PENGENALAN
MATA KULIAH KIMIA KLINIK
OLEH
KELOMPOK
I :
LAODE
YAZID BASHAR
ABU
ZAR ASWAD
APRIANUS
ASMIH
MULIANA GENDA
CICI
ALAM
DWI
SULTRIANA
HALKAM
HELNY
JULIANA
AKADEMI
ANALIS KESEHATAN BINA HUSADA
KENDARI
2013
PENGENALAN
KIMIA KLINIK – I
A. PENGERTIAN
KIMIA KLINIK
Pemeriksaan laboratorium yang
berdasarkan reaksi kimia dapat digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain.
Pemeriksaan kimia darah dapat meliputi uji faal hati, jantung, ginjal, lemak
darah, kadar gula darah, kelainan pankreas, elektrolit dan membantu menegakkan
diagnosis anemi.
B. BEBERAPA
MATERI KIMIA KLINIK
Uji faal hati meliputi pemeriksaan kadar protein
total & albumin, bilirubin total & direk, serum glutamic oxaloacetate
transaminase (SGOT) & serum glutamic pyruvate transaminase(SGPT), gamma
glutamyl transferase (γ-GT), alkaline phosphatase (ALP) dan cholinesterase
(CHE).
Uji fungsi
hati meliputi pemeriksaan kadar protein total & albumin, bilirubin total
& bilirubin direk, serumglutamic
oxaloacetate transaminase (SGOT/AST) & serum glutamic pyruvate
transaminase(SGPT/ALT), gamma
glutamyl transferase (γ GT), alkaline phosphatase (ALP) dan cholinesterase(CHE). Pemeriksaan protein total dan albumin
sebaiknya dilengkapi dengan pemeriksaan fraksi protein serum dengan teknik
elektroforesis. Dengan pemeriksaan elektroforesis protein serum dapat diketahui
perubahan fraksi protein di dalam serum. Pemeriksaan elektroforesis protein
serum ini menunjukkan perubahan fraksi protein lebih teliti dari hanya
memeriksa kadar protein total dan albumin serum.
Uji fungsi
jantung dapat dipakai pemeriksaan creatine
kinase (CK), isoenzim creatine
kinase yaitu CKMB, N-terminal pro brain natriuretic peptide (NT
pro-BNP) dan Troponin-T.
Kerusakan dari otot jantung dapat diketahui dengan memeriksa aktifitas CKMB, NT
pro-BNP, Troponin-T dan
hsCRP. Pemeriksaan LDH tidak spesifik untuk kelainan otot jantung, karena hasil
yang meningkat dapat dijumpai pada beberapa kerusakan jaringan tubuh seperti
hati, pankreas, keganasan terutama dengan metastasis, anemia hemolitik dan leukemia.
Pemeriksaan protein total dan albumin sebaiknya
dilengkapi dengan pemeriksaan fraksi protein serum dengan cara elektroforesis.
Dengan pemeriksaan elektroforesis protein serum dapat diketahui perubahan
fraksi protein di dalam darah sehingga dapat diketahui perubahan fraksi protein
lebih teliti dari hanya pemeriksaan protein total dan albumin serum.
Uji fungsi
ginjal terutama adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum adalah produk
akhir dari metabolisme protein di dalam tubuh yang diproduksi oleh hati dan
dikeluarkan lewat urin. Pada gangguan ekskresi ginjal, pengeluaran ureum ke
dalam urin terhambat sehingga kadar ureum akan meningkat di dalam darah.
Kreatinin merupakan zat yang dihasilkan oleh otot dan dikeluarkan dari tubuh
melalui urin. Oleh karena itu kadar kreatinin dalam serum dipengaruhi oleh
besar otot, jenis kelamin dan fungsi ginjal. Di Laboratorium Klinik Utama Bio
Medika pemeriksaan kadar kreatinin dilaporkan dalam mg/dl dan estimated GFR
(eGFR) yaitu nilai yang dipakai untuk mengetahui perkiraan laju filtrasi
glomerulus yang dapat memperkirakan beratnya kelainan fungsi ginjal.
Beratnya
kelainan ginjal diketahui dengan mengukur uji bersihan kreatinin (creatinine clearance test/CCT).Creatinine clearance test/CCT
memerlukan urin kumpulan 24 jam, sehingga bila pengumpulan urin tidak
berlangsung dengan baik hasil pengukuran akan mempengaruhi nilai CCT.
Akhir-akhir ini, penilaian fungsi ginjal dilakukan dengan pemeriksaan
cystatin-C dalam darah yang tidak dipengaruhi oleh kesalahan dalam pengumpulan
urin. Cystatin adalah zat dengan berat molekul rendah, dihasilkan oleh semua
sel berinti di dalam tubuh yang tidak dipengaruhi oleh proses radang atau
kerusakan jaringan. Zat tersebut akan dikeluarkan melalui ginjal. Oleh karena
itu kadar Cystatin dipakai sebagai indikator yang sensitif untuk mengetahui
kemunduran fungsi ginjal.
Pemeriksaan
lemak darah meliputi pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan
LDL kolesterol. Pemeriksaan tersebut terutama dilakukan pada pasien yang
memiliki kelainan pada pembuluh darah seperti pasien dengan kelainan pembuluh
darah otak, penyumbatan pembuluh darah jantung, pasien dengan diabetes melitus
(DM) dan hipertensi serta pasien dengan keluarga yang menunjukkan peningkatan
kadar lemak darah. Untuk pemeriksaan lemak darah ini, sebaiknya berpuasa selama
12 - 14 jam. Bila pada pemeriksaan kimia darah, serum yang diperoleh sangat
keruh karena peningkatan kadar trigliserida sebaiknya pemeriksaan diulang
setelah berpuasa > 14 jam untuk mengurangi kekeruhan yang ada. Untuk
pemeriksaan kolesterol total, kolesterol HDL dan kolesterol LDL tidak perlu
berpuasa. Selain itu dikenal pemeriksaan lipoprotein (a) bila meningkat dapat
merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner.
Pemeriksaan
kadar gula darah dipakai untuk mengetahui adanya peningkatan atau penurunan
kadar gula darah serta untuk monitoring hasil pengobatan pasien dengan Diabetes
Melitus (DM). Peningkatan kadar gula darah biasanya disebabkan oleh
Diabetes Melitus atau kelainan hormonal di dalam tubuh. Kadar gula yang tinggi
akan dikeluarkan lewat urin yang disebut glukosuria. Terdapat beberapa macam
pemeriksaan untuk menilai kadar gula darah yaitu pemeriksaan gula darah
sewaktu, kadar gula puasa, kadar gula darah 2 jam setelah makan, test toleransi
glukosa oral, HbA1c, insulin dan C-peptide. Kadar gula darah sewaktu
adalah pemeriksaan kadar gula pada waktu yang tidak ditentukan. Kadar gula
darah puasa bila pemeriksaan dilakukan setelah pasien berpuasa 10 - 12 jam
sebelum pengambilan darah atau sesudah makan 2 jam yang dikenal dengan gula
darah 2 jam post-prandial.
Pasien DM dalam pengobatan, tidak perlu menghentikan obat pada saat pemeriksaan
gula darah puasa dan tetap menggunakan obat untuk pemeriksaan gula darahpost-prandial. Pemeriksaan kadar gula
darah puasa dipakai untuk menyaring adanya DM, memonitor penderita DM yang
menggunakan obat anti-diabetes; sedangkan glukosa 2 jam post-prandial berguna untuk
mengetahui respon pasien terhadap makanan setelah 2 jam makan pagi atau 2 jam
setelah makan siang. Kadar gula darah sewaktu digunakan untuk evaluasi
penderita DM dan membantu menegakkan diagnosis DM. Selain itu dikenal
pemeriksaan kurva harian glukosa darah yaitu gula darah yang diperiksa pada jam
7 pagi, 11 siang dan 4 sore, yang bertujuan untuk mengetahui kontrol gula darah
selama 1 hari dengan diet dan obat yang dipakai. Pada pasien dengan kadar gula
darah yang meragukan, dilakukan uji toleransi glukosa oral (TTGO).
Lipase
adalah enzim yang dihasilkan oleh pankreas yang berfungsi mencerna lemak.
Lipase akan meningkat di dalam darah apabila ada kerusakan pada pankreas.
Peningkatan kadar lipase dan amilase terjadi pada permulaan penyakit
pankreatitis, tetapi lipase serum meningkat sampai 14 hari, sehingga
pemeriksaan lipase bermanfaat pada radang pankreas yang akut stadium lanjut.
Untuk
pembentukan hemoglobin dibutuhkan antara lain besi, asam folat dan vit. B12.
Besi merupakan unsur yang terbanyak didapatkan di darah dalam bentuk
hemoglobin, serum iron (SI), total iron binding capacity(TIBC) dan ferritin. Pemeriksaan SI bertujuan
mengetahui banyaknya besi yang ada di dalam serum yang terikat dengan
transferin, berfungsi mengangkut besi ke sumsum tulang. Serum iron diangkut oleh protein
yang disebut transferin, banyaknya besi yang dapat diangkut oleh transferin
disebut total iron binding
capacity (TIBC). Saturasi transferin mengukur rasio antara kadar SI
terhadap kadar TIBC yang dinyatakan dalam persen. Ferritin adalah cadangan besi
tubuh yang sensitif, kadarnya menurun sebelum terjadi anemia. Pada anemia tidak
selalu terjadi perubahan pada SI, TIBC dan ferritin tergantung pada penyebab
anemia. Pada anemia defisiensi besi, kadar SI dan saturasi transferin menurun
sedangkan TIBC akan meningkat/normal dan cadangan besi tubuh menurun.
Pengukuran asam folat dan vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui penyebab
anemia.
Natrium
(Na) merupakan kation ekstraseluler terbanyak, yang fungsinya menahan air di
dalam tubuh. Na mempunyai banyak fungsi seperti pada otot, saraf, mengatur
keseimbangan asam-basa bersama dengan klorida (Cl) dan ion bikarbonat. Kalium
(K) merupakan kation intraseluler terbanyak. Delapan puluh – sembilan puluh
persen K dikeluarkan oleh urin melalui ginjal. Oleh karena itu, pada kelainan
ginjal didapatkan perubahan kadar K. Klorida (Cl) merupakan anion utama didalam
cairan ekstraseluler. Unsur tersebut mempunyai fungsi mempertahankan
keseimbangan cairan dalam tubuh dan mengatur keseimbangan asam-basa.
Albumin adalah hormon yang paling banyak terdapat
dalam plasma, yang bisa disebut sebagai pengangkut. Ia mengikat jenis lemak
seperti kolesterol, hormon-hormon, bilirubin, zat warna empedu beracun yang
berwarna kuning, atau zat obat seperti penisilin. Ia meninggalkan zat-zat
beracun tersebut di hati dan kemudian membawa zat-zat makanan serta hormon-hormon
lain ke tempat mana pun yang memerlukannya.
Bilirubin adalah
pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati
(liver). Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses.
Bilirubin dalam darah terdiri dari dua bentuk, yaitu bilirubin direk dan
bilirubin indirek. Bilirubin direk larut dalam air dan dapat dikeluarkan
melalui urin. Sedangkan bilirubin indirek tidak larut dalam air dan terikat
pada albumin.
Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatinin.
Kreatinin sebagian besar dijumpai di otot rangka, tempat zat ini terlibat dalam
penyimpanan energi sebagai kreatin fosfat (CP). Dalam sintesis ATP dari ADP,
kreatinin fosfat diubah menjadi kreatinin dengan katalisasi enzim kreatin
kinase (CK).
Aminotransferase
(transaminase) Sebagai nama untuk enzim yang mengkatalisis
perpindahan reversibel satu gugusan amino dari asam amino ke asam alfa-keto,
sekarang lebih baik dipakai aminotrasferase. Istilah lama transaminase tidak
sesuai dengan rekomendasi dari Komisi mengenai enzim tentang aktifitas
enzim.kedua macam aminotrasferase yang paling sering di ukur ialah alanine
aminotrasferase (ALT) yang dulu disebut serum glutamate-piruvat transaminase
(SGPT) dan aspartat aminotrasferase (AST) yang dulu bernama serum glutamat-oxaloasetat
transaminase (SGOT).
C. PARAMETER
– PARAMETER PEMERIKSAAN KIMIA KLINIK DI LABORATOIRUM
1. Gds,
gdp, g2pp
2. Cholesterol
:
Ldl/hdl
3. Ureum
4. Kreatinin
5. Urid
acid
6. Bilirubbin
:
Direct/Indirect
7. SGPT/SGOT
8. TG
9. Protein
total
10. GGT
11. ALP
12. ALT/AST
D. HUBUNGAN
KIMIA KLINIK DENGAN HEMATOLOGI
Pemeriksaan kimia darah
dapat meliputi uji faal hati, jantung, ginjal, lemak darah, kadar gula darah,
kelainan pankreas, elektrolit dan membantu menegakkan diagnosis anemi. Dari
semua pengujian tersebut umumnya digunakan suatu sampel yang dapat membantu
menegakkan setiap diagnosis dari kelainan yang ada pada organ tertentu. Kondisi
abnormal yang terjadi pada organ fital dalam tubuh seperti pada ginjal, hati,
jantung atau organ lainnya dapat dilihat atau dideteksi dengan melihat hasil
metabolisme yang dihasilkan oleh organ fital tersebut yang disesuaikan dengan
kondisi normal yang sebenarnya. Dari hal ini maka sebagian besar dari proses
mendeteksi kelainan maupun kondisi normal tidaknya organ fital tersebut dapat
dilihat dari kandungan sel darah dalam tubuh.
Untuk mengetahui atau
melakukan hal tersebut maka perlu dipahami terlebih dahulu bagaimana kondisi
atau kandungan darah yang normal. Oleh karena itu perlu dipelajari bagaimana
kandungan atau kondisi darah maupun cairan tubuh lainnya.
Hematologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang darah serta komponen
– komponen penyusunnya, Darah merupakan bagian penting dari sistem transport
karena darah mengalir ke seluruh tubuh kita dan berhubungan langsung dengan
sel-sel dalam tubuh kita. Dengan melihat fungsi darah yang mengangkut hasil
metabolisme menuju ke alat eksresi maka dengan mendeteksi kandungan darah dapat
menggambarkan bagaimana kondisi organ dalam tubuh.