dan mendapatkan makanan dari dalam uterus (rahim)
induk betina. Setelah anak siap untuk dilahirkan, anak akan dikeluarkan dari
vagina induk betinanya. Contoh hewan vivipar adalah kelompok mamalia (hewan
yang menyusui), misalnya kelinci dan kucing.
§ Ovovivipar (Bertelur dan
Beranak)
Ovovivipar
merupakan embrio yang berkembang di dalam telur, tetapi telur tersebut masih
tersimpan di dalam tubuh induk betina. Embrio mendapat makanan dari cadangan
makanan yang berada di dalam telur. Setelah cukup umur, telur akan pecah di
dalam tubuh induknya dan anak akan keluar dari vagina induk betinanya. Contoh
hewan ovovivipar adalah kelompok reptil (kadal) dan ikan hiu.
Pada
makalah ini akan membahas mengenai perkembangan embrio pada hewan vertebrata,
khususnya katak :
2.2 Perkembangan
Embrio Pada Amphibi
Ø Reproduksi Amphibi (katak)
Kelompok
amfibi, misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar. Katak jantan dan katak
betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di luar tubuh.
Pada saat kawin, katak jantan dan katak betina akan melakukan ampleksus, yaitu
katak jantan akan menempel pada punggung katak betina dan menekan perut katak
betina. Kemudian katak betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap ovum
yang dikeluarkan diselaputi oleh selaput telur (membran vitelin). Sebelumnya, ovum
katak yang telah matang dan berjumlah sepasang ditampung oleh suatu corong.
Perjalanan ovum dilanjutkan melalui oviduk.
Dekat
pangkal oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang menggembung yang
disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina terpisah dengan ureter.
Oviduk nya berkelok-kelok dan bermuara di kloaka.
Segera
setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul
mengeluarkan sperma. Sperma dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan
disalurkan ke dalam vas deferens. Vas deferens katak jantan bersatu dengan
ureter. Dari vas deferens sperma lalu bermura di kloaka. Setelah terjadi
fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti cairan kental sehingga kelompok
telur tersebut berbentuk gumpalan telur. Gumpalan telur yang telah dibuahi
kemudian berkembang menjadi berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur
bernapas dengan insang dan melekat pada tumbuhan air dengan alat hisap.
Makanannya
berupa fitoplankton sehingga berudu tahap awal merupakan herbivora. Berudu awal
kemudian berkembang dari herbivora menjadi karnivora atau insektivora (pemakan
serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang hidung dan paru-paru,
serta celah-celah insang mulai tertutup. Selanjutnya celah insang digantikan
dengan anggota gerak depan.
Setelah
3 bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis. Anggota gerak
depan menjadi sempurna. Anak katak mulai berani mucul ke permukaan air,
sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak bernapas dengan
dua organ, yaitu insang dan paru-paru. Kelak fungsi insang berkurang dan
menghilang, sedangkan ekor makin memendek hingga akhirnya lenyap. Pada saat
itulah metamorfosis katak selesai.
Ø Perkembangan embrio pada
katak
Secara
umum, sel embriogenik tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase, antara lain:
• Sel
tunggal (yang telah dibuahi)
•
Blastomer
•
Blastula
•
Gastrula
•
Neurula
•
Embrio / Janin
1. Pemodelan embrio katak (Xenopus laevis)
Model
yang sering dipakai dalam penjelasan mengenai embriogenesis terbagi menjadi
beberapa golongan seperti amfibi, aves, reptil, pisces, serangga, dan mamalia,
karena masing-masing mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan yang sedikit
berbeda pada fase embrio. Model embrio yang digunakan berasal dari golongan
amfibi, yaitu Xenopus laevis.
2. Fertilisasi hingga pembentukan Blastomer
Pada
Xenopus, sel telur yang telah mengalami fertilisasi mengalami pembelahan dan
membentuk banyak sel kecil yang akhirnya membentuk struktur blastomer, tanpa
terjadi perubahan massa. Dengan kata lain, sel embrio katak tidak bertambah
besar, hanya bertambah kompleks, berbeda dengan sel embrio manusia yang terus
membesar. 12 pembelahan awal yang terjadi pada embrio katak bersifat sinkron
atau bersamaan waktunya, namun membentuk struktur yang asimetris. Perbedaan
pembelahan ini dipengaruhi oleh kutub yang terjadi pada sel embrio hewan, yaitu
kutub animal dan kutub vegetal. Pada katak, bagian kutub vegetal yang berisi
kuning telur terdapat dalam jumlah yang lebih sedikit atau membelah lebih
sedikit. Sel embriogenik ini akan terus membelah dan membentuk struktur
blastomer, yaitu struktur kumpulan sel yang membentuk bola padat.
3. Fase Blastula
Blastula
terbentuk ketika sel embrio katak (struktur blastomer) terus membelah,
bergerak, dan membentuk rongga pada bagian dalam (membentuk struktur bola
berongga). Pada katak, rongga ini disebut blastocoel dan terisi cairan internal
yang dibatasi oleh sel epitel.
•
Blastokista menempel pada endometrium (implantasi) pada 1 minggu
kehamilan.
• Trofoblast
mensekresikan hormon human Chorionic Gonadotrophin (hCG), yaitu hormon
yang memperkuat implantasi.
• hCG
dapat dideteksi pada urin atau darah yang mengindikasikan kehamilan.
• hCG
mulai meningkat pada 4 minggu kehamilan, mencapai puncaknya pada usia 6 minggu,
dan mulai menurun setelah usia 8 minggu.
4. Stadia Gastrula
Gastrulasi
adalah proses perkembanganembrio, di mana sel bakal organ yang telah terbentuk
pada stadia blastula mengalami perkembangan lebih lanjut. Proses perkembangan
selbakal organ ada dua, yaitu epiboli dan emboli. Epiboli adalah proses
pertumbuhan sel yang bergerak ke arah depan, belakang, dan ke samping dari
sumbu embrio dan akan membentuk epidermal, sedangkan emboli adalah proses
pertumbuhan sel yang bergerak ke arah dalam terutama di ujung sumbu embrio.
Stadia gastrula ini merupakan proses pembentukan ketiga daun kecambah yaitu
ektoderm, mesoderm dan endoderm. Pada proses gastrula ini terjadi perpindahan
ektoderm, mesoderm, endoderm, dan notochord menuju tempat yang definitif. Pada
periode ini erat hubungannya dengan proses pembentukan susunan syaraf.
Gastrulasi berakhir pada saat kuning telur telah tertutupi oleh lapisan sel.
Beberapa jaringan mesoderm yang berada di sepanjang kedua sisi notochorddisusun
menjadi segmen-segmen yang disebut somit yaitu ruas yang terdapat pada embrio.
(Lagler et al. 1962).
5. Stadia Organogenesis
Organogenesis
merupakan stadia terakhir dari proses perkembangan embrio. Stadia ini merupakan
proses pembentukan organ-organ tubuh makhluk hidup yang sedang berkembang.
Dalam proses organogenesis terbentuk berturut- turut bakal organ yaitu syaraf,
notochorda, mata, somit, rongga kuffer, kantong alfaktori, rongga ginjal, usus,
tulang subnotochord, linea lateralis, jantung, aorta, insang, infundibullum,
dan lipatan-lipatan sirip. Sistem organ-organ tubuh berasal dari tiga buah daun
kecambah, yaitu ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Pada ektodermal akan
membentuk organ-organ susunan (sistem) saraf dan epidermis kulit. Endodermal
akan membentuk saluran pencernaan beserta kelenjar-kelenjar pencernaan dan alat
pernafasan, dan mesodermal akan membentuk rangka, otot, alat-alat peredaran
darah, alat eksresi, alat- alat reproduksi, dan korium (chorium) kulit. Jika
proses organogenesis ini telah sempurna maka akan dilanjutkan dengan proses
penetasan telur. (Lagler et al. 1962).
a. Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor
(jantung), otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera.
b. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi
otot, rangka (tulang/osteon), alat reproduksi (testis dan ovarium), alat
peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren.
c. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi
alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo.
Imbas
embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan
satu organ tubuh pada makhluk hidup. Contohnya : Lapisan mesoderm dengan
lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa :
Hewan
vertebrata yaitu hewan yang bertulang belakang atau punggung. Memiliki struktur
tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan dengan hewan Invertebrata. Hewan
vertebrata memiliki tali yang merupakan susunan tempat terkumpulnya sel-sel
saraf dan memiliki perpanjangan kumpulan saraf dari otak. Tali ini tidak di
memiliki oleh yang tidak bertulang punggung. Dalam memenuhi kebutuhannya, hewan
vertebrata telah memiliki system kerja sempurna peredaran darah berpusat organ
jantung dengan pembuluh-pembuluh menjadi salurannya
3.2 Saran
Saya sadari bahwa makalah ini masih
jauh dari taraf kesempurnaan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.