Yazhid Blog

.

Selasa, 25 November 2014

Makalah eksudat dan transudat

BAB I PENDAHULUAN 1 . 1    Latar Belakang                  Rongga serosa dalam tubuh mengandung sejumlah kecil cairan yang mengalir... thumbnail 1 summary
BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
                 Rongga serosa dalam tubuh mengandung sejumlah kecil cairan yang mengalir diantara ruang intravaskuler dan ruangan ekstra seluler. Cairan ini dipelihara dalam keadaan seimbang oleh tekanan osmose dalam kapile membrane serosa tersebut. Cairan tersebut berfungsi sebagai pelumas agar membrane-membran yang dilapisi mesotel dapat bergerak tanpa gesekan. Jumlah cairan tersebut dalam keadaan normal tidak dapat diukur, karena sangat sedikit. Jumlah cairan tersebut pada keadaan tertentu dapat bertambah jumlahnya, dan dapat berupa transudat atau eksudat. Faktor - faktor yang menaikkan kumpulan cairan ini dalam jumlah yang berlebihan :
§  Turunnya tekanan osmotic koloid dalam darah
§  Naiknya tekanan hidrostatik intrakapiler
§  Kerusakan endotel kapiler atau peremeabilitas kapiler.
I.2   Rumusan Masalah
1.  Apa pengertian dari transudat dan eksudat ?
2.  Etiologi / Penyebab
3. `Patogenesis Eksudat dan Transudat
4.  Pemeriksaan Eksudat dan Transudat
5.  Komplikasi Transudat Dan Eksudat
6.`Terapi
7. Pencegahan
I.3   Tujuan Penulisan
                 Tujuan dari dibuatnya makalah tentang transudat dan eksudat ini yaitu agar para pembaca mendapat pengetahuan mengenai transudat dan eksudat serta cara pemeriksaan transudat dan eksudat itu sendiri.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transudat dan Eksudat
                 Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak disebabkan proses peradangan/inflamasi). Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh.
                 Transudat merupakan discharge patologis, merupakan serum darah yang merembes keluar dari pembuluh - pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan atau rongga badan, tanpa radang.
                 Rongga-rongga serosa dalam badan normal mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan itu terdapat ump, dalam rongga pericardium, rongga pleura, rongga perut dan berfungsi sebagai pelumas agar membrane-membran yang dilapisi mesotel dapat bergerak tanpa geseran. Jumlah cairan itu dalam keadaan normal hampir tidak dapat diukur karena sangat sedikit. Jumlah itu mungkin bertambah pada beberapa keadaan dan akan berupa transudat atau exudat.
                 Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan keseimbangan cairan badan (tekanan osmotic koloid, statis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik, kerusakan endotel, dsb), sedangkan exudat bertalian dengan salah satu proses peradangan.
                 Transudat terjadi apabila hubungan antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotik menjadi terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan melebihi reabsorbsi oleh pleura lainnya. Tingginya penyakit jantung sebagai penyebab efusi pleura dikarenakan penyakit tersebut merupakan penyakit yang terbanyak dan penyebab kematian utama di Indonesia.
                 Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya.
                 Eksudat, merupakan substansi yang merembes melalui dinding vasa ke dalam jaringan sekitarnya pada radang, berupa nanah. Jadi termasuk discharge yang patologis.
                 Eksudat terbentuk melalui membran kapiler yang permeabilitasnya abnormal. Perubahan permeabilitas membran disebabkan adanya peradangan pada pleura seperti infeksi atau keganasan. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi terbanyak di Indonesia dan nomor 3 terbanyak didunia setelah India dan Cina.
                 Komplikasi yang terjadi seperti efusi pleura terjadi disebabkan keterlambatan diagnosis, kepatuhan penderita dalam pengobatan, sarana pelayanan kesehatan, lingkungan dan lain sebagainya sehingga insidennya masih cukup tinggi. Demikian juga dengan keganasan, biasanya terdiagnosis pada stadium lanjut yang telah berkomplikasi pada organ lainnya.

2.2 Etilogi / Penyebab
                 Menurut asalnya cairan yang terkumpul dalam rongga pleura ada dua yaitu: berasal dari paru sendiri yang disebut eksudat dan cairan yang berasal dari luar paru yang disebut transudat. Adapun penyebab  adanya cairan eksudat antara lain :
a. Infeksi : Tuberkolosa Pneumonia
b. Tumor
c. Infark Paru
                        Sedangkan penyebab adanya cairan transudat antara lain :

a) Kegagalan jantung kognetif
b) Asites
c) Vena kava superior Syndrom
d) Tumor

2.3 Patogenesis
                 Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar UV, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada jalan napas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5 mikrometer. Kuman akan di hadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari cabang trakeo bronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.
                 Bila kuman menetap di jaringan paru, ia bertambah dan berkembangbiak dalam sitoplasma makrofag. Disini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil yang disebut sarang primer atau afek primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura.
                 Mekanisme terjadinya penumpukan cairan di dalam rongga pleura salah satunya disebabkan oleh : bertambahnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah. Peradangan pleura akan menyebabkan permeabiliti dinding kapiler meningkat sehingga cairan dan protein yang melewati dinding itu meningkat maka terbentuk efusi pleura. Pada radang akut terjadi vasodilatasi, eksudasi dan perpindahan leukosit ke daerah radang terutama netrofil. Histamin dan kinin yang dikeluarkan proses radang meningkatkan permiebiliti kapiler sehingga akan meningkatkan eksudasi plasma. Pada tuberkulosis efusi pleura timbul karena reaksi hipersensitiviti terhadap tuberkuloprotein, sehingga meningkatkan permeabiliti dinding pembuluh darah pleura.

2.4 Diagnosa
                 Pemeriksaan untuk transudat dan eksudat terbagi menjadi 4 macam, yaitu :
a. pemeriksaan makroskopis
b. pemeriksaan mikroskopis
c. pemeriksaan kimia
d. pemeriksaan bakterioskopi
a.  Pemeriksaan makroskopis
·         Jumlah
                 Ukurlah dan catatlah volume yang didapat dengan pungsi. Jika semua cairan dikeluarkan jumlah itu memberi petunjuk tenteng luasnya kelainan.
·         Warna
                   Mungkin sangat berbeda-beda, agak kuning, kuning campur hijau, merah jambu, merah, putih serupa susu, dll. Bilirubin memberi warna kuning pada transudat, darah yang menjadikannya merah atau coklat, pus memberi warna putih-kuning, chylus putih serupa susu, B. pyocyaneus biru-hijau. Warna transudat biasanya kekuning-kuningan, sedangkan exudat dapat berbeda-beda warnanya dari putih melalui kuning sampai merah darah sesuai dengan causa peradangan dan beratnya radang. Warna exudat oleh proses radang ringan tidak banyak berbeda dari warna transudat.
·         Kejernihan
                   Inipun mungkin sangat berbeda-beda dari jernih, agak keruh sampai sangat keruh. Transudat murni kelihatan jernih, sedangkan exudat biasanya ada kekeruhan. Jika mungkin, kekeruhan yang menunjuk kepada sifat exudat itu dijelaskan lebih lanjut sebagai umpamanya serofibrineus, seropurulent, serosangineus, hemoragik, fibrineus, dll.
                   Kekeruhan terutama disebabkan oleh adanya dan banyaknya sel, leukosit dapat menyebabkan kekeruhan sangat ringan sampai kekeruhan berat seperti bubur. Eritrosit menyebabkan kekeruhan yang kemerah-merahan.
·         Bau
                   Biasanya baik transudat mupun exudat tidak mempunyai bau bermakna kecuali kalau terjadi pembusukan protein. Infeksi dengan kuman anaerob dan oleh E. coli mungkin menimbulkan bau busuk, demikian adanya bau mengarahkan ke exudat.
·         Berat jenis
                   Harus segera ditentukan sebelum kemungkinan terjadinya bekuan. Penetapan ini penting untuk menentukan jenis cairan. Kalau jumlah cairan yang tersedia cukup, penetapan dapat dilakukan dengan urinometer, kalau hanya sedikit sebaiknya memakai refraktometer. Seperti sudah diterangkan, nilai berat jenis dapat ikut memberi petunjuk apakah cairan mempunyai cirri-ciri transudat atau exudat.
·         Bekuan
                   Perhatikan terjadinya bekuan dan terangkan sifatnya (renggang, berkeping, sanagat halus, dll) bekuan it tersusun dari fibrin dan hanya didapat pada exudat. Kalau dikira cairan yang dipungsi bersifat exudat, campurlah tetap cair dan dapat dipakai untuk pemeriksaan lain-lain.

b.  Pemeriksaan Mikroskopis
                   Menghitung jumlah sel dalam cairan eksudat atau transudat tidak selalu mendatangkan manfaat.
                   Jikalau diperkirakan akan terjadi bekuan, perlulah cairan setelah pungsi dicampur dengan antikoagulans, umpamanya larutan Na citrate 20% untuk tiap 1 ml cairan dipakai 0,01 ml larutan citrate itu.
                   Sel yang dihitung biasanya hanya leukosit (bersama sel-sel berinti lain seperti sel mesotel, sel plasma, dsb) saja, menghitung jumlah eritrosit jarang sekali dilakukan karena tidak bermakna.
c.  Pemeriksaan Kimia
                   Pemeriksaan kimia biasanya dibatasi saja kepada kadar glukosa dan protein dalam cairan itu. Alasannya ialah cairan rongga dalam keadaan normal mempunyai susunan yag praktis serupa dengan susunan plasma darah tanpa albumin dan globulin-globulin. Transudat mempunyai kadar glukosa sama seperti plasma, sedangakan exudat itu megandung banyak leukosit.
                   Protein dalam transudat dan exudat praktis hanya fibrinogen saja, dalam transudat kadar fibrinogen rendah, yakni antara 300-400 mg/dl dan dalam exudat kadar protein itu 4-6 gr/dl atau lebih tinggi lagi.
d. Pemeriksaan Bakterioskopi
                   Pakailah sediaan seperti dibuat untuk menghitung jenis sel dan pulaslah menurut Gram dan menurut Zeihl-Neelsen.
                   Kalau akan mencari fungsi, letakkan satu tetes sediment atau bahan ke atas kaca objek dan campurlah dengan sama banyak larutan KOH atau NaOH 10%. Tutup dengan kaca penutup, biarkan selam 20 menit, kemudian periksalah dengan mikroskop.
2.5 Komplikasi
                   Komplikasi Thoracentesis diagnostik termasuk rasa sakit pada wilayah punksi, perdarahan dalam kulit, pneumotoraks, empiema, dan limpa / tusuk hati. Pneumotoraks terjadi sekitar 12-30% dari thoracentesis. Penggunaan jarum yang lebih besar dari 20 meningkatkan risiko pneumotoraks tersebut. Selain itu, penyakit paru obstruktif kronik atau fibrosis meningkatkan risiko pneumotoraks.
2.6 Terapi
                   Untuk efusi pleura dengan cairan transudat dan eksudat perlu dilakukan torakosintesis (pungsi) dengan tujuan untuk mengurangi sesak napas, selain itu harus pula diobati penyakit dasarnya. Pada empiema perlu dipasang WSD dengan chest tube (pipa dada) yang besar, maka harus dilakukan reseksi iga. Disamping itu perlu pula dipertimbangkan untuk memberikan obat-obat enzimolitik, seperti streptokinase secara intrapleura.
                   Hubungan antara susunan kimia dari cairan pleura dengan pemasangan WSD :
·         Pada eksudat bila pH lebih kecil dari 7,20, glukosa lebih besar dari 40 mg% dan LDH lebih kecil dari 1.000 UI/liter, maka tidak perlu dilakukan pemasangan WSD, oleh karena memberi reaksi yang baik terhadap pengobatan.
·         Bila pH lebih kecil dari 7,00 dan glukosa lebih rendah dari 40 mg%, maka efusi pleura tersebut merupakan komplikasi dan perlu segera dipasang WSD.
·         Bila pH lebih kecil dari 7,30 dan konsentrasi glukosa lebih kecil dari 60 mg%, disertai dengan sitologi yang positif, maka perlu dilakukan pleurosiderosis, oleh karena terjadi pembentukan cairan yang intensif.
2.7 Pencegahan
a. Pola aktivitas dan latihan
                        Klien biasanya terjadi keterabatasan aktivitas karena sesak.
b. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
                 Kebiasaan merokok, penggunaan alkohol, kebiasaan berolah raga.
c. Pola nutrisi dan metabolisme.
                        Klien biasanya mengalami penurunan nafsu makan.
d. Pola eliminasi
                        Biasanya klien tidak mengalami gangguan pola eliminasi.
e. Pola istirahat dan tidur
                        Biasnya klien mengalami gangguan pola istirahat.
f. Pola sensori dan kognitif
                        Biasanya klien tidak mengalami gangguan panca indera
g. Pola hubungan peran
                        Meliputi hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat sekitar.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
                 Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak disebabkan proses peradangan/inflamasi). Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh. Transudat merupakan discharge patologis, merupakan serum darah yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan atau rongga badan, tanpa radang.
                        Ciri-ciri transudat spesifik, yaitu :
§  cairan jernih
§  encer
§  kuning muda
§  berat jenis mendekati 1010 atau setidak-tidaknya kurang dari 1018
§  tidak menyusun bekuan (tak ada fibrinogen)
§  kadar protein kurang dari 2,5 gr/dl
§  kadar glukosa kira-kira sama seperti dalam plasma darah
§  jumlah sel kecil dan bersifat steril

                 Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya. Eksudat, merupakan substansi yang merembes melalui dinding vasa ke dalam jaringan sekitarnya pada radang, berupa nanah. Jadi termasuk discharge yang patologis.
                        Ciri-ciri exudat spesifik, yaitu :
§  keruh (mungkin berkeping-keping, purulent, mengandung darah, chyloid, dsb)
§  lebih kental
§  warna bermacam-macam
§  berat jenis lebih dari 1018
§  sering ada bekuan (oleh fibrinogen)
§  kadar protein lebih dari 4,0gr/dl
§  kadar glukosa jauh kurang dari kadar dalam plasma
§  mengandung banyak sel dan sering ada bakteri

3.2 Saran
                 Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.







Comments
0 Comments

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Recent Posts