1. Pengertian Diare
Secara opresional didefinisikan bahwa diare adalah buang
air besar lembek cair bahkan dapat berupa air saja yang frekwensinya lebih
sering dari biasa atau 3 kali sampai lebih dalam sehari (Pedoman Pelaksanaan
Program P2 Diare). Menurut Suharyono (1982), diare adalah buang air besar
dengan frekwensi yang tidak normal (meningkat)
dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair. Diare biasanya
mempunyai masa incubasi antara satu hari sampai
dua minggu atau lebih.
Diare dapat diakibatkan oleh 2(dua) sumber ;
a. Diare
infeksi : diare yang disebabkan oleh infeksi kuman seperti bacteri, parasit dan
virus.
b. Diare non
infeksi yaitu diare yang disebabkan bukan karena infeksi kuman tetapi
disebabkan oleh kurang gizi, allergi maupun intoleran makanan.
2. Epidemiologi Penyakit Diare.
Peyebaran kuman
yang menyebabkan diare. Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal
oral antara lain melalui makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung
dengan tinja penderita.
Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman
enterik dan meningkatkan resiko terjadinya diare, perilaku tersebut antara lain
:
a. Bayi yang tidak
diberi ASI resiko untuk menderita diare
lebih besar dari pada yang diberi ASI
penuh, kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
b. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini
memudahkan pencemaran oleh kuman oleh karena botol susah dibersihkan.
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila
makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan kuman
akan berkembang biak.
d. Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah
tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan dirumah. Pencemaran dirumah
dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang
tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan
sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.
f. Tidak membuang
tinja ( termasuk tinja bayi ) dengan benar. Sering beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah
berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah
besar. Selain itu tinja binatang dapat pula menyebabkan infeksi pada manusia.
3. Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare.
Beberapa faktor pejamu dapat mengakibatkan insiden,
beratnya penyakit dan lamanya diare. Faktor – faktor tersebut adalah :
a.Tidak memberikan ASI sampai 2 tahun.
ASI
mengandung antibodi yang dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebeb
diare seperti : Shigella dan V. Cholerae.
b.Kurang gizi. Bertanya penyakit, lama dan risiko
kematian karena diare meningkat pada
anak – anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada penderita gizi buruk.
c.Campak, Diare dan disentri terjadi dan berakibat berat
pada anak– anak yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini
sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.
d.Imunodefisiensi
/ imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung sementara,
misalnya sesudah infeksi virus ( seperti campak ) atau mungkin yang berlangsung
lama seperti pada penderita AIDS ( Autoimmune
Deficiency Syndrome ). Pada anak immunosupresi berat, diare dapat terjadi
karena kuman yang tidak patogen dan mungkin juga berlangsung lama. Secara
proporsional, diare lebih banyak terjadi pada golongan Balita (55%).
4. Surveilans Epidemiologi.
Surveilans epidemiologi penyakit diare dapat diartikan sebagai kewaspadaan dalam
mengamati timbulnya dan penyebaran penyakit diare serta faktor – faktor yang
mempengaruhi pada masyarakat yang kegiatannya dilakukan secara terus menerus,
cepat dan tepat atau dengan kata lain bahwa surveilans adalah pengumpulan data
atau informasi untuk kegiatan menentukan tindakan. Adapun tujuan dari pada
surveilans ini adalah :
a. Diketahuinya situasi epidemiologi dan besarnya masalah
penyakit diare di masyarakat, sehingga dapat dibuat perencanaan dalam
pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya di semua pelayanan.
b. Diketahuinya informasi yang terbaru dan benar mengenai
penyakit diare di masyarakat.
c. Dilaksanakannya deteksi dini terhadap peningkatan penderita
diare serta faktor – faktor yang mempengaruhinya.
d. Dilaksanakannya tatalaksana penderita diare sesegera
mungkin, untuk mencegah kematian diare dan meluasnya KLB diare.
5. Patofisiologi Penyakit Diare.
Sebagaimana diketahui bahwa etiologi diare dapat
dikelompokan dalam 6 (enam) besar yaitu faktor infeksi, faktor malabsorbsi,
faktor keracunan, faktor alergi, faktor imunodefisiensi dan faktor psikologis
dan setiap penyebab tersebut pathofisiologinya juga berbeda pula, dari etiologi
tersebut kurang lebih 30 – 40 % disebabkan oleh virus ( Ilmu Kesehatan
Anak,1991 ). Adapun pathofisiolgi diare
yang disebabkan oleh faktor infeksi yaitu virus dimana virus masuk kedalam traktus digestivus bersama makanan/ minuman,
kemudian berkembang biak didalam usus. Setelah itu virus masuk kedalam epitel
usus halus dan menyebabkan kerusakan bagian apikel vili usus halus. Sel dari
bagian kripta yang belum matang berbentuk koloid atau gepeng, akibatnya sel-sel
epitel killanjut akan terjadi diare osmotik. Vili usus kemudian akan memendek sehingga kemampuannya untuk menyerap dan
mencerna makananpun akan berkurang. Pada saat inilah biasanya diaren mulai
timbul. Setelah itu sel retikulum akan melebar, dan kemudian akan terjadi
infiltrasi sampai terjadi penyembuhan.
Gamblers Anonymous , or other 12-step programs, may assist you to overcome your playing dependancy. This kind of program additionally be} particularly helpful if you can’t afford more intensive rehabilitation options. It follows the same mannequin as Alcoholics Anonymous, serving to you build a assist network 카지노 of other recovered playing addicts.
BalasHapus