Yazhid Blog

.

Selasa, 29 November 2016

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA RHODAMIN B PADA MAKANAN DAN MINUMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1      Latar Belakang Makanan merupakan elemen penting bagi tubuh manusia. Hal ini disebabkan karena makanan memb... thumbnail 1 summary
BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Makanan merupakan elemen penting bagi tubuh manusia. Hal ini disebabkan karena makanan memberikan energi dan tenaga bagi tubuh untuk melakukan bekerja. Mengkonsumsi makanan yang sehat menjadi harapan setiap manusia karena asupan gizi yang cukup, memberikan energi yang maksimal bagi tubuh. Jadi, jika kita harus mendisiplinkan diri untuk hidup sehat dan mangatur pola makan yang baik untuk kesehatan tubuh kita.
Dewasa ini, banyak sekali kasus keracunan makanan mewarnai media cetak maupun televisi. Ada juga kasus kematian yang merupakan akibat dari keracunan makanan. Kasus keracunan makanan yang dilaporkan tidak hanya bersumber pada ketidak higienisan makanan. Namun, adanya fenomena penggunaan bahan-bahan kimia yang dilarang dalam makanan juga turut mendominasi.
Salah satu contoh bahan kimia berbahaya yang digunakan produsen makanan yang perlu diwaspadai konsumen adalah zat pewarna merah Rhodamin B. Berdasarkan hasil penelitian banyak ditemukan zat pewarna Rhodamin B pada produk industri rumah tangga. Rhodamin B adalah bahan kimia yang digunakan untuk pewarna merah pada industri tekstil plastik dan kain. Kelebihan dosis Rhodamin B bisa menyebabkan kanker, keracunan, iritasi paru-paru, mata, tenggorokan, hidung, dan usus.
1.2     Tujuan
Untuk mengetahui kandungan rhodamin B pada berbagai sampel makanan dan minuman.



BAB II
LANDASAN TEORI
Bahan Tambahan Pangan adalan bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi diambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental (menurut Undang-undang RI nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan).
Penggunaan BTP ini diatur oleh perundang-undangan, oleh karena itu perlu dipilih secara benar jika akan digunakan dalam pangan. Berikut ini adalah penggolongan BTP (Depkes RI, 2007) :
1.      Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada pangan. Contoh pewarna alami : Karamel (gula yang digosongkan), beta karoten (ekstrak umbi wortel), dan kurkumin (ekstrak umbi kunyit).
2.      Pemanis Buatan
Sering ditambahkan kedalam pangan sebagai pengganti gula karena mempunyai kelebihan dibandingkan dengan pemanis alami (gula) yaitu :
a)      Rasanya lebih manis
b)      Membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis
c)      Tidak mengandung kalori atau mengandung kalori yang jauh lebih rendah sehingga cocok untuk penderita penyakit gula (diabetes).
d)     Harganya lebih murah
Pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan (BTP) yang dapat memperbaiki tampilan makanan. Secara garis besar, pewarna dibedakan menjadi dua, yaitu pewarna alami dan sintetis. Selain itu, khusus untuk makanan dikenal pewarna khusus makanan (food grade). Ironisnya, di Indonesia terutama industri kecil dan industri rumah tangga makanan masih banyak menggunakan pewarna nonmakanan atau pewarna untuk pembuatan cat dan tekstil (Mudjajanto, 2006).
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil
dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamine dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya, BPOM di Makassar berhasil menemukan zat Rhodamine-B pada kerupuk, sambak botol, dan sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman. Rhodamin B ini juga adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya dapat berfluorensi dalam sinar matahari (Hamdani, 2013)
Di dalam Rhodamin B sendiri terdapat ikatan dengan klorin ( Cl ) yang dimana senyawa klorin ini merupakan senyawa anorganik yang reaktif dan juga berbahaya. Rekasi untuk mengikat ion klorin disebut sebagai sintesis zat warna. Disini dapat digunakan Reaksi Frield- Crafts untuk mensintesis zat warna seperti triarilmetana dan xentana. Rekasi antara ftalat anhidrida dengan resorsinol dengan keberadaan seng klorida menghasilkan fluoresein. Apabila resorsinol diganti dengan N-N-dietilaminofenol, reaksi ini akan menghasilkan rhodamin B.
Selain terdapat ikatan Rhodamin B dengan Klorin terdapat juga ikatan konjugasi. Ikatan konjugasi dari Rhodamin B inilah yang menyebabkan Rhodamin B bewarna merah. Ditemukannya bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin membuat adanya kesimpulan bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang menyebabkan terjadinya efek toksik bila masuk ke dalam tubuh manusia. Atom Cl  yang ada sendiri adalah termasuk dalam halogen, dan sifat halogen yang berada dalam senyawa organik akan menyebabkan toksik dan karsinogen (Nizma, 2013)


BAB III
ALAT DAN BAHAN
 3.1       Alat yang digunakan :
1.            Batang pengaduk
2.            Cawan porcelain
3.            Corong pisah
4.            Gelas kimia 250 mL, 100 mL
5.            Gelas ukur 10 mL, 50 mL, 100 mL
6.            Hot plate
7.            Karet pengisap
8.            Klem & statif
9.            Labu ukur 100 mL, 200 mL
10.        Pipet volume 50 mL
 3.2       Bahan yang digunakan :
1.            Aquadest
2.            Aluminium foil
3.            Ammoniak 2%
4.            Etanol 70 %
5.            Eter
6.            Minuman Fanta
7.            Gula-gula karet
8.            Gula-gula kacamata
9.            HCl 0,1 N
10.        Kerupuk warna-warni
11.        Kembang gula
12.        NaOH 0,5%
13.        Saus merk “Papelogi”
14.        Selai strowberi “Top”


BAB IV
PROSEDUR KERJA
4.1     Perhitungan Reagen
1)      HCl 0,1 N 100 mL diencerkan dari 4 N:
N1 . V1  N2 . V2
4. V1 = 0,1 .100
V=
V1 = 2,5 mL
2)      NaOH 0,5 % 200 mL
% =  
0,5 %  = 
 =
=  1 gram
3)      Ammoniak 2% dalam etanol 70% 500 mL
a.       Ammoniak 2% dalam 500 mL
%1 . V1   = %2 . V2
25%. V1 = 2% .500
V=
V1 = 40 mL



b.      Etanol 70 % dalam 500 mL
%1 . V1   = %2 . V2
96%. V1 = 70% .500
V=
V1 = 364,58 mL



4.2     Pembuatan Reagen
1)      HCl  0,1 N 100 mL diencerkan dari 4 N
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Di pipet HCl 4 N sebanyak 2,5 mL didalam labu ukur 100 mL yang telah diberi aquadest
3.      Dicukupkan volumenya dengan aquadest sampai tanda batas
4.      Dikocok sampai homogen, lalu diberi etiket
2)      NaOH  0,5% dalam 100 mL
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Ditimbang NaOH  sebanyak 1 gram dalam gelas kimia
3.      Dilarutkan dengan aquadest lalu dipindahkan ke labu ukur 100 mL
4.      Dicukupkan aquadest sampai tanda batas
5.      Dihomogenkan dan diberi etiket
3)      Ammoniak 2% dalam etanol 70 % 500 mL
a.       Pembuatan etanol 70 % 500 mL
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Dipipet etanol 365 mL
3.      Dimasukkan kedalam labu ukur 500 mL
4.      Dicukupkan volumenya hingga tanda batas menggunakan aquadest
5.      Dikocok hingga homogeny dan diberi etiket
b.      Pembuatan ammoniak 2% 500 mL
1.      Disiapkan alat dan bahan
2.      Dipipet ammoniak pekat sebanyak 40 mL
3.      Dimasukkan kedalam labu ukur 500 mL
4.      Dicukupkan volumenya hingga tanda batas menggunakan etanol 70%
5.      Dikocok hingga homogen dan diberi etiket



4.3     Analisa (Prosedur Kerja)
 



1.      Ditimbang sampel sebanyak 10 gram dalam gelas kimia
2.      Ditambahkan 50 mL larutan ammoniak 2% dalam etanol 70%, diaduk hingga warnanya larut dan didiamkan.
3.      Dipisahkan larutan dari endapannya, kemudian ekstraknya dituang dalam cawan penguap (porcelain) dan diuapkan diatas hot plate
4.      Ekstrak pekat didinginkan lalu dimasukkan kedalam corong pisah, lalu ditambahkan 30 mL aquadest dan 6 mL NaOH 0,5% kemudian diekstraksi dengan 30 mL eter.
5.      Ekstrak eter dicuci dengan NaOH 0,5 % sebanyak 20 mL dibuang lapisan air.
6.      Ekstrak eter ditambahkan 10 mL larutan HCl 0,1 N dikocok kemudian lapisan bawah yang tidak berwarna dibuang.
7.      Diamati lapisan eter
Positif : berwarna
               merah
 
 







4.4     Data Pengamatan
No.
Sampel
Hasil (+/-)
1.
Kerupuk warna-warni
-
2.
Saus sambal “Papelgi”
-
3.
Kembang gula
+
4.
Gula-gula kacamata
-
5.
Selai strawberi “Top”
-
6.
Gula-gula karet
-
7
Minuman “Fanta”
-
Keterangan : (+) : positif mengandung rhodamin B
                        (-) : negativ  mengandung rhodamin B



BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan pengujian pada sampel makanan dan minuman yang diduga mengandung bahan tambahan pangan/zat pewarna yang dilarang pemakaiannya dalam makanan dan minuman. Zat pewarna yang diduga itu adalah rhodamin B. Penentuan rhodamin B ini dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya secara kualitatif dengan menggunakan metode ekstraksi. Adapun sampel yang digunakan adalah saus, selai strawberi, minuaman fanta, kembang gula, kerupuk warna-warni, serta gula-gula karet.
Rhodamin B memiliki rumus molekul C28H31N2O3Cl dengan berat molekul sebesar 479.000. Zat yang sangat dilarang penggunaannya dalam makanan ini berbentuk kristal hijau atau serbuk ungu-kemerah – merahan, sangat larut dalam air yang akan menghasilkan warna merah kebiru-biruan dan berfluorensi kuat. Rhodamin B juga merupakan zat yang larut dalam alkohol, HCl, dan NaOH, selain dalam air.
Dalam pengujian rhodamin B menggunakan metode ekstraksi. Ekstraksi adalah proses pemisahan zat padat atau cair menggunakan bantuan pelarut. Namun, sebelum diekstraksi sampel dipisahkan terlebih dahulu dengan bahan pelarutnya dan bahan yang terlarut. Seperti pada selai strawberi dilarutkan menggunakan ammoniak % dalam etanol 70% sehingga warna pada sampel lebih larut yang kemudian sampel akan terpisah menjadi dua bagian yaitu suspensi (ekstrak) dan endapan. Ekstrak inilah yang akan diekstraksi dengan penambahan beberapa pelarut diantaranya aquadest, NaOH 0,5 %, dan eter. Pemberian aquadest dan NaOH karena rhodamin B larut pada pelarut tersebut sedangkan eter akan terbentuk dua lapisan.
Selama proses ekstraksi ada penambahan pelarut yang lain yaitu HCl 0,1 N. penambahan pelarut ini akan memberikan warna merah yang menandakan positif mengandung rhodamin B. adanya warna merah dikarenakan ikatan Cl (klorin) pada HCl  yang berikatan dengan Cl yang ada pada rhodamin B jika terdapat pada sampel.
Namun, setelah proses ekstraksi selesai yang memberikan warna merah pada sampel setelah penambahan HCl adalah kembang gula. Sedangkan untuk sampel yang lain menunjukkan negativ karena tidak terjadi perubahan warna merah.
Berdasarkan PERMENKES RI No. 1168/MENKES/PER/X/1999 bahwa salah satu bahan tambahan pangan yang dilarang adalah rhodamin B, karena dapat bersifat toksik bagi tubuh dan bersifat karsinogen. Untuk dapat terhindar dari makanan yang mengandung rhodamin B maka harus diperhatikan warna yang mencolok pada makanan dan minuman serta memiliki rasa pahit.



BAB VI
PENUTUP
6.1     Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan bahwa sampel yang positif mengandung rhodamin B adalah kembang gula sedangkan sampel makanan dan minuman yang lain negativ mengandung rhodamin B.
6.2     Saran

Untuk membeli makanan atau minuman sebaiknya diperhatikan terlebih dahulu warnanya mencolok atau tidak serta warnanya tidak homogen.  

DAFTAR PUSTAKA

Recent Posts