BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rongga serosa dalam tubuh mengandung sejumlah kecil
cairan yang mengalir diantara ruang intravaskuler dan
ruangan ekstra seluler.
Cairan ini dipelihara dalam keadaan seimbang oleh tekanan osmose dalam kapile membrane
serosa tersebut. Cairan
tersebut berfungsi sebagai pelumas agar membrane-membran yang dilapisi mesotel
dapat bergerak tanpa gesekan.
Jumlah cairan tersebut dalam
keadaan normal tidak dapat diukur, karena sangat sedikit. Jumlah cairan
tersebut pada keadaan tertentu dapat bertambah jumlahnya, dan dapat berupa transudat atau eksudat.
Faktor - faktor yang menaikkan kumpulan cairan ini dalam jumlah
yang berlebihan :
§ Turunnya tekanan osmotic koloid dalam darah
§ Naiknya tekanan hidrostatik intrakapiler
§ Kerusakan endotel kapiler atau peremeabilitas kapiler.
I.2 Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian dari transudat dan eksudat
?
2. Etiologi / Penyebab
3. `Patogenesis Eksudat dan Transudat
4. Pemeriksaan Eksudat dan Transudat
5. Komplikasi Transudat Dan Eksudat
6.`Terapi
7. Pencegahan
I.3 Tujuan
Penulisan
Tujuan dari dibuatnya makalah tentang transudat dan
eksudat ini yaitu agar para pembaca mendapat pengetahuan mengenai
transudat dan eksudat serta cara pemeriksaan transudat dan eksudat itu sendiri.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Transudat dan Eksudat
Transudat adalah cairan dalam
ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat tekanan
hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak
disebabkan proses peradangan/inflamasi).
Berat jenis transudat pada
umumnya kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah.
Contoh transudat terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam
cairan tubuh.
Transudat merupakan discharge patologis, merupakan
serum darah yang merembes keluar dari pembuluh
-
pembuluh kapiler ke dalam
sela-sela jaringan atau rongga badan, tanpa radang.
Rongga-rongga serosa dalam badan normal
mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan itu terdapat ump, dalam rongga pericardium,
rongga pleura, rongga perut dan berfungsi sebagai pelumas agar membrane-membran
yang dilapisi mesotel dapat bergerak tanpa geseran. Jumlah cairan itu dalam
keadaan normal hampir tidak dapat diukur karena sangat sedikit.
Jumlah itu mungkin bertambah pada beberapa keadaan dan akan berupa transudat
atau exudat.
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang
oleh gangguan keseimbangan cairan badan (tekanan osmotic koloid,
statis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb), sedangkan
exudat bertalian dengan salah satu proses peradangan.
Transudat terjadi apabila hubungan antara tekanan
kapiler hidrostatik dan koloid osmotik menjadi terganggu, sehingga terbentuknya
cairan pada satu sisi pleura akan melebihi reabsorbsi oleh pleura lainnya.
Tingginya penyakit jantung
sebagai penyebab efusi pleura dikarenakan penyakit tersebut merupakan penyakit
yang terbanyak dan penyebab kematian utama di Indonesia.
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular
dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4
mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi.
Cairan ini tertimbun sebagai
akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul
besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai
akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit
yang menyebabkan emigrasinya.
Eksudat, merupakan substansi yang merembes melalui
dinding vasa ke dalam jaringan sekitarnya pada radang, berupa nanah. Jadi
termasuk discharge yang
patologis.
Eksudat terbentuk melalui membran kapiler yang
permeabilitasnya abnormal. Perubahan permeabilitas membran disebabkan adanya
peradangan pada pleura seperti infeksi atau keganasan. Tuberkulosis merupakan
penyakit infeksi terbanyak di Indonesia dan nomor 3 terbanyak didunia
setelah India dan Cina.
Komplikasi yang terjadi seperti efusi pleura terjadi
disebabkan keterlambatan diagnosis, kepatuhan penderita dalam pengobatan,
sarana pelayanan kesehatan, lingkungan dan lain sebagainya sehingga
insidennya masih cukup tinggi. Demikian juga dengan keganasan, biasanya
terdiagnosis pada stadium lanjut yang telah berkomplikasi pada organ lainnya.
2.2 Etilogi
/
Penyebab
Menurut asalnya cairan yang terkumpul dalam rongga
pleura ada dua yaitu: berasal dari paru sendiri yang disebut eksudat dan cairan
yang berasal dari luar paru yang disebut transudat. Adapun
penyebab adanya cairan eksudat antara lain :
a. Infeksi : Tuberkolosa Pneumonia
b. Tumor
c. Infark Paru
Sedangkan penyebab adanya cairan transudat antara lain
:
a) Kegagalan jantung kognetif
b) Asites
c) Vena kava superior Syndrom
d) Tumor
2.3 Patogenesis
Penularan tuberkulosis paru
terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam
udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung pada ada tidaknya sinar UV, ventilasi yang buruk dan kelembaban.
Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai
berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan
menempel pada jalan napas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila
ukuran partikel < 5 mikrometer. Kuman akan di hadapi pertama kali oleh
neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati
atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakeo bronkial bersama
gerakan silia dengan sekretnya.
Bila kuman menetap
di jaringan paru, ia bertambah dan berkembangbiak dalam sitoplasma
makrofag. Disini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang
bersarang di jaringan paru-paru akan berbentuk sarang tuberkulosis
pneumonia kecil yang disebut sarang primer atau afek primer atau sarang (fokus)
Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru
bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura.
Mekanisme terjadinya penumpukan
cairan di dalam rongga pleura salah satunya disebabkan oleh : bertambahnya
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah. Peradangan pleura akan
menyebabkan permeabiliti dinding kapiler meningkat sehingga cairan dan protein
yang melewati dinding itu meningkat maka terbentuk efusi pleura. Pada radang
akut terjadi vasodilatasi, eksudasi dan perpindahan leukosit ke daerah radang
terutama netrofil. Histamin dan kinin yang dikeluarkan proses radang
meningkatkan permiebiliti kapiler sehingga akan meningkatkan eksudasi plasma. Pada
tuberkulosis efusi pleura timbul karena reaksi hipersensitiviti terhadap
tuberkuloprotein, sehingga meningkatkan permeabiliti dinding pembuluh darah
pleura.
2.4 Diagnosa
Pemeriksaan untuk transudat dan eksudat terbagi menjadi 4
macam, yaitu :
a. pemeriksaan makroskopis
b. pemeriksaan mikroskopis
c. pemeriksaan kimia
d. pemeriksaan bakterioskopi
a. Pemeriksaan
makroskopis
·
Jumlah
Ukurlah dan catatlah volume yang didapat dengan
pungsi. Jika semua cairan dikeluarkan jumlah itu memberi petunjuk tenteng
luasnya kelainan.
·
Warna
Mungkin sangat berbeda-beda, agak kuning, kuning
campur hijau, merah jambu, merah, putih serupa susu,
dll. Bilirubin memberi warna kuning pada transudat, darah yang
menjadikannya merah atau coklat, pus memberi warna putih-kuning, chylus putih
serupa susu, B. pyocyaneus biru-hijau. Warna transudat biasanya
kekuning-kuningan, sedangkan exudat dapat berbeda-beda warnanya dari putih melalui
kuning sampai merah darah sesuai dengan causa peradangan dan beratnya radang. Warna
exudat oleh proses radang ringan tidak banyak berbeda dari warna transudat.
·
Kejernihan
Inipun mungkin sangat berbeda-beda dari jernih, agak
keruh sampai sangat keruh. Transudat murni kelihatan jernih, sedangkan exudat
biasanya ada kekeruhan. Jika mungkin, kekeruhan yang menunjuk kepada sifat exudat
itu dijelaskan lebih lanjut sebagai umpamanya serofibrineus, seropurulent,
serosangineus, hemoragik, fibrineus, dll.
Kekeruhan terutama disebabkan oleh adanya dan
banyaknya sel, leukosit dapat menyebabkan kekeruhan sangat ringan sampai
kekeruhan berat seperti bubur. Eritrosit menyebabkan kekeruhan yang
kemerah-merahan.
·
Bau
Biasanya baik transudat mupun exudat tidak mempunyai
bau bermakna kecuali kalau terjadi pembusukan protein. Infeksi dengan kuman
anaerob dan oleh E. coli mungkin menimbulkan bau busuk, demikian adanya bau
mengarahkan ke exudat.
·
Berat
jenis
Harus segera ditentukan sebelum kemungkinan terjadinya bekuan. Penetapan ini penting untuk menentukan jenis cairan.
Kalau jumlah cairan yang tersedia cukup, penetapan dapat dilakukan dengan
urinometer, kalau hanya sedikit sebaiknya memakai refraktometer. Seperti sudah
diterangkan, nilai berat jenis dapat ikut memberi petunjuk apakah cairan
mempunyai cirri-ciri transudat atau exudat.
·
Bekuan
Perhatikan terjadinya bekuan dan terangkan sifatnya
(renggang, berkeping, sanagat halus, dll) bekuan it tersusun dari fibrin dan
hanya didapat pada exudat. Kalau dikira cairan yang dipungsi bersifat exudat,
campurlah tetap cair dan dapat dipakai untuk pemeriksaan lain-lain.
b. Pemeriksaan
Mikroskopis
Menghitung jumlah sel dalam cairan eksudat atau
transudat tidak selalu mendatangkan manfaat.
Jikalau diperkirakan akan terjadi bekuan, perlulah
cairan setelah pungsi dicampur dengan antikoagulans, umpamanya larutan Na
citrate 20% untuk tiap 1 ml cairan dipakai 0,01 ml larutan citrate itu.
Sel yang dihitung biasanya hanya leukosit (bersama
sel-sel berinti lain seperti sel mesotel, sel plasma, dsb) saja, menghitung jumlah eritrosit jarang sekali
dilakukan karena tidak bermakna.
c.
Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan kimia biasanya dibatasi saja kepada kadar
glukosa dan protein dalam cairan itu. Alasannya ialah cairan rongga dalam
keadaan normal mempunyai susunan yag praktis serupa dengan susunan plasma darah
tanpa albumin dan globulin-globulin. Transudat mempunyai kadar glukosa sama
seperti plasma, sedangakan exudat itu megandung banyak leukosit.
Protein dalam transudat dan exudat praktis hanya
fibrinogen saja, dalam transudat kadar fibrinogen rendah, yakni antara 300-400
mg/dl dan dalam exudat kadar protein itu 4-6 gr/dl atau lebih tinggi lagi.
d. Pemeriksaan
Bakterioskopi
Pakailah sediaan seperti dibuat untuk menghitung jenis
sel dan pulaslah menurut Gram dan menurut Zeihl-Neelsen.
Kalau akan mencari fungsi, letakkan satu tetes
sediment atau bahan ke atas kaca objek dan campurlah dengan sama banyak larutan
KOH atau NaOH 10%. Tutup dengan kaca penutup, biarkan selam 20 menit, kemudian
periksalah dengan mikroskop.
2.5 Komplikasi
Komplikasi Thoracentesis diagnostik termasuk rasa
sakit pada wilayah punksi, perdarahan dalam
kulit, pneumotoraks,
empiema, dan limpa / tusuk hati. Pneumotoraks terjadi sekitar 12-30% dari
thoracentesis. Penggunaan
jarum yang lebih besar dari 20 meningkatkan risiko pneumotoraks
tersebut. Selain itu,
penyakit paru obstruktif kronik atau fibrosis meningkatkan risiko
pneumotoraks.
2.6 Terapi
Untuk efusi pleura dengan cairan transudat dan eksudat
perlu dilakukan torakosintesis (pungsi) dengan tujuan untuk mengurangi sesak
napas, selain itu harus pula diobati penyakit dasarnya. Pada empiema perlu
dipasang WSD dengan chest tube (pipa dada) yang besar, maka
harus dilakukan reseksi iga. Disamping itu perlu pula dipertimbangkan untuk
memberikan obat-obat enzimolitik, seperti streptokinase secara intrapleura.
Hubungan antara susunan kimia dari cairan pleura
dengan pemasangan WSD :
·
Pada
eksudat bila pH lebih kecil dari 7,20, glukosa lebih besar dari 40 mg% dan LDH
lebih kecil dari 1.000 UI/liter, maka tidak perlu dilakukan pemasangan WSD,
oleh karena memberi reaksi yang baik terhadap pengobatan.
·
Bila
pH lebih kecil dari 7,00 dan glukosa lebih rendah dari 40 mg%, maka efusi
pleura tersebut merupakan komplikasi dan perlu segera dipasang WSD.
·
Bila
pH lebih kecil dari 7,30 dan konsentrasi glukosa lebih kecil dari 60 mg%,
disertai dengan sitologi yang positif, maka perlu dilakukan pleurosiderosis,
oleh karena terjadi pembentukan cairan yang intensif.
2.7 Pencegahan
a. Pola aktivitas dan latihan
Klien biasanya terjadi keterabatasan aktivitas karena
sesak.
b. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Kebiasaan merokok, penggunaan alkohol, kebiasaan
berolah raga.
c. Pola nutrisi dan metabolisme.
Klien biasanya mengalami penurunan nafsu makan.
d. Pola eliminasi
Biasanya klien tidak mengalami gangguan pola
eliminasi.
e. Pola istirahat dan tidur
Biasnya klien mengalami gangguan pola istirahat.
f. Pola sensori dan kognitif
Biasanya klien tidak mengalami gangguan panca indera
g. Pola hubungan peran
Meliputi hubungan pasien dengan keluarga dan
masyarakat sekitar.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial
yang terjadi hanya sebagai akibat tekanan hidrostatik atau turunnya protein
plasma intravascular yang meningkat (tidak disebabkan proses
peradangan/inflamasi). Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari 1.012
yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada
wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh. Transudat merupakan
discharge patologis, merupakan serum darah yang merembes keluar dari
pembuluh-pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan atau rongga badan, tanpa
radang.
Ciri-ciri transudat spesifik, yaitu :
§ cairan jernih
§ encer
§ kuning muda
§ berat jenis mendekati 1010 atau setidak-tidaknya
kurang dari 1018
§ tidak menyusun bekuan (tak ada fibrinogen)
§ kadar protein kurang dari 2,5
gr/dl
§ kadar glukosa kira-kira sama seperti dalam plasma
darah
§ jumlah sel kecil dan bersifat steril
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular
dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4
mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun
sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan
molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular
sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit
leukosit yang menyebabkan emigrasinya. Eksudat, merupakan substansi yang
merembes melalui dinding vasa ke dalam jaringan sekitarnya pada radang, berupa
nanah. Jadi termasuk
discharge yang patologis.
Ciri-ciri exudat spesifik, yaitu :
§ keruh (mungkin berkeping-keping, purulent, mengandung
darah, chyloid, dsb)
§ lebih kental
§ warna bermacam-macam
§ berat jenis lebih dari 1018
§ sering ada bekuan (oleh fibrinogen)
§ kadar protein lebih dari 4,0gr/dl
§ kadar glukosa jauh kurang dari kadar dalam plasma
§ mengandung banyak sel dan sering ada bakteri
3.2
Saran
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan
terimakasih.