PENULIS : Didi Irwadi ,
Sulina Y. Wibawa , Hardjoeno
REVIEWER : Ld. Yazid B,
TAHUN : 2017
TUJUAN
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis jenis
cairan selaput paru
dari pelbagai penyakit
yang dapat menyebabkan
rembesan selaput paru. Yaitu dengan menyebabkan rembesan selaput paru. Yaitu
dengan menilai kadar glukosa,
protein keseluruhan, LDH dan
hitung leukosit dan membandingkan dengan kadar bahan yang sama dari serum
penderita.
METODE
Rancangan penelitian ini adalah potong silang (cross sectional)
dan dilaporkan dalam bentuk pemerian (deskriptif). Data diperoleh dari catatan
Laboratorium Patologi Klinik di Sub Unit Cairan Tubuh dan Rekam Medik Penderita
di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, kurun waktu (periode) Juni 2006
sampai dengan Juni 2007.
Cairan selaput paru yang dianalisis adalah cairan yang didapatkan
melalui penusukan pisau ke rangka dada atau torakosentesis penderita rawat
jalan maupun rawat inap. Analisis cairan selaput paru dilakukan berdasarkan uji
makroskopis, mikroskopis dan uji kimiawi yang ditentukan secara kendali mutu
(kualitatif). Glukosa sewaktu dan protein keseluruhan (total) serum penderita
diperiksa. Data disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis dengan uji Anova
dan One tail T-Test menggunakan program SPSS indows versi 11,5.
LATAR BELAKANG
Keluar atau merembesnya cairan selaput paru (efusi pleura) adalah
penumpukan cairan di dalam rongga selaput paru yang disebabkan oleh proses
mencampurnya serum (eksudasi) atau cairan darah (transudasi) yang berlebihan
dari permukaan selaput paru. Rembesan cairan selaput paru (efusi pleura
bukanlah merupakan diagnosis penyakit, melainkan gejala penyakit berat (serius)
yang dapat mengancam jiwa.
Berbagai penyakit bisa menimbulkan rembesan selaput paru. Di
antaranya gagal jantung berbendung (kongestif), radang paru (pneumonia),
sirosis hepatik, himpunan sindrom nefrotik, penyakit jangkitan (infeksi) baik
oleh jamur, parasit, bakteri maupun virus. Namun, yang paling sering ditemukan
adalah akibat proses keganasan dan tuberkulosis.
Dalam keadaan patologis rongga selaput paru dapat menampung
beberapa liter cairan dan udara. Hal ini terjadi akibat peningkatan tekanan
hidrostatik bersistem (sistemik), penurunan tekanan osmotik koloid darah akibat
hipoproteinemia, kerusakan dinding pembuluh darah, gangguan penyerapan kembali
cairan selaput paru oleh saluran pembuluh getah bening disebabkan oleh berbagai
penyakit. Secara umum cairan selaput paru digolongkan dalam cairan darah
(transudat) dan serum campuran (eksudat). Terbentuknya cairan darah dan serum
campuran bergantung dari penyebab terjadinya efusi pleura.
Perbedaan transudat dan eksudat berdasarkan analisis cairan
selaput paru (pleura) dengan pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan uji (tes)
kimiawi di antaranya kadar glukosa, protein keseluruhan (total), laktat
dehidrogenase (LDH), amilase, kolesterol dan C-Reaktif Protein.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel cairan selaput paru dianalisis berdasarkan uji makroskopis,
mikroskopis dan uji kimiawi serta pemeriksaan protein total dan glukose sewaktu
terhadap serum penderita. Dari 87 sampel yang diteliti, terdiri atas laki-laki
sebanyak 48 orang (55,2%) dan perempuan 39 orang (44,8%), dengan rentang usia
14 tahun hingga 80 tahun. Kejadian rembesan selaput paru terutama pada usia
produktif (30–60 tahun) yakni 35%.
Pemeriksaan mikroskopis didapatkan sel leukosit jenis mononuklear
lebih banyak (dominan) dibandingkan dengan polimornuklear baik untuk jenis
cairan darah maupun serum campuran. Ini menunjukkan proses berlangsung penyakit
bersifat menahun (kronis).
Beberapa sampel yang dibiakkan kuman (kultur), dan didapatkan
beberapa jenis kuman terutama di jenis cairan serum campuran. Setelah
membiakkan kuman dilanjutkan dengan uji kepekaan (sensitifitas) untuk
mengetahui jenis obat yang berdaya (potensi) tinggi membunuh kuman penyebab.
Dari 11 sampel cairan selaput paru yang dibiakkan oleh karena penyakit tuberkulosis
hanya 1 yang menunjukkan BTA positif. Hal ini disebabkan karena cairan rembesan
(efusi) timbulnya bukanlah ada bakteri tuberkulosis, tetapi lebih disebabkan
oleh aksi balik kelebih-pekaan (reaksi hipersensitivitas) terhadap
tuberkuloprotein.
KESIMPULAN
Rembesan selaput paru lebih banyak ditemukan pada usia produktif.
Berdasarkan jenis cairan, lebih banyak yang bersifat serum campuran (eksudat)
dibandingkan dengan cairan darah (transudat). Penyakit tuberkulosis dan
keganasan merupakan penyebab terbanyak jenis serum campuran dan penyakit gagal
jantung berbendung (kongestif) di jenis cairan darah.
Kadar glukosa cairan darah dibandingkan dengan serum campuran
cairan selaput paru lebih tinggi, sedangkan kadar LDH, protein total dan
leukosit lebih rendah. Umumnya kasus rembesan selaput paru yang diderita
bersifat menahun dengan lebih banyak ditemukan jenis leukosit mononuklear.
Tidak ada perbedaan bermakna kadar glukose, protein keseluruhan
(total), LDH dan leukosit baik dalam kelompok cairan darah maupun serum
campuran. Berbagai jenis kuman dapat ditemukan dalam cairan selaput paru.
TUGAS
KIMIA KLINIK
REVIEW
JURNAL TRANSUDAT DAN EKSUDAT
OLEH
LAODE
YAZID BASHAR
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEAHATAN MANDALA WALUYA
DIV
ANALIS KESEHATAN
KENDARI
2017