Tinjauan Umum Tentang Salmonella
1.
Pengertian
Salmonella
Salmonella
merupakan bakteri batang gram-negatif. Karena habitat aslinya yang berbeda dalam usus manusia maupun hewan. Bakteri ini di kelompokan dalam enterobacteriaceae (Brooks,
2005). Isolasi dari mikrorganisme salmonella
pertama kali
pada tahun 1884 oleh Gaffky dengan nama spesies bacterium thyposum. Bahkan dalam perkembangannya, salmonella menjadi bakteri yang paling
kompleks dibandingkan enterobacteriacea
lain, oleh karena bakteri ini memiliki lebih dari 2400 serotipe dari antigen bakteri
ini. Dalam perkembangan
taksonomi cukup rumit sehingga terdapat beberapa tata nama yang berbeda Kauffman-white
menggolongkan salmonella berdasarkan kekhasan antigenik, sedangkan Ewing, dkk. menyatakan bahwa terdapat tiga spesies salmonella, yaitu
salmonella choleraesuis, salmonella
enteritidis, dan salmonella typhy. Melalui pemetaan genetika, salmonella disimpulkan termasuk dalam
genus Arizona berdasarkan persamaan struktur genetika, filogenik, petunjuk
evolusinya (Maksum,R dan Biomed 2009).
2.
Klasifikasi
Kingdom :
Eubacteria
Filum :
Proteobacteria
Kelas :
Gammaproteobacteriae
Ordo :
Enterobacteriales
Family :
Enterobacteriaceae
Genus :
Salmonella
Spesies : Salmonella paratypi, salmonella
thypi, salmonella enteritidis, salmonella
choleraesuis.
Klasifikasi salmonella bersifat kompleks karena
organisme ini merupakan suatu rangkaian yang berkesinambungan dan bukan satu
spesies umum. Anggota genus salmonella awalnya diklasifikasikan
berdasarkan epidemiologi, pejamu, reaksi biokimia, dan
struktur antigen O,H dan vi (jika ada). Penelitian hibridisasi DNA telah
menunjukan adanya
tujuh kelompok evolusioner saat ini, genus salmonella
dibagi menjadi dua spesies yang masing-masing terbagi atas banyak subspecies
dan serotype. Kedua spesies tersebut adalah salmonella
enteric dan salmonella bongori (Jawetz,
et al, 2010).
Tabel 2. 1 pertumbuhan salmonella pada media
Nama media yang digunakan
|
Hasil pertumbuhan
|
Jenis salmonella
|
TSIA
|
Leren : alkalis
(merah)
Dasar : asam (kuning)
Gas : +/-
H2S :+/-
|
|
SIM
|
Indol : -
Motilyti : + (aktif)
|
|
SCA
|
Tumbuh (+)/ tidak
tumbuh (-)
|
(-)
SPA : s. parratypi A
(-)
STY : s. typhosa
Yang
lain positif (+)
|
VP
|
Negtif (-)
|
|
MR
|
Positif (+)
|
|
MCA
|
Koloni tidak
berwarna, jenis keeping,sedang, bulat, smooth.
|
|
SSA
|
Koloni berwarna
hitam, koloni kecil-kecil, keeping,smooth, bulat.
|
|
BHIB
|
Terjadi kekeruhan
|
|
( Vandepitte, et
al, 2005 ).
3.
Struktur
Antigen
Salmonella
memiliki struktur antigen O dan antigen H,
beberapa salmonella mempunyai antigen
simpai (K) disebut vi yang dapat mengganggu aglutinasi melalui antiserum O,
antigen ini dihubungkan dengan sifat invasive yang dimilikinya. Tes aglutinasi
dengan anti serum serapan untuk antigen O dan H yang berbeda merupakan dasar
untuk klasifikasi salmonella secara
serologic (jawetz, et al, 2010)
4.
Morfologi dan Identifikasi
Salmonella memiliki ukuran 1-3,5
µm x 0,5 – 0,8 berbentuk batang, tidak berspora dan sebagian besar isolate
bersifat motil dengan flagella peritriks. Salmonella
mudah tumbuh pada medium
sederhana, tetapi hampir tidak pernah memfermentasi laktosa dan sukrosa.
Bakteri ini membentuk asam dan terkadang membentuk gas dari glukosa dan monosa,
mereka umumnya menghasilkan hydrogen sulfide (H2S). organism
5.
Patogenesis
dan Gambaran
Klinis
Salmonella
typhi, salmonella cholerasuis, dan mungkin salmonella paratyphi A dan salmonella paratyphi B terutama
menginfeksi manusia,
dan infeksi oleh organisme
tersebut menunjukan sumber infeksi dari manusia, namun sebagian besar salmonella terutama bersifat patogen
bagi hewan yang menjadi reservoar infeksi pada manusia. Organisme hampir selalu masuk melalui jalur oral, biasanya melalui makanan atau minuman
yang telah terkontaminasi.
6.
Pencegahan
dan Pengobatan
Infeksi salmonella biasanya berlangsung selama 5-7 hari dan cara
pencegahannya biasa diberikan imunisasi dengan vaksin atau untuk terhindar dari
bakteri salmonella dilakukan upaya
menjaga kebersihan makanan dan minuman serta upaya mengobati carrier yang
berpotensi menjadi sumber infeksi. Sedangkan untuk pengobatannya biasa dilakukan dengan cara memberikan antibiotik sesuai dengan gejala yang
ditimbulkannya ( Maksum,
R dan biomed. M, 2009 ).