I. Judul
praktikum : Identifikasi
nematoda usus pada sampel tinja metode langsung
II. Tanggal praktikum : 5 april 2013
III.
Tujuan praktikum : untuk mengidentifikasi keberadaan telur cacing dalam sampel tinja
IV.
Prinsip pemeriksaan :
Sampel
diemulsikan dengan zat warna eosin diatas objek gelas kemudian diamati dibawah
mikroskop, pembesaran 10 x 10.
V. Landasan teori :
Cacing Ascaris Lumbricoides
merupakan jenis cacing gilig, penyebab Ascariasis pada manusia maupun hewan
diseluruh dunia. Kejadian Ascariasis sangat tinggi pada daerah tropis dan
subtropics.Cacing ini berparasit pada usus halus. Infeksi dapat terjadi melalui
pakan, air minum, melalui kolostrum dan uterus ( Levine, 1990 ).
Siklus hidupascaris terdiri dari dua
fase perkembangan yaitu eksternal dan internal. Fase eksternal dimulai dari
telur dikeluarkan dari tubuh penderita bersama tinja. Pada kondisi lingkungan
yang menunjang larva stadium I di alam akan menyilih menjadi larva stadium II
yang bersifat infektif. Didalam usus, kulit telur infektif yang tertelan akan
rusak sehingga larva stadium II tersebut selanjutnya menembus mukosa usus dan
bersama sirkulasi darah vena porta
menuju kehati. Dari telur tertelan sampai larva mencapai organ hati, butuh
waktu sekitar 24 jam ( Smtith, 1968 ). Dari larva stadium II akan terus
mengikuti sirkulasi darah sampai kejantung dan keparu-paru. Setelah 4-5 hari
infeksi, larva stadium II akan mengalami perkembangan menjadi lava stadium III,
selanjutnya menuju ke alveoli dan bronkus dan trakea ( Soulsby, 1982 ).
Dari trakea menuju kesaluran pencernaan. Larva stadium III
mencapai usus halus dalam waktu 7-8 hari dari infeksi, selanjutnya menjadi
larva stadium IV pada hari ke 21-29. Larva stadium IV menjadi lava stadium V
didalam usus halus dan kemudian pada hari 50-55 telah menjadi cacing dewasa (
Seddon, 1967 ).
Cacing Trichuris trichiura
berparasit pada mukosa kolon babi serta menginfeksi manusia dan primate lain.
Siklus hidup cacing Trichuris trichiura dimulai dari keluarnya telur dari tubuh
bersama tinja dan berkembang menjadi telur infektif dalam beberapa minggu.
Telur yang sudah berembrio dapat tahan beberapa bulan apabila berada pada
tempat lembab. Infeksi biasanya terjadi secara peroral (tertelan lewat pakan
dan air minum). Apabila tertelan telur tersebut pada sekum akan menetas dan
dalam waktu sekitar 4 minggu telah menjadi cacing dewasa (Soulsby, 1982).
Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus, hospes parasit ini adalah manusia. Cacing dewasa hidup dirongga
usus halus giginya melekat pada mukosa usus halus. Cacing betina bertelur
9000-10000 butir telur perhari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm
,cacing jantan kira-kira berukuran 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti
huruf s atau e dan didalam mulutnya ada sepasang gigi. Infeksi cacing Ancylostoma
duodenale menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-lahan sehingga penderita
mengalami kekuranga darah (anemia) akibatnya dapat cacingan karena kekurangan
darah, bias terjadi karena banyak sebab. Tanah yang baik untuk pertumbuhan
larva adalah tanah gembur dengan suhu 32ºc-38ºϲ. Untuk menghindari infeksi
dapat dengan memakai sandal / sepatu bila keluar rumah (Supardi, Siti Fadilah,
2006).
VI.
Prosedur Pemeriksaan
1)
Pra analitik
Alat dan Bahan:
a. Alat
yang digunakan :
1.
Mikroskop
2.
Objek gelas
3.
Pipet tetes
4.
Rak tabung
b. Bahan
yang digunakan:
1.
Batang lidi
2.
Larutan warna eosin
3.
Tinja
4.
Tissue
2)
Analitik
Cara kerja:
1.
Diteteskan dengan setetes larutan eosin
diatas objek gelas
2.
Diambil tinja secukupnya dengan
menggunakan batang lidi
3.
Diemulsikan tinja dengan larutan eosin
4.
Dibuang bagian yang kasar pada sampel
5.
Diperiksa dibawah mikroskop pembesaran
10 x 10
3)
Pasca analitik
Hasil pengamatan:
Ø Makroskopis :
1. Bau
: khas
2. Warna
: kuning kecoklatan
3. Konsistensi
: padat
4. Lender
: −
5. Darah
: −
Ø Mikroskopis :
1. Telur
: −
2. Larva
: −
3. Eritrosit
: −
4. Leukosit
: −
5. Epitel
: +
6. Serat
makanan: +
VII.
Pembahasan
A. Makroskopis
1.
Warna tinja
Warna tinja yang normal adalah kuning coklat
tapi warna pada praktikum kali ini tidak dapat dikatakan konsisten karena dapat
berubah menjadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak, selain
urobilinyang normal ada, warna tinja dipengaruhi oleh jenis makanan, kelainan
dalam saluran usus, dan oleh obat-obat yang dikeluarkan melalui anus.
2.
Bau tinja
Bau
tinja disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa indole,
skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hydrogen
sulfide. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau tinja.
3.
Konsistensi
Konsistensi tinja yang normal mempunyai
konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi lunak atau
cair, sedangkan sebaliknya tinja yang
keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus
menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk
pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak
menunjukkan alabsorpsi usus
4.
Lendir
Lendir
dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali dalam tinja. Terdapatnya lendir
yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus. Lendir
yang terdapat dibagian luar tinja,
lokalisasi, dan iritasi terletak pada usus halus bercampur baur dengan tinja. Lendir bercampir
darah, terjadi keganasan serta
peradangan rektal anal.
5.
Darah
Adanya
darah dalam tinja dapat berwarna merah muda, coklat, atau hitam, darah terdapat
dibagian luar tinja atau bercampur-baur dengan tinja. Pada pendarahan proximal,
pada saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja sehingga menyebabkan warna tinja
menjadi hitam. Ini disebut melena
seperti varices dalam osevagus. Pada
pendarahan dibagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid.
B. Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopik meliputi
pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal,
makrofag dan sel ragi. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah
pemeriksaan terhadap telur cacing nematode usus.
1.
Telur
Tinja yang normal tidak terdapat telur
dari ketiga telur cacing nematode usus
yaitu Ascaris lumbricoides, trichuris
trichiura, dan ancylostoma duodenale, jika terdapat atau ditemukan telur cacing dari parasit diatas, maka bisa dipastikan
terinfeksi nematode usus.
2.
Larva
Adanya larva yang telihat maka
menandakan keberadaan nematode usus yang menginfeksi sebab larva-larva tadi
masih dapat dapat berkembang dalam usus dan menghasilkan salah satu spesies
nematode usus dan menyebabkan penyakit pada
penderita atau hospes yang terinfeksi sehingga dapat segera dilakukan
pencegahan dan pengobatan.
3.
Kristal-kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak
artinya, didalam tinja normal mungkin terlihat kristal-kristal triplefosfat,
kalsium oksalat, dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsiuum oksalat
didapatkan setelah makan sayur bayam
atau strawberi sedangkan Kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan
lemak. sebagai kelainan mungkin dijumpai Kristal charcoat leyden Kristal
hematoidin. Kristal charcoat leyden didapatkan pada ulkus saluran pencernaan
seperti yang disebabkan amubiasis. Pada pendarahan saluran pencernaan mungkin
didapatkan Kristal hematoidin.
4.
Eritrosit
Adanya eritrosit dalam tinja selalu
berarti abnormal, bias disebabkan oleh adanya pendarahan atau juga adanya lesi
pada anus atau bagian lain yang dapat menyebabkan keberadaan eritrosit dalam
tinja. Tinja yang normal sangat kecil presentasenya.
5.
Gelembung udara
Adanya
gelembung udara disebabkan oleh kesalahan pada saat membuat sediaan,
dimsns pada saat meletakan cover glass yang salah sehingga menyebabkan adanya
gelembung udara pada sediaan.
6.
Sisa makanan
Hampir selalu ditemukan juga, bukanlah
adanya melainkan jumlahnya dalam keadaan tertentu yang dipertalikan dengan
suatu hal yang abnormal. Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun
–daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari daging hewan, seperti serat
otot, serat elastic, dll.
7.
Epitel
Dalam keadaan normal dapat
ditemukan epitel yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Jika terjadi peradangan pada usus
akan meningkatkan jumlah epitel.
8.
Makrofag
Sel-sel besar berinti satu memiliki daya
fagositosis. Dalam plasmanya sering dilihat sel-sel lain (leukosit /
eritrosit) atau benda-benda lain. Dalam
preparat natif sel-sel itu menyerupai ameba, perbedaannya sel ini tidak dapat
bergerak.
9.
Protozoa
Protozoa biasanya didapat dalam bentuk
kista, bila konsistensi tinja lunak baru didapatkan bentuk trofozoit.
10.
Sel ragi
Khusus Blastocystis heminis tidak
jarangg ditemukan. Pentingnya mengenal
strukturnya ialah supaya jangan dianggap kista ameba.
Benda-benda lain yang hamper selalu ada
pada sediaan adalah granula pati tumbuhan, tetesan minyak, rambut tumbuhan,
serat daging yang tercerna, dll.
C. zat
warna
Fungsi zat waena pada umumnya seperti eosin adalah untuk
memudahkan dalam melihat telur cacing dengan kotoran pada sediaan. Selain ada
beberapa larutan pewarna yang lebih spesifik lagi seperti:
a) Pewarnaan
dengan lugol digunakan untuk melihat sisa makanan yang berasal dari senyawa
karbohidrat dengan memberikan warna biru pada sediaan.
b) Pewarnaan
dengan sudan III digunakan untuk melihat adanya sisa makanan yang berasal dari
senyawa lipid yang akan memberikan warna merah jingga pada sediaan.
c) Pewarnaan
dengan eosin, digunakan untuk memberikan warna pada telur cacing, sehingga
mudah membedakannya dengan benda-benda
lain. Eosin adalah zat warna yang memberikan warna merah pada sediaan.
VIII.
Kesimpulan
Setelah
dilakukan identifikasi telur cacing pada sampel tinja, tidak ditemukan telur
cacing nematoda usus, seperti ascaris lumbricoides, trichuris trichiura, dan
ancylostoma duodenale yang berarti bahwa sampel tersebut tidak terinfeksi
nematode usus.