Tinjauan
Umum Jamur
Jamur
adalah suatu kelompok jasad hidup
yang menyerupai tumbuhan
karena mempunyai dinding
sel, tidak bergerak,
berkembang biak dengan spora, tetapi tidak mempunyai klorofil
(Waluyo, 2007). Jamur tidak mempunyai
akar, batang, daun dan sistem
pembuluh seperti pada
tumbuhan tingkat tinggi. Umumnya jamur berbentuk
benang, bersel banyak,
dan semua bagian
jamur tersebut memiliki potensi untuk
tumbuh. Setiap lembar
benang disebut hifa,
dan kumpulan hifa dinamakan miselium. Diameter hifa berkisar antara 0,5
– 100 mikron atau lebih (Pratiwi, 2008).
Umumnya jamur merupakan organisme bersel banyak (multiseluler),
tetapi ada juga pada jamur multiseluler yang hifanya tidak bersekat (asepta),
inti selnya tersebar di dalam sitoplasma dan berinti banyak. Jamur jenis ini
disebut jamur senositik (coenocytic), sedangkan
yang bersekat umumnya berinti satu dan disebut sebagai jamur monositik (monocytic). yang bersel tunggal (uniseluler), contohnya jamur ragi tape (Saccharomyces sp) (Fried, 2005). Jamur ada yang hidup sebagai parasit,
ada pula yang bersifat saprofit. Selain itu, ada pula yang bersimbiosis dengan
organisme lain secara mutualisme. Sebagai parasit, jamur mengambil makanan
langsung dari inangnya. Jamur jenis ini memiliki haustorium, yaitu hifa khusus
untuk menyerap makanan langsung dari inangnya. Sebagai saprofit, jamur
mengambil makanan dari sisa-sisa organisme lain yang telah mati. Jamur yang
bersimbiosis, mengambil nutrisi berupa zat organik dari organisme lain dan
organisme itu mendapatkan zat tertentu yang bermanfaat dari jamur tersebut (Waluyo,
2007).
Jamur bereproduksi baik secara aseksual dengan
pembelahan, pembentukan tunas atau spora, maupun secara seksual dengan
peleburan inti dari kedua induknya. Jamur diklasifikasikan menjadi empat kelas
utama yaitu Phycomycetes, Ascomycetes,
Basidiomycetes, dan Deuteromycetes.
a)
Phycomycetes
Berdasarkan ciri-ciri spora seksual dan aseksual,
habitat, struktur garis besar morfologi dan sifat nutrisinya, kelas Phycomycetes dibagi lagi menjadi enam
subkelas yaitu Cytridiomycetes,
Hypocytridiomycetes, Oomycetes, Plasmodiophormycetes, Trichomycetes, dan Zygomycetes.
Keenam subkelas ini umumnya tidak mempunyai septa (dinding penyekat) yang
teratur pada benang hifanya,
sehingga mengakibatkan terdapat banyak
nukleus disetiap sel benang hifa.
b)
Ascomycetes
Disebut juga fungi berkantung, membentuk satu atau
lebih (umumnya delapan) spora seksualnya (askospora) dalam sel berbentuk
kantung yang disebut askus. Spora aseksual yang diproduksi oleh Ascomycetes akan membentuk konidium Konidium
ini dapat berupa kumpulan spora tunggal atau berantai. Konidium merupakan hifa
khusus yang terdapat pada bagian ujung hifa penyokong yang disebut
konidiofor.
c)
Basidiomycetes
Basidiomycetes
membentuk spora seksual (basidiospora) secara eksternal pada sel berbentuk gada
(basidia). Reproduksi seksual terjadi melalui pertunasan, mikrokonidia, ataupun
dengan fragmentasi benang hifa. Umumnya hifa basidiomycetes bersepta. Basidiomycetes
membentuk tubuh buah yang disebut dengan basidiokarp, yang mengandung basidia
dan basidiospora. Basidiomycetes yang
banyak dikenal meliputi cendawan papan pada pepohonan, cendawan karat dan
cendawan gosong yang menghancurkan serealia.
d) Deuteromycetes
Deuteromycetes
atau fungi imperfecti, adalah fungi yang
status seksualnya belum diketahui secara pasti. Sebagian besar fungi patogen
termasuk ke dalam kelas deuteromycetes, dan memiliki sifat dimorfisme yang
khas. Penyakit yang disebabkan oleh fungi deuteromycetes meliputi infeksi
permukaan, yaitu infeksi kulit yang terbatas pada jaringan keratin yaitu kuku
dan rambut serta infeksi sistemik di bawah kulit maupun lebih dalam lagi yang
dapat menginfeksi organ dalam dan menimbulkan kerusakan fatal (Pratiwi, 2008).