BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Imunokromatografi
assay (ICA) merupakan perluasan yang logis dari teknologi uji aglutinasi latex
yang berwarna yaitu uji serologi yang telah dikembangkan sejak tahun 1957
singes dan piots untuk penyakit Arthritisrheumatoid.
Disamping
itu imunokromatografi assay (ICA) merupakan uji laboratorium yang handal
sehingga amat dibutuhkan di negara sedang berkembang. Imunokrimatografi assay
tidak membutuhkan alat canggih (mikroskop kliorogens dan radio conts) untuk
membacanya cukup hanya dengan melihat adanya perubahan warna memakai mata
telanjang sehingga jauh lebih pratktis.
B.
Rumusan
masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan
immunokromatografi ?
2.
Sebutkan jenis-jenis
immunokromatografi ?
3.
Bagaimana immunokromatogravi assay terapan pada
penyakit infeksi bakterial?
4.
Bagaimana
imunoassay untuk penyakit yang berkaitan dengan infeksi jasad renik?
5.
Bagaimana
imunoassay untuk penyakit sifilis?
6.
Bagaimana kekurangan dan kelemahan
dari immunogromatografi ?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian dari
immunokromatografi.
2.
Untuk mengetahui jenis-jenis
immunokromatografi.
3.
Untuk mengetahui immunokromatogravi
assay terapan pada penyakit infeksi bakterial
4.
Untuk mengetahui imunoassay untuk penyakit yang
berkaitan dengan infeksi jasad renik
5.
Untuk mengetahui imunoassay untuk penyakit sifilis
6.
Untuk mengetahui kekurangan dan
kelemahan dari immunogromatografi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Imunokromatografi
ASSAY (ICA) atau disebut juga aliran samping (lateral flow test) atau
dengan singkat disebut uji strip (strip test) tergolong dalam kelompok
imuno ASSAY berlabel sampel seperti imunofluerens (IF) dan imuno
enzim (EIA).
Imunokromatografi
assay (ICA) merupakan perluasan yang logis dari teknologi uji aglutinasi latex
yang berwarna yaitu uji serologi yang telah dikembangkan sejak tahun 1957
singes dan piots untuk penyakit Arthritisrheumatoid.
Disamping
itu imunokromatografi assay (ICA) merupakan uji laboratorium yang handal
sehingga amat dibutuhkan di negara sedang berkembang. Imunokrimatografi assay
tidak membutuhkan alat canggih (mikroskop kliorogens dan radio conts) untuk
membacanya cukup hanya dengan melihat adanya perubahan warna memakai mata
telanjang sehingga jauh lebih pratktis.
B. Jenis-jenis
Imunokromatografi ASSAY
1. HbsAg
·
Pra
analitik
Judul : pemeriksaan HbzAg Rapid
test
Metode : imunokromatografi
Tujuan : untuk mengetahui adanya
virus hepatitis B dalam serum penderita
Prinsip :
imunokromatografi dengan prinsip serum yang diteteskan pada bantalan sampel
bereaksi dengan partikel yeng telah dilapisi dengan anti HBs (antibodi).
Campuran ini selanjutnya akan bergerak sepanjang strip membran untuk berikatan
dengan antibody spesifik. Pada daerah tes, sehingga akan menghasilkan garis
warna.
Dasar teori
:
HBsAg merupakan suatu tahap secara kualitatif yang menggunakan serum atau
plasma dimana bertujuan untuk mendeteksi adanya HBsAg dalam serum atau plasma
membrane yang dilapisi dengan anti HBsAg antibody pada daerah garis test selama
proses pemeriksaan, sampel serum atau plasma bereksi dengan partikel yang
ditutupi dengan anti HBsAg antibodi, campuran tersebut akan meresap sepanjang
membrane kromatografi dengan anti HBsAg, anti pada membrane dan menghasilkan
suatu hasil posotif pada daerah test, jika tidak menghasilkan garis yang
berwarna pada daerah test menunjukan hasil yang negatif.
Alat dan
Bahan
1.
Tabung reaksi
2.
Serum
3.
Strip HBsAg atau strip ACON
·
Analitik
- Siapkan alat dan bahan
yang akan digunakan
- Siapkan serum dalam
tabung reaksi
- Keluarkan strip HBsAg
dari kemasannya
- Celupkan kedalam seru,
biarkan selama 15 menit
- Amati hasil test yang
terjadi
·
Pasca
analitik
1.
Positif (+) : terdapat 2 garis
pada daerah control dan test
2.
Invalid : tidak terjadi garis
merah pada control test
3.
Negatif (-) : terdapat satu
garis pada kontrol
2. Plano test
·
Pra
analitik
Judul : pemeriksaan plano test
Metode : imunokromatografi
Tujuan :
HCG merupakan
suatu tahap tes yang menggunakan urine secara imunokromatografi untuk
mendeteksi adanya human karionik gonadotropin dalam urine dan juga mendeteksi
adanya kehamilan
Dasar teori :
HCG (hormone
charionoc Gonadotronpin) merupakan hormone yang dihasilkan oleh plasenta
yang mencapai puncaknya pada 8 minggu kehamilan kemudian untuk kembali
keminggu-mingu berikutnya hormone ini adalah hormone yang disekresi oleh
sel-sel troboflas kedalam cairan ibu Negara setelah nidasi terjadi. HCG dalam
urin dapat digunakan untuk penentuan kehamilan dengan cara sederhana penentuan
kehamilan dengan menggunkan urin dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara biologis
dan cara immunologic. Percobaan biologic dengan 3 cara yaitu cara ascheim
zondek, cara friendam, dan caragali mainini. Sedangkan
pemeriksaan secara imunologic dapat dilakukan secara langsung dengan cara direct
latex aglutination (DLA) atau cara tidak langsung dengan latex
aglutination inhibitor serta dengan cara hemaglutination inhibitiom (HAI).
Alat dan Bahan
1. Tabung
reaksi
2. Test strip
3. Urine
·
Analitik
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- celupkan strip kedalam urine selama 10-15 detik
- keluarkan kemudian baca hasilnya setelah 3 detik
·
Pasca
analitik
1.
Positif : jika ada dua garis pada
daerah control dan test
2.
Negatif : jika terdapat satu garis
pada daerah control
3.
terjadi aglutinasi
3. Narkoba
·
Pra
analitik
Judul : pemeriksaan Test Narkoba
Metode : Imunokromatografi
Tujuan : untuk mengetahui ada tidaknya narkoba pada pasien
Prinsip :
Berdasarkan prinsip pemeriksaan Imunokromatografi methamphetamine akan
terbentuk garis merah jika terdapat narkoba jenis mertham pethamin.
Dasar Teori :
Berdasarkan reaksi imunokromatografi di mana urine yang mengandung narkoba
berkaitan dengan obatconjugate untuk mengikat antibody dalam strip. Urine yang
mengandung obat(narkoba) akan memberikan satu garis warna pada strip, sedangkan
urine yang tidak mengandung narkoba akan memberikan 2 garis warna pada strip.
Alat dan Bahan :
1.Strip test narkoba
2.Pipet tetes
3.Tabung reaksi
4.Timer
5.Urine
·
Analitik
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Pipet sebanyak 100ul
dalam tabung reaksi
- Celupkan strip kedalam
tabung tersebut yang berisi urine
- Keluarkan kemudian baca
hasilnya.
·
Pasca
analitik
1. Positif : jika terbantuk satu garis
2. Negative : jika terbentuk 2 garis
3. Invalid : tidak terbentuk garis warna pada control dan test
4. Pemeriksaan dengue
Demam berdarah dengue masih merupakan masalah kesehatan yang penting di
Indonesia, sebab prevalensinya maupun angka kematiannya tergolong tinggi.
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang termasuk virus Arbo.
·
Pra
Analitik
Judul : pemeriksaan dengue
Metode : Imunokromatografi
Tujuan : untuk mengetahui adanya virus dengue dalam tubuh
Prinsip :
bila antibody lgM dan lgG dari virus dengue dalam sampel akan ditemukan
secara spesifik oleh antibody anti human lgM dan lgG yang terikat pada membrane
netro selulosa sebagai fase padat, kemudian berikatan dengan anti dengue yang
telah membentuk kompleks dengan gold babelled anti dengue monokorald antibody
dan member warba pink pada garis test.
Alat dan bahan :
1.
Tabung reaksi
2.
Tes acon
3.
Serum
·
Analitik
1.
Siapkan alat dan bahan yang
akan digunakan.
2.
Teteskan serum atau plasma
pada strip acon sebanyak 10 tetes
3.
Tambahkan larutan buffer
sebanyak 3 tetes
4.
Baca hasil setelah 5-15 menit
·
Pasca
analitik
1.
Positif (+) : terrdapat2 garis
warna pada daerah control dan test
2.
Negative (-) : hanya terbentuk
satu garus pada daerah control
3.
Invalid : tidak terbentuk
garis warna
5. Pemeriksaan HIV
·
Pra
analitik
Judul : pemeriksaan HIV
Metode : Imunokromatografi
Tujuan : Untuk Mengetahui Adanya Human Imuno Defisiensi Virus
pada serum pasien
Prinsip :
ultra rapid
test device (serum/plasma) adalah bersifat kualitatif selaputnya memiliki
kekebalan dengan system antigen ganda untuk mendeteksi antibody terhadap
antibody HIV dalam serum atau plasma
Dasar Teori :
HIV adalah
agen penyebab acquired immunedefisiency syndrome (AIDS) virus ini berkembang
lewat lapisan luar lipid yang dibawah dari membrane sel inang. Beberapa virus
gliko protein menepati lapisan luar tersebut, setiap virus memiliki 2 salinan
anti positif genomic RNA. HIV 1 terisolasi dari pasien denan AIDS dan AIDS
hubungan kompleks dan dari orang sehat potensi resiko yang tinggi untuk
mengembangkan AIDS. HIV 2 terisolasi dari pasien-pasien AIDS di afrika barat
dan dari individu-individu yang tidak memiliki gejala sero positif. Keduanya
HIV 1 dan HIV 2 mndatangkan suatu respon kekebalan. Pemeriksaan antibody HIV
dalam serum atau plasma merupakan cara yang umum yang lebih efisien untuk
menentukan apakah seseorang tak terlindungi dari HIV fan melindungi darah dan
elemen-elemen yang dihasilkan darah untuk HIV. Perbedaan dalam sifat-sifat
biologis,aktifitas serologis, dan deretan genom, HIV 1 dan 2 positif sera dapat
diidentifikasi dengan menggunakan tes serologis dasar HIV.
Alat dan
Bahan :
1.
Pipet tetes
2.
Strip HIV
3.
Tabung reaksi
4.
Serum
5.
Reagen HIV/Buffer HIV
·
Analitik
1.
Siapkan alat dan bahan yang akan
digunakan
2.
Pindahkan tes device dari kantung pembungkus
dan gunakan sesegera
3.
mungkin. Hasil terbaik akan didapatkan
jika pengujiannya dikerjakan dalam satu jam
4.
Tempatkan tes device pada permukaan
yan bersih dan bermutu atau permukaan yang tinggi
5.
Pegeng penetes secara partikel
teteskan 1 tetes serum/plasma (sekitar 25 ul), kemudian tanbahkan satu tetes
larutan beffer sekitar 40 ul.
6.
Tunggu sampai garis merah terlihat.
Hasil akan terbaca dalam 10 menit.
·
Pasca analitik
Intesitas
dari warna merah garis daerah test (T) akan berubah tergantung dari konsentrasi
antibody HIV yang ada pada sampel. Oleh k]arena itu adanya beberapa bayangan
merah didaerah test dapat diperiksa positif.
6. Pemeriksaan HCV
·
Pra
analitik
Judul : Pemeriksaan anti HCV
Metode : Imunokromatografi
Tujuan : Untuk mengetahui adanya virus hepatitis C dalam serum
Dasar teori :
Tes human anti HCV lgG antibody dikembangkan untuk mendeteksi sirkulasi
anti HCV lgG antibody dinyatakan sebagai petunjuk infeksi hepatitis C virus,
tes ini berdasarkan prinsip yang menggunakan rekombinan HCV protein sebagai
viral antigen. Pada langkah pertama anti HCV lgG dalam specimen bila ada akan
terikat pada protein rekombin;an HCV yang dilabel pada permukaan sumur
microtitir.
Setelah inkubasi bagian specimen yang tidak terikat akan dipisahkan melalui
pencucian, pada pencucian ke dua anti human lgG konjugat ditambahkan akan
mengikat antibody spesifik manusia anti HCV lgG pada permukaan sumur akan
membentuk sandwich complex.
Alat dan
bahan :
1.
Pipet tetes
2.
Strip Anti HCV
3.
Tabung reaksi
4.
Serum sampel
5.
Reagen HCV / buffer HCV
·
Analitik
1.
Siapkan alat dan bahan yang
akan digunakan
2.
Tempatkan kemasan strip pada
temperature ruangan sebelum dibaca
3.
Siapkan serum dalam tabung
reaksi kemudian diambil kurang lebih satu tetes serum, lalu masukan strip HCV
setelah itu masukan buffer HCV kurang lebih 2 tetes.
4.
Tunggu sampai muncul garis
merah pada strip
·
Pasca
analitik
1.
(+) :
terdapat 2 garis pada daerah control dan tes
2.
(-) : terbentuk satu garis
pada daerah control
3.
Invalid : tidak terdapat garis
pada daerah control dan tes
7. Pemeriksaan Anti HbsAg
·
Pra
analitik
Judul :
pemeriksaan anti HBs
Metode :
imunokromatografi
Tujuan :
untuk mengetahui adanya antibody dalam serum.
Prinsip :
serum diteteskan kedalam wadah dan reaksi yang terjadi akan memberikan hasil dengan tanda garis
Dasar teori :
viral hepatitis adalah penyakit
infeksi yang umumnya sering disebabkan oleh virus
hepatitis B (HBV) yang menjangkit hampir 5% dari populasi dunia dengan beberapa
variasi setempat, penyakit ini dapat timbul tanpa gejala, akut(dengan kasus
berat dan kematian) atau hepatitis kronik yang akan memburuk ke erisis dan atau
hepatocalullar carcinoma dan kematian. Penyakit ini biasanya ditularkan melalui
pertikaran cairan tubuh antara seseorang yang sehat dengan orang yang sakit.
Alat
dan Bahan :
1.
Strip anti HBs
2.
Tabung reaksi
3.
Tips
4.
Tissue
5.
Serum
·
Analitik
1.
Siapkan alat dan bahan yang
akan digunakan
2.
Darah dicentrifuge dengan
kecepatan 3000 rpm selama 10 menit
3.
Buka strip anti HBs dari
kemasannya
4.
Celupka strip tersebut kedalam
tabung yang berisi serum
5.
Biarkan selama 15 menit ,
angkat dan baca hasilnya
- Pasca
analitik
1. (+) : terdapat 2 garis pada daerah control dan tes
2.(-) : hanya terdapat 1 garis pada daerah control
3.Invalid : tidak terdapat garis pada daerah control dan tes
C. Immunokromatogravi Assay Terapan Pada Penyakit Infeksi
Bakterial
1.
Penyakit demam tipoid
Demam tifoid (typoid fever) atau yang lebih terkenal
dengan penyakit tifus ini merupakan suatu penyakit pada saluran pencernaan yang
sering menyerang anak-anak bahkan orang dewasa. Penyebab penyakit tersebut
adalah bakteri salmonella typhi.
Gejala-gejala yang kerap terjadi antara lain seperti
nyeri pada perut, mual, muntah, demam tinggi, sakit kepala dan diare kadang-kadang bercampur darah.
Penularan penyakit tifus ini, pada umumnya itu di
sebabkan oleh karena melalui makanan atau pun minuman yang sudah tercemar oleh
agen penyakit tersebut. Biasa juga, karena penanganan yang kurang begitu higienis
atau pun juga disebabkan dari sumber air yang sering digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari.
Salmonella merupakan kuman berbentuk batang gram
negatif yang umumnya bergerak dengan flagel dan bersifat aerobic. Salmonella memiliki
sedikitnya 5 macam antigen, yaitu :
1.
Antigen o (antigen somatik), yang
terletak pada lapisan luar pada tubuh kuman. Bagian ini tahan terhadap panas
dan alcohol tetapi tidak terhadap formaldehid.
Lipopolisakarida
dari antigen O terdiri dari 3 regio sebagai berukut :
·
Region I, mengandung antigen O
spesifik atau antigen dinding sel dan merupakan polimer dari unit oligosakarida
yang berulang-ulang. Antigen O ini berguna untuk pengelompokan serologis.
·
Region II, terikat pada antigen O
dan terdiri dari core polysaccharide serta merupakan sifat yan konstan dalam
suatu genus Enterobacteriaceace tetapi berbeda antara genera.
·
Region III, mengandung lipid yang
terikat pada core polysaccharide yang merupakan bagian yang toksik dari
molekul. Lipid A menempelkan lipopolisakarida pada membran permukaan sel.
2.
Antigen H (antigen flagela), yang
terletak pada flagella, fimbrie atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai
struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan
terhadap panas dan alcohol.
3.
Antigen Vi, yang terletak pada
kapsel (envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman terhadap
fagositosis. Ketiga macam antigen tersebut diatas, didalam tubuh penderita akan
menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibody yang lazim tersebut agglutinin.
4.
Outer membrane protein (OMP), antige n
OMP S.typhi merupakan bagian dari didin sel yang terletak di luar membrane
sitoplasma lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap lingkungan sekitarnya.
OMP berfungsi sebagai barier fisik yang mengendalikan masuknya zat dan cairan
kedalam membrane sitoplasma, dan berfungsi sebagai reseptor untuk bakteriofag
dan bakterisin.
5.
Heat hock protein (HSP) atau
stress protein adalah protein yang memproduksi oleh jasad renik dalam
lingkungan yang terus berubah, terutama yang menimbulkan stress pada jasad renik tersebut
dalam usahanya mempertahankan hidupnya.
Sarana laboratorium untuk membantu menegakan diagnosis
demam tifoid dalam garis besarnya dapat digolongkan dalam tiga komponen, yaitu :
1.
Isolasi kuman menyebabkan S.
typhi, dari specimen klinis, seperti darah, sum-sum tulang, urin, tinja dan
cairan duodenum.
2.
Imunoasay untuk malacak kenaikan
kadar antibody terhadap antigen.S typhi menentukan adanya antigen
spesifik dari S. typhi.
3.
Uji polymerase chain reaction
(pcr) untuk melacak DNA spesifik dari S.typhi.
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan
hematologi,urinalis, kimia klinik . imunoserologi, dan biologi molekuler.
Pemeriksaan m,enunjukan untuk membantu menegakkan diagnosis (adalkalanya bahkan
menjadi penentu diagnosis), menetapkan prognosis, memantau perjalanan penyakit
dan hasi pengobatan serta timbulnya penyulit.
Usaha yang tertua untuk melacak adanya kenaikan titer
kadar antibody terhadap S.typi yaitu dengan cara penentuan titer
agglutinii O dan II dengan uji widal yang telah di pakai sejak tahun 1896. Uji
widal yang menggunakan suspensi basil s.typhi atau paratyphi untuk
menentukan titer agglutinin dalam serum penderita demam tifoid atau paratifoid,
walaupun banyak mempunyai kelemahan, sampai sekarang ini masih merupakan
imunoasay yang paling banyak dipakai untuk menunjang diagnosis demam typhoid di
klinik.
Antigen dari uji widal :
1.
Antigen H (antigen flagella)dibuat dari
S. typhi yang motil dengan permukaan koloni yang licin. Kuman dimatikan
dengan larutan formalin 0,1%
2.
Antigen O (antigen somatic)dibuat
dari strain S. typhi yang tidak motil. Untuk membunuh kuman dipakai
alkohol absolute dan sebagai pengawet di pakai larutan phenol 0,5%. Sebelum
dipakai konsentrasi alcohol harus di encerkan sampai menjadi 12%.
3.
Antigen PA (S.paratyphi A)dibuat
dari strain S.paratyphi A. untuk membunuh kuman dipakai formalin 0,1%.
4.
Antigen PB (S. paratyphi B)dibuat
dari strain S.paratyphi B. untuk membunuh kuman di pakai formalin 0,1%.
5.
Sebelum dipakai, suspense beberapa
antigen tersebut diatas harus diencerkan lebih dahulu dengan larutan salin
normal steril sampai mencapai kekeruhan sama dengan tabung nomor 3 dari Mc.
Forland (3 unit Mc.farland yang sesuai dengan 9 x 10 kuman/ml).
1. Pemeriksaan
widal
·
Pra
Analitik
Judul : pemeriksaan
widal
Tujuan : untuk
mengetahui ada tidaknya antibody spesifik terhadap
antigen salmonella SP dalam serum.
Metode : slide
Prinsip :
adanya
antibody salmonella typhi dan salmonella paratyphi dalam
serum sampel akan bereaksi dengan antigen yang
terdapat dalam
reagen widal. Reaksi dengan adanya aglutinasi.
Alat dan Bahan:
1.
Serum
2.
Reagen Widal
3.
Rotator atau batang pengaduk
4.
Pipet tetes
·
Analitik
1.
Siapkan alat dan bahan yang akan
digunakan
2.
Pipet satu tets serum (20µ) keadaan
lingkaran yang terdapat dalam slide dengan kode O,H,HA dan CP dan CN
3.
Tambakan masing-masing satu tetes
reagen widal sesuia dengan kode slide, begitu pula pada CN dan Cp
4.
Campur antigen dan serum dengan
batang pengaduk berbeda dan lebarkan kemudian goyang-goyangkan selama satu
menit
5.
Amati reaksi yang terjadi.
·
Pasca Analitik
1.
Positif : Bila terjadi aglutinasi
2.
Negative : Bila tidak terjadi
aglutinasi
D.
Imunoassay untuk Penyakit Sifilis
Immunoassay untuk sifilis memegang peranan yang
penting dalam diagnosis laboratorium dari
penyakit sifilis ,sebab perjalanan penyakit lama dan sampai dewasa ini T.
pallidum belum berhasil untuk dibenihkan pada suatu media perbenihan . Sedangkan pemeriksaan secara langsung (mikroskopis) hanya dapat dikerjakan
pada bahan yang diambil dari lesi lues (ulcus durum,condylomata lata,dan
reseola) yang seringkali hanya muncul dalam waktu yang relative singkat dan
sering member hasil yang negative semu.
Suatu infeksi dengan suatu kuman,umumnya akan
membangkitkan pembentukan antibody pada tubuh penderita.Demikian juga halnya
pada infeksi dengan T.pallidum . pembentukan antibody pada penderita sifilis
baru terjadi setelah agak lama penderita menderita penyakit tersebut,yaitu
dimulai pada akhir stadium pertama atau permulaan stadium kedua.
Hal ini terutama disebabkan oleh karena kuman
ini diliputi oleh suatu selaput mucoid yang menyebabkan kuman ini menjadi kebal
terhadap fagositosis. Baru setelah kuman ini agak lama berada dalam tubuh atau
telah menyebar ke kelenjar lemfe regional(akhir stadium pertama), pembentukan
antibody humoral yang nyata mulai terjadi.
Dari segi imunoassai ,suatu infeksi dengan T
.pallida.yang dikenal sebagai penyebab dari sifilis akan menimbulkan 2 jenis
antibody sebagai berikut :
1.
Antibody nontreponemal atau
regain sebagai akibat dari sifilis atau penyakit infeksi yang lain. Antibody
ini baru terbentuk setelah penyakit menyebar ke kelenjar limfe regional dan
menyebabkan kerusakan jaringan. Antibody ini memberikan reaksi silang dengan
beberapa antigen dari jaringan lain seperti misalnya dengan antigen lipoid dari
ekstrak otot jantung.
2.
Antibody treponemal yang
bereaksi dengan T.pallida. dan closelyrelatedstrains. Dalam golongan antibody
ini dapat dibedakan 2 jenis antibody,yaitu:
a)
Group treponemal antibody,
yaitu antibody terhadap antigen somatic yang dimiliki oleh semua Treponema.
b)
Antibody treponemal yang
spesifik,yaitu antibody terhadap antigen spesifik dari T.Pallidum.
- Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Laboratory)
·
Pra
Analitik
Judul : pemeriksaan VDRL(Veneral Disease Research
Laboratory)
Metode: kualitatif
Tujuan
: untuk menentukan ada tidaknya reaksi antara serum penderita dengan antigen lipoid
Prinsip :
adanya antibody regain (antibody non treponema) dalam serum penderita akan
bereaksi dengan antigen lipoid yang terkandung dalam reagen VDRL membentuk
presipitan.
Dasar teori:
ada tiga jenis pemeriksaan sipilis yaitu VDRL (Veneral Disease Reseach
Laboratory) , RPR (Rapiud Plasma Reagin) , dan TPHA (Treponema phalid
hemaglutination). Untuk VDRL dan RPR mendeteksi antibody non
tropenema,sedangkan TPHA untuk mendeteksi antibody troponema phalida.
Pemeriksaan VDRL , yaitu pemeriksaan yang di pakai untuk penyakit sifilis.
Alat dan Bahan :
1.
Slide
2.
Clinipet
3.
Batang pengaduk
4.
Centrifuge
5.
Tips
6.
Tissue
7.
Reagen VDRL
8.
Serum
- Analitik
1.
Siapkan alat dan bahan yang
akan digunakan
2.
Pipet pada tempat berbeda 1
tetes serum sampel , control positif dan control negative
3.
Tambahkan masing-masing reagen
VDRL lebarkan dan goyang-goyangkan ± 8 menit
- Pasca
Analitik
1.
Reaktif (+) : jika terbentuk
agregan besar ditengah dengan dipinggirlungkaran
2.
Weak (positif lemah) : jika
agregatnya halus pada pinggir lingkaran
3.
Non Reaktif : jika terbentuk
agregat
E. Imunoassay
untuk Penyakit yang Berkaitan Dengan Infeksi Jasad Renik
1.
Demam Rematik
·
Imunoassay
Untuk Melacak Rheumatoid Factor (Rf)
Factor rematoid (RF) petama kali ditemukan oleh Wolker
(1940), dan Rose et.al (1948), sebagai immunoglobulin dalam sera
penderita dengan arthritis trematoid yang dapat mengaglutinasi sel darah merah
domba yang di lapisi IgG kelinci.
Factor rematoid adalah suatu antibody (IgG,atau IgA)
yang ditunjukan terhadap IgG (anti IgG), dan berbentuk dalam stadia yang agak
lanjut dari penyakit arthritis rematoid; biasanya setelah penderita penyakit
lebih dari sEtengah tahun.
Pathogenesis dari penyakit arthritis rematoid, dan
mekanisme pembentukan factor rematoid masih belum diketahui dengan tepat (masih
merupakan hipotensis).
Arthritis rematoid adalah suatu penyakit radang sendi
yang di timbulkan oleh suatu kelainan pada proses regulasi imun (immune
regulation) yang kelainan imunopatologisnya disebabkan oleh kegagalan dalam
koordinasi dari beberapa fungsi imunitas mediasi seluler (cell mediated
immunity) terhadap suatu antigen di dalam sendi(intra-arthicular) yang berasal
dari luar. Antigen penyakit ini sampai sekarang belum diketahui dengan tepat,
dan oleh karena itu sering di sebut antigen x.
1.
pemeriksaan Rf (Rematoid Factor) /
RA (Rheumatoid Arthritis)
·
Pra
Analitik
Judul : pemeriksaan rematoid factor
Tujuan :untuk
mengetahui adanya RF dalam serum yaitu immunoglobulin antibody yang dapat
mengikat antibodi lainnya.
Prinsip : antibody RF (serum) + Reagen latex (anti-antibodi) =
aglutinasi.
Alat dan Bahan
1.
Slide
2.
Klinipet
3.
Tips
4.
Sentrifuge
5.
Batang pengaduk
6.
Serum
7.
Reagen latex
8.
Control positf
9.
Control negatif
- Analitik
1.
Siapkan alat dan bahan
2.
Dengan menggunakan klinipet pipet 40
ul dari tiap-tiap tabung pengenceran kemudian teteskan pada slide dengan latar
hitam
3.
Tambahkan masing-masing reagen latex
sama banyak
4.
Pada slide yang lain buat control
positif dan control negatif sebagai pembanding.
5.
Campur dengan gerakan memurat
beberapa detik hingga campuran tersebut menyebar keseluruh tubuh arah lingkaran
6.
Putar perlahan selama 1 menit dan
amati aglutinasi yang terjadi
- Pasca Analitik
1.
Positif : terjadi aglutinasi
2.
Negatif : tidak terjadi aglutinasi
C.
Kelemahan dan Kekurangan
- Format yang disukai oleh pemakai (teknisy
laboratorium)
- Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil
tes amat singkat
- Stabil untuk jangka panjang dan dalam tantangan
iklim yang luas
- Kerjanya amat praktis
- Baru dalam pemeriksan kualitatif belum kuantitatif
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imunokromatografi ASSAY (ICA) atau disebut juga aliran
samping (lateral flow test) atau dengan singkat disebut uji strip (strip
test) tergolong dalam kelompok imuno ASSAY berlabel sampel seperti imunofluerens
(IF) dan imuno enzim (EIA).
Macam-macam
imunokromatogravi:
1.
HbsAg
2.
Narkoba
3.
Pemeriksaan dengue
4.
HIV
5.
Plano test
6.
Anti HbsAg
7.
HCV