Yazhid Blog

.

Senin, 12 Desember 2016

LAPORAN PRAKTIKUM IDENTIFIKASI NEMATODA USUS PADA SAMPEL TINJA METODE LANGSUNG



I.     Judul praktikum              : Identifikasi nematoda usus pada sampel tinja metode langsung
II.   Tanggal  praktikum         :   5 april 2013
III.                                                                                Tujuan praktikum         : untuk mengidentifikasi keberadaan telur cacing dalam sampel tinja
IV.                  Prinsip pemeriksaan        :
            Sampel diemulsikan dengan zat warna eosin diatas objek gelas kemudian diamati dibawah mikroskop, pembesaran 10 x 10.
V.    Landasan teori                :
            Cacing Ascaris Lumbricoides merupakan jenis cacing gilig, penyebab Ascariasis pada manusia maupun hewan diseluruh dunia. Kejadian Ascariasis sangat tinggi pada daerah tropis dan subtropics.Cacing ini berparasit pada usus halus. Infeksi dapat terjadi melalui pakan, air minum, melalui kolostrum dan uterus ( Levine, 1990 ).
            Siklus hidupascaris terdiri dari dua fase perkembangan yaitu eksternal dan internal. Fase eksternal dimulai dari telur dikeluarkan dari tubuh penderita bersama tinja. Pada kondisi lingkungan yang menunjang larva stadium I di alam akan menyilih menjadi larva stadium II yang bersifat infektif. Didalam usus, kulit telur infektif yang tertelan akan rusak sehingga larva stadium II tersebut selanjutnya menembus mukosa usus dan bersama sirkulasi darah vena  porta menuju kehati. Dari telur tertelan sampai larva mencapai organ hati, butuh waktu sekitar 24 jam ( Smtith, 1968 ). Dari larva stadium II akan terus mengikuti sirkulasi darah sampai kejantung dan keparu-paru. Setelah 4-5 hari infeksi, larva stadium II akan mengalami perkembangan menjadi lava stadium III, selanjutnya menuju ke alveoli dan bronkus dan trakea ( Soulsby, 1982 ).
            Dari trakea menuju  kesaluran pencernaan. Larva stadium III mencapai usus halus dalam waktu 7-8 hari dari infeksi, selanjutnya menjadi larva stadium IV pada hari ke 21-29. Larva stadium IV menjadi lava stadium V didalam usus halus dan kemudian pada hari 50-55 telah menjadi cacing dewasa ( Seddon, 1967 ).
            Cacing Trichuris trichiura berparasit pada mukosa kolon babi serta menginfeksi manusia dan primate lain. Siklus hidup cacing Trichuris trichiura dimulai dari keluarnya telur dari tubuh bersama tinja dan berkembang menjadi telur infektif dalam beberapa minggu. Telur yang sudah berembrio dapat tahan beberapa bulan apabila berada pada tempat lembab. Infeksi biasanya terjadi secara peroral (tertelan lewat pakan dan air minum). Apabila tertelan telur tersebut pada sekum akan menetas dan dalam waktu sekitar 4 minggu telah menjadi cacing dewasa (Soulsby, 1982).
            Ancylostoma duodenale dan Necator americanus, hospes parasit ini adalah manusia. Cacing dewasa hidup dirongga usus halus giginya melekat pada mukosa usus halus. Cacing betina bertelur 9000-10000 butir telur perhari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm ,cacing jantan kira-kira berukuran 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf s atau e dan didalam mulutnya ada sepasang gigi. Infeksi cacing Ancylostoma duodenale menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-lahan sehingga penderita mengalami kekuranga darah (anemia) akibatnya dapat cacingan karena kekurangan darah, bias terjadi karena banyak sebab. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur dengan suhu 32ºc-38ºϲ. Untuk menghindari infeksi dapat dengan memakai sandal / sepatu bila keluar rumah (Supardi, Siti Fadilah, 2006).


VI.        Prosedur Pemeriksaan
1)        Pra analitik
Alat dan Bahan:
a.       Alat yang digunakan :
1.        Mikroskop
2.        Objek gelas
3.        Pipet tetes
4.        Rak tabung
b.      Bahan yang digunakan:
1.        Batang lidi
2.        Larutan warna eosin
3.        Tinja
4.        Tissue
2)        Analitik
Cara kerja:
1.      Diteteskan dengan setetes larutan eosin diatas objek gelas
2.      Diambil tinja secukupnya dengan menggunakan batang lidi
3.      Diemulsikan tinja dengan larutan eosin
4.      Dibuang bagian yang kasar pada sampel
5.      Diperiksa dibawah mikroskop pembesaran 10 x 10
3)        Pasca analitik
Hasil pengamatan:
Ø   Makroskopis       :
1.    Bau : khas
2.    Warna    : kuning kecoklatan
3.    Konsistensi         : padat
4.    Lender   : −
5.    Darah     : −

Ø   Mikroskopis        :
1.    Telur                : −
2.    Larva               : −
3.    Eritrosit           : −
4.    Leukosit          : −
5.    Epitel              : +
6.    Serat makanan: +



VII.      Pembahasan
A.      Makroskopis
1.         Warna tinja
Warna tinja yang normal adalah kuning coklat tapi warna pada praktikum kali ini tidak dapat dikatakan konsisten karena dapat berubah menjadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak, selain urobilinyang normal ada, warna tinja dipengaruhi oleh jenis makanan, kelainan dalam saluran usus, dan oleh obat-obat yang dikeluarkan melalui anus.
2.         Bau tinja
Bau tinja disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hydrogen sulfide. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau tinja.
3.         Konsistensi
Konsistensi tinja yang normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus
4.         Lendir
Lendir dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus. Lendir yang  terdapat dibagian luar tinja, lokalisasi, dan iritasi terletak pada usus halus  bercampur baur dengan tinja. Lendir bercampir darah, terjadi  keganasan serta peradangan  rektal anal.
5.         Darah
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda, coklat, atau hitam, darah terdapat dibagian luar tinja atau bercampur-baur dengan tinja. Pada pendarahan proximal, pada saluran pencernaan darah akan bercampur dengan  tinja sehingga menyebabkan warna tinja menjadi hitam. Ini disebut melena  seperti varices dalam osevagus. Pada  pendarahan dibagian luar tinja yang berwarna merah muda  yang dijumpai pada hemoroid.
B.       Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap telur cacing nematode usus.
1.         Telur
Tinja yang normal tidak terdapat telur dari ketiga  telur cacing nematode usus yaitu  Ascaris lumbricoides, trichuris trichiura, dan ancylostoma duodenale, jika terdapat atau ditemukan telur cacing  dari parasit diatas, maka bisa dipastikan terinfeksi nematode usus.
2.         Larva
Adanya larva yang telihat maka menandakan keberadaan nematode usus yang menginfeksi sebab larva-larva tadi masih dapat dapat berkembang dalam usus dan menghasilkan salah satu spesies nematode usus dan menyebabkan penyakit pada  penderita atau hospes yang terinfeksi sehingga dapat segera dilakukan pencegahan dan pengobatan.



3.        Kristal-kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya, didalam tinja normal mungkin terlihat kristal-kristal triplefosfat, kalsium oksalat, dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsiuum oksalat didapatkan setelah  makan sayur bayam atau strawberi sedangkan Kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. sebagai kelainan mungkin dijumpai Kristal charcoat leyden Kristal hematoidin. Kristal charcoat leyden didapatkan pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada pendarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan Kristal hematoidin.
4.        Eritrosit
Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal, bias disebabkan oleh adanya pendarahan atau juga adanya lesi pada anus atau bagian lain yang dapat menyebabkan keberadaan eritrosit dalam tinja. Tinja yang normal sangat kecil presentasenya.
5.        Gelembung udara
Adanya  gelembung udara disebabkan oleh kesalahan pada saat membuat sediaan, dimsns pada saat meletakan cover glass yang salah sehingga menyebabkan adanya gelembung udara pada sediaan.
6.        Sisa makanan
Hampir selalu ditemukan juga, bukanlah adanya melainkan jumlahnya dalam keadaan tertentu yang dipertalikan dengan suatu hal yang abnormal. Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun –daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari daging hewan, seperti serat otot,  serat elastic, dll.


7.        Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan  epitel yaitu  yang berasal dari dinding usus bagian  distal. Jika terjadi peradangan pada usus akan meningkatkan jumlah epitel.
8.        Makrofag
Sel-sel besar berinti satu memiliki daya fagositosis. Dalam plasmanya sering dilihat sel-sel lain (leukosit / eritrosit)  atau benda-benda lain. Dalam preparat natif sel-sel itu menyerupai ameba, perbedaannya sel ini tidak dapat bergerak.
9.        Protozoa
Protozoa biasanya didapat dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja lunak baru didapatkan bentuk trofozoit.
10.    Sel ragi
Khusus Blastocystis heminis tidak jarangg ditemukan. Pentingnya  mengenal strukturnya ialah supaya jangan dianggap kista ameba.
Benda-benda lain yang hamper selalu ada pada sediaan adalah granula pati tumbuhan, tetesan minyak, rambut tumbuhan, serat daging yang tercerna, dll.
C.       zat warna
Fungsi zat  waena pada umumnya seperti eosin adalah untuk memudahkan dalam melihat telur cacing dengan kotoran pada sediaan. Selain ada beberapa larutan pewarna yang lebih spesifik lagi seperti:
a)    Pewarnaan dengan lugol digunakan untuk melihat sisa makanan yang berasal dari senyawa karbohidrat dengan memberikan warna biru pada sediaan.
b)   Pewarnaan dengan sudan III digunakan untuk melihat adanya sisa makanan yang berasal dari senyawa lipid yang akan memberikan warna merah jingga pada sediaan.
c)    Pewarnaan dengan eosin, digunakan untuk memberikan warna pada telur cacing, sehingga mudah membedakannya  dengan benda-benda lain. Eosin adalah zat warna yang memberikan warna merah pada sediaan.

VIII.   Kesimpulan
          Setelah dilakukan identifikasi telur cacing pada sampel tinja, tidak ditemukan telur cacing nematoda usus, seperti ascaris lumbricoides, trichuris trichiura, dan ancylostoma duodenale yang berarti bahwa sampel tersebut tidak terinfeksi nematode usus.


Comments
0 Comments

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Recent Posts