Studi Literatur: Gastroenteritis Hemorragika
PEMBAHASAN
Gastroenteritis
adalah suatu bentuk peradangan pada traktus gastrointestinal baik pada lambung
dan usus halus yang mengakibatkan diare akut. Peradangan dapat disebabkan oleh
infeksi virus, bakteri, toksin dan parasit. Beberapa jenis bakteri yang
seringkali menyebabkan peradangan adalah Salmonella sp, Shigella sp,
Staphylococcus sp, Campylobacter jejuni, Clostridium sp, Escherichia coli dan
Yersinia sp (Anonimous a 2008).
Gastroenteritis
seringkali menyebabkan sakit pada abdomen, diare, muntah dengan infeksi
noninflamatori pada usus halus dan infeksi disertai inflamasi pada kolon
(Anonimous a 2008). Diare yang menyertai penyakit ini merupakan diare yang
bersifat akut. Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan
patofisiologis menjadi diare non inflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi
disebabkan oleh invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi diare
berlendir dan berdarah. Gejala klinis yang menyertai adalah keluhan abdomen
seperti nyeri, mual, muntah, demam, tenesmus dan dehidrasi (Zein et al 2004).
Pada diare
non inflamasi disebabkan oleh enterotoksin yang mengakibatkan diare cair dengan
volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau
tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama
pada kasus yang tidak mendapat cairan pengganti (Anonimous a 2008). Peradangan
yang bersifat akut, biasanya terjadi selama 10 hari dengan gejala klinis yaitu
nausea, muntah, lemah, diare, anoreksia, kesakitan pada abdomen. Diare encer
yang frekuen biasanya diakibatkan oleh infeksi virus sedangkan diare berdarah
sering oleh infeksi bakteri (Anonimous a 2008).
Penyakit
gastroenteritis dapat menyebabkan letargi, demam ringan, dehidrasi, takikardi,
turgor kulit buruk, bulu kusam, perfusi jantung rendah dan shock.
Gastroenteritis hemorragi ditandai dengan diare berdarah yang akut pada anjing
sehat. Predisposisi penyakit ini adalah anjing muda, toy dan miniatur dengan
tingkat mortalitas yang tinggi pada anjing yang tidak diterapi. Sekitar 10%
anjing mengalami kematian akibat penyakit ini dan 10-15% terserang kembali
(Merckvetmanual 2008).
Etiologi
Penyebab penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Clostridium perfringens telah diperoleh dari kultur beberapa anjing dalam kasus penyakit ini tapi penyebab kejadian penyakit tidak diketahui secara pasti. Eschericia coli strain nontoxigenic juga telah terdeteksi pada anjing. King Charles Spaniels, Shetland Sheepdogs, Pekingese, Yorkshire Terriers, Poodles, and Schnauzers merupakan jenis anjing yang sering terserang penyakit ini dibanding ras anjing lain. Reaksi hipersensitivitas dan stres juga dapat mendukung kejadian penyakit.
Etiologi
Penyebab penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Clostridium perfringens telah diperoleh dari kultur beberapa anjing dalam kasus penyakit ini tapi penyebab kejadian penyakit tidak diketahui secara pasti. Eschericia coli strain nontoxigenic juga telah terdeteksi pada anjing. King Charles Spaniels, Shetland Sheepdogs, Pekingese, Yorkshire Terriers, Poodles, and Schnauzers merupakan jenis anjing yang sering terserang penyakit ini dibanding ras anjing lain. Reaksi hipersensitivitas dan stres juga dapat mendukung kejadian penyakit.
Meskipun
tidak ada penyebab pasti yang ditemukan, permeabilitas vaskular meningkat dengan
signifikan. RBC, plasma dan cairan tubuh masuk ke dalam lumen usus. Peradangan
dan nekrosis jarang terlihat. Peningkatan permeabilitas usus dapat menimbulkan
reaksi hipersensitifitas tipe I. Kontraksi splenik dan hilangnya cairan ke
dalam lumen usus mengakibatkan meningkatnya PCV dan serum normal total protein
konsentrasi rendah yang stabil (Merckvetmanual 2008).
Temuan
klinis
Penyakit ini
seringkali terjadi pada anjing usia 2-4 tahun disertai muntah, diare berdarah,
anoreksia dan depresi yang jika tidak ditangani akan menyebabkan shock
hipovolemik akibat kehilangan cairan dan elektrolit dalam lumen intestinal.
Penyakit ini tidak bersifat contagius dan seringkali timbul tanpa adanya
perubahan pakan, lingkungan atau rutinitas harian. Pada pemeriksaan klinis
ditemukan CRT (capillary refill time) yang lama disertai pulsus yang lemah,
turgor kulit buruk dan temperatur yang normal sampai subnormal. Pemeriksaan
biokomia ditandai dengan hemokonsentrasi PCV >60% dan adanya peningkatan
kadar enzim hepatik serta peningkatan BUN yang mengarah pada kejadian azotemia
prerenal (Merckvetmanual 2008).
Diagnosa
Diagonosa didasarkan pada gejala klinis yang tampak, adanya diare berdarah disertai peningkatan PCV > 60%. Perlu dilakukan pengujian terhadap penyebab pendarahan pada gastrointestinal sering diakibatkan oleh adanya infeksi Parvovirus, Coronavirus, Campylobacter spp, Salmonella spp, Clostridium spp , Escherichia coli, leptospirosis, koksidia, giardisis dan cacing pita. Selain itu tumor gastrointestinal, colitis, ulserasi, obtruksi intestinal (intususepsio), pankreatitis, trombositopenia dan hipoadrenocortism dapat mengakibatkan pendarahan pada gastrointestinal (Merckvetmanual 2008).
Diagonosa didasarkan pada gejala klinis yang tampak, adanya diare berdarah disertai peningkatan PCV > 60%. Perlu dilakukan pengujian terhadap penyebab pendarahan pada gastrointestinal sering diakibatkan oleh adanya infeksi Parvovirus, Coronavirus, Campylobacter spp, Salmonella spp, Clostridium spp , Escherichia coli, leptospirosis, koksidia, giardisis dan cacing pita. Selain itu tumor gastrointestinal, colitis, ulserasi, obtruksi intestinal (intususepsio), pankreatitis, trombositopenia dan hipoadrenocortism dapat mengakibatkan pendarahan pada gastrointestinal (Merckvetmanual 2008).
Tanda dan
Gejala
Tanda umum
pada gastroenteritis adalah:
a.
diare
b.
muntah
c.
mual
d.
kram perut
e.
kelemahan
f.
demam
Pengkajian
Selalu
menggunakan pendekatan ABCDE.
Airway
a.
pantikan
kepatenan jalan napas
b.
siapkan alat
bantu untuk menolong jalan napas jika perlu
c.
jika terjadi
perburukan jalan napas segera hubungi ahli anestesi dan bawa ke ICU
Breathing
a.
kaji
respiratory rate
b.
kaji
saturasi oksigen
c.
berikan
oksigen jika ada hypoksia untuk mempertahankan saturasi > 92%
d.
auskultasi
dada
e.
lakukan
pemeriksaan rontgent
Circulation
a.
kaji denyut
jantung
b.
monitor
tekanan darah
c.
kaji lama
pengisian kapiller
d.
pasang infuse,
berikan ciaran jika pasien dehidrasi
e.
periksakan
dara lengkap, urin dan elektrolit
f.
catat
temperature
g.
lakukan
kultur jika pyreksia
h.
lakukan
monitoring ketat
i.
berikan
cairan per oral
j.
jika ada
mual dan muntah, berikan antiemetik IV.
Disability
a. kaji tingkat kesadaran dengan
menggunakan AVPU
Exposure
a.
kaji riwayat
sedetil mungkin
b.
kaji makanan
dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya
c.
kaji tentang
waktu sampai adanya gejala
d.
kaji apakah
ada anggota keluarga atau teman yang terkena
e.
apakah
sebelumnya baru mengadakan perjalanan?
f.
Lakukan
pemeriksaan abdomen
g.
Lakukan
pemeriksaan roentgen abdominal
h.
Ambil samper
feses untuk pemeriksan mikroskopi, kultur dan sensitivitas
i.
Berikan anti
diare seperi codein atau loperamide sampai hasil kultur diketahui
j.
Jangan dulu
berikan antibiotic sampai dengan hasil kultur diketahui
k.
Laporkan
jika mengalami keracunanan makanan
Terapi
Terapi awal yang dianjurkan untuk penyakit ini adalah cairan infus Ringer Dextrose 5% (50 ml/kgBB/hari) dan antibiotik (Ampicillin 20 mg/kg IV dan Gentamicin 2.2 mg/kg SC) (Anonimous b 2008). Kalium klorida juga dapat digunakan dalam terapi cairan IV. Makanan dan minuman dihentikan selama 2-3 hari selama diare dan dapat diberikan lagi setelah muntah berhenti (Merckvetmanual 2008).
Terapi awal yang dianjurkan untuk penyakit ini adalah cairan infus Ringer Dextrose 5% (50 ml/kgBB/hari) dan antibiotik (Ampicillin 20 mg/kg IV dan Gentamicin 2.2 mg/kg SC) (Anonimous b 2008). Kalium klorida juga dapat digunakan dalam terapi cairan IV. Makanan dan minuman dihentikan selama 2-3 hari selama diare dan dapat diberikan lagi setelah muntah berhenti (Merckvetmanual 2008).
Terapi yang
sering digunakan untuk penyakit ini adalah antibiotik parenteral yang sangat
potensial untuk kejadian septisemia dan adanya infeksi C.perfringens adalah
Ampicillin (10–20 mg/kg IV). Kombinasi Ampicillin dengan Aminoglycosida
(Gentamicin 6-10 mg/kg IV) atau fluoroquinolon (enrofloxacin 5-10 mg/kg).
Terapi alternatif lain adalah Trimethoprimsulfa atau Cephalosporin. Pemberian
glukokortikoid (Dexamethason sodium fosfat 0,5-1,0 mg/kg IV) short acting
diberikan pada anjing yang mengalami shock. Transfusi darah dianjurkan apabila
telah kehilangan banyak darah meskipun jarang dilakukan (Twedt 1996).