BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Infeksi pada sistem
syaraf pusat dan pada jaringan disekitarnya merupakan kondisi yang mengancam
jiwa. prognosis tergantung pada identifikasi tempat dan jenis pathogen yang
menyebabkan terjadinya inflamasi sehingga bisa diberikan pengobatan anti biotic
yang efektif secepat mungkin. Olehkarena analisis LCS, biopsy, dan analisis
laboratorium merupakan Gold standard untuk mengidentifikasi pathogen penyebab
meningitis, neuroimaging merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk
menggambarkan letak lesi pada otak dan medulla spinalis.
gambaran pola lesi
menentukan diagnosis yang tepat dan menentukan tatalaksana terapi selanjutnya.
khususnya, neuroimaging memiliki peran yang sangat penting pada
penyakit-penyakit oportunistik, bukan hanya untuk penegakan diagnosis, namun
juga untuk memantau respon terapi. makalah ini membahas penemuan terkini dalam
bidang neuroimaging pada infeksi system saraf pusat seperti meningoensefalitis
bacterial, ventrikulitis dan infeksi medulla spinalis, baik oleh virus, bakteri
maupun penyakit oportunistik pada system saraf pusat.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana kalasifikasi, morfologi, pathogenesis, gejala
klinis dan pengobatan Bakteri Haemophilus influenza ?
2. Bagaimana
kalasifikasi, morfologi, pathogenesis, gejala klinis dan pengobatan terhadap
bakteri Neisseria meningitides ?
3. Bagaimana kalasifikasi, morfologi, pathogenesis,
gejala klinis dan pengobatan terhadap bakteri Streptococcus pneumonia ?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis bakteri penyebab infeksi
system saraf
2. Untuk mengetahui klasifikasi, pathogenesis, gejala
klinis dan pengobatan dari bakteri Haemophilus influenza
3. Untuk mengetahui klasifikasi, pathogenesis, gejala
klinis dan pengobatan dari bakteri Neisseria meningitides
4. Untuk mengetahui klasifikasi, pathogenesis, gejala
klinis dan pengobatan dari bakteri Streptococcus pneumonia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Haemophilus influenza
Klasifikasi
Divisi : Bakteri
Kelas : Schizomicetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Haemophilunaceae
Genus : Haemophilus
Spesies : Haemophilus influenza
Morfologi
Haemophilus influenzae
adalah kelompok bakteri yang dapat menyebabkan berbagai jenis infeksi pada bayi
dan anak-anak. Bakteri yang semula disebut Bacillus Pfeiffer ini diartikan juga
sebagai organisme yang hidup bebas pertama yang memiliki seluruh genome
sequencing. Haemophilus influenzae atau yang biasa disingkat H. influenzae
adalah bagian dari mikroflora normal pada bagian atas saluran pernapasan pada
manusia. Haemophilus influenzae bergerak di antara sel-sel epitel pada saluran
pernapasan untuk menginvasi dan menimbulkan penyakit.
Haemophilus
influenzaemempunyai ukuran 1 m x 0.3 m. Bakteri ini bebentuk batang negative
Gram dan merupakan bakteri yang tidak harus membutuhkan oksigen
untuk pertumbuhannya. Pada tahun 1930, bakeri ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu
koloni R yang dibentuk oleh kuman-kuman yang tidak ramah lingkungan
(tak bersimpai) dan koloni S yang dibentuk oleh sebaliknya, yaitu oleh
kuman-kuman yang bersimpai.
Haemophilus influenzae
sangat peka terhadap desinfektan dan kekeringan. Bakteri ini tumbuh optimum
pada suhu 37oC dan pada pH 7.4 sampai 7.8 dalam suasana CO2 10%.
Tumbuh di media kultur yang membutuhkan faktor X (hemin) suatu
derivat haemoglobin yang termostabil, dan faktor V (NAD atau NADP) yang
termolabil. Media kultur yang digunakan untuk membiakkan Haemophilus influenzae
adalah agar coklat (karena mengandung faktor X dan V). Haemophilus influenzae
juga dapat dibiakkan di media agar darah jika diinokulasikan bersama bakteri
lain yang menghasilkan dan melepaskan NAD (misal: Staphylococcus aureus), dan
dikultur itu akan terlihat mengelilingi bakteri penghasil NAD tersebut atau
disebut fenomena satelit. Bakteri Haemophilus influenzae mempunyai kapsul,
dan tidak bergerak. Bakteri ini dapat ikut aliran darah
atau terkadang menetap di sendi dan dapat menyebar melalui droplet pernafasan
atau melalui kontak langsung.
Patogenesis
H. influenzae menyebabkan
sejumlah infeksi pada saluran pernafasan bagian atas seperti faringitis, otitis
media, dan sinusitis yang terutama penting pada penyakit paru kronik. H.
influenzae dapat menyebabkan
pembengkakan saluran pernapasan bagian atas yang hebat yang mengakibatkan
obstruksi dan sering menyebabkan kematian kurang dari 24 jam. Hal ini terjadi
karena flu yang diderita sudah sangat berat sehingga menyebabkan meningitis.
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau
selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan
berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk
kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak. Bakteri ini masuk kedalam
tubuh melalui udara yang dihirup, kemudian menetap didalam tubuh. Didalam tubuh
manusia, bakteri ini mengadakan pembelahan dan berkembangbiak dengan jumlah
yang banyak, kemudian masuk ke dalam darah sampai ke otak, apabila bakteri ini
sudah masuk dan menyebar kedalam peredaran darah (bersifat sistemik) dan masuk
ke otak, maka dapat menyebabkan kematian.
Gejala Klinis
Gejala-gejala klinis
yang disebabkan penyakit ini cukup banyak, tergantung letak infeksi dan jenis
penyakit yang disebabkannya. Anak-anak mungkin memiliki gejala klinis yang
berbeda tiap pribadi, namun jika disimpulkan, gejala klinis tersebut adalah
Irritability (kekurangan makanan dan nutrisi saat bayi, demam (pada bayi
prematur temperaturnya dibawah normal), sakit kepala, muntah, sakit di leher,
sakit di punggung, posisi badan yang tidka biasa, kepekaan terhadap cahaya,
epiglottitis, dyspnoea (sulit bernafas), dysphagia (sulit menelan), septic
arthritis, cellulitis, pneumonia, sepicaemia, osteomyelitis, bacteramia, dan
empyema. Kasus Hib jarang terjadi pada bayi di bawah 3 bulan atau di atas 6
tahun. Biasanya terjadi pada umur 4-18 bulan.
Pengobatan
Pemilihan antibiotika
yang akan digunakan dapat ditentukan dengan tes kepekaan secara in vitro.
Kebanyakan H. influenzae peka terhadap ampisilin, khloramfenikol, tetrasiklin,
sulfonamida dan kotrimoksasol, dan terapi dengan salah satu atau kombinasi
obat-obat ini, namun kepekaan kumannya sendiri dan hasil suatu terapi tidak
dapat diperkirakan. Terapi untuk anak atau bayi yang terinfeksi meningitis
karena Hbi dapat diberikan dexamethasone atau campuran dari cefotaxime
sodium/ceftriaxone sodium/ampicillin dengan chloramphenicol.
2.2
Bakteri Neisseria Meningitidis
Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Kingdom : Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Beta Proteobacteria
Order
: Neisseriales
Family
: Neisseriaceae
Genus
: Neisseria
Species
: N. meningitidis
Morfologi
Bakteri Neisseria
meningitis (meningokokus) memiliki ciri identik pada warna dan karakteristik
morfologinya dengan Neisseria gonorrhoeae. Ciri khas bakteri ini adalah
berbentuk diplokokus gram negative, berdiameter kira-kira 0,8 μm. Neisseria
meningitis tidak bergerak (nonmotil) dan tidak mampu membentuk spora.
Masing-masing dari kokusnya berbentuk seperti ginjal dengan bagian yang rata
atau cekung berdekatan. Bakteri meningokokus ini dapat mengalami otolisis
dengan cepat, hal ini khususnya dalam lingkungan alkali. Bakteri N. meningtidis
ini memiliki enzim oksidase. mikroorganisme ini paling baik tumbuh pada
perbenihan yang mengandung zat-zat organik yang kompleks (misalnya : darah atau
protein binatang dan dalam atmosfer yang mengandung CO2 5 %).
Struktur koloni bakteri
ini terdiri dari minimal 8 golongan sero menigokokus (A, B, C, D W-135, X, Y
dan Z). Golongan telah dikenal melalui kekhusuan imunologi dari masing-masing
kapsul polisakaridanya. Pada polisakarida golongan A adalah suatu polimer dari
suatu N-asetilmanosamin fosfat. Sedangkan polisakarida golongan C adalah suatu
polimer dari asam N asetil O asetineuraminat.
Untuk antigen meningokokus ini dapat ditemukan dalam darah dan cairan serebrospinal. Pada belahan dunia bagian barat penyakit meningitis yang disebabkan oleh N. meningitidis ini terutama disebabkan oleh meningokous golongan B, C, W-135 dan Y, sedangkan di afrika penyakit ini disebabkan oleh golongan A. Pada nucleoprotein meningokokus (zat P) memiliki beberapa efek toksik untuk manusia namun hal ini tidak spesifik untuk organisme ini.
Untuk antigen meningokokus ini dapat ditemukan dalam darah dan cairan serebrospinal. Pada belahan dunia bagian barat penyakit meningitis yang disebabkan oleh N. meningitidis ini terutama disebabkan oleh meningokous golongan B, C, W-135 dan Y, sedangkan di afrika penyakit ini disebabkan oleh golongan A. Pada nucleoprotein meningokokus (zat P) memiliki beberapa efek toksik untuk manusia namun hal ini tidak spesifik untuk organisme ini.
Patogenesis Dan Manifestasi Klinik
Meningokokus masuk ke
dalam tubuh lewat traktus aspiratorius bagian atas dan berkembang biak dalam
selaput nasofaring. Penyebaran meningokokus lewat aliran darah mengakibatkan
terjadinnya lesi metastetik di berbagai tempat di badan, misalnnya kulit,selaput
otak, persendian dan paru-paru.manifestasi kliniknnya tergantung
kepada lokasi metastasis.
Penyakit yang timbul
dapat berupa demam ringan yang dapatdisertai dengan faringitis tanpaa disertai
manifestasi spesifik lainnya dari infeksi meningokokus. Penyakit
sistemik yang ditandai demam dan prostasi leebih mudah diketahui.tidak jarang
timbul suatu macula eritematosa, yang disusun dengan munculnnya suatu pethikiae
yang terus berkembang menjadi suatu ekhimosis. Purpura siklusitik inididahului
oleh suatu emboli meningokokuss dan dianggap suatu tanda khas untuk penyakit
yang berat. Meningokoksemia dapat disertai meningitis, perikarditis, dan
penyakit padaa organ-organ lainnya.
Diagnosis Laboratorium
Infeksi meningokokus
terutaamaa didiagnosis dengan cara identifikasiNeisseria meningitidis dalam bahan yang didapat dari penderita. Jika
bahan berupa eksudat ,misalnnya likuor serebrospinalis, maka dapat dibuat
diagnosis presumptive yang cepat dengan cara menemukan diplokokus negative gram
dalam sediaan apus. Kuman kadang-kadang juga dapat ditemukan dalam sediaan apus
yang berasal dari petekhiae. Dalam kasus septicemia, kuman juga
daapaat ditemukan dalam sediaan apus darah tepi.
Bahan pemeriksaan dapat
berupa darah, likuor seebrospinalis, bahan dari pethekiae, cairan sendi, usap
tenggorok atau nasofaring. Medium selektif Thayer-martin dipergunakan
untuk pemeriksaan bahan yang mengandung bermacam- macam bakteri, sedangkan
bahan-bahaan yang berasal dari darah,likuor, atau bahan-bahan yang secara
normal steril, ditanam dalam kaldu trypticase soy atau pelat agar coklat dalam
cukup CO2.
Counter current
immunooelecthroporesis adalah suatu tekhnik atau cara yang dipakai untuk
identifikasi polisakarida meningokokus dalam darah, likuor dan cairan sendi
secara cepat. Adannya antibody serum dalam penderita dapat diketahui dengan
hemaglutinasi hambaatan pasif atau dengan radioactive antigen biding test
merupakan cara yang paling sensitive saat ini.
Pengobatan
Orang yang terkena
bakteri Neisseria meningitidis dianjurkan memperoleh bantuan medis
dengan segera. Pasien akan memperlukan perawatan di rumah sakit. Kalau tidak
dapat diberi obat penicillin untuk mengobati infeksi terkena
bakteri Neisseria meningitidis, karena bakteri ini sensitive terhadap
penicillin dengan kosentrasi hambatan minimum 0,3 mikrogram/ml.. penicillin Gin
aqua diberikan secara intravena dengan dosis tinggi. Pada penderita yang
sensitive penicillin, kloramfenikol merupakan terapi alternative yang efektif.
Selain itu perlu juga dihindarkan terjadinnya koagulasi intravaskuler yang
menyebar.
2.3
Streptococcus Pneumonia
Klasifikasi
Kingdom : Bakteri
Kingdom : Bakteri
Filum
: Frimicutes
Kelas
: Cocci
Ordo
: Lactobacillales
Famili
: Streptococcaceae
Genus
: Streptococcus
Spesies
: Streptococcus pneumonia
Morfologi
Bakteri Streptococcus
pneumonia berbentuk diplokokus dan memanjang seperti lanset. Dapat
berbentuk tunggal berbentuk kapsul atau seperti rantai yang dikelilingi oleh
sebuah kapsul. Bakteri ini tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Bakteri
ini mudah diwarnai dengan pewarnaan yang sederhana. Bersifat garam positif dan
mudah berubah menjadi garam negatif pada sendian yang agak tua.
Patogenesis
1. Produksi Penyakit
1. Produksi Penyakit
Streptococcus
Pneumoniae menyebabkan penyakit melalui kemampuannya untuk berkembang biak
didalam jaringan. Mereka tidak menghasilkan toksin. Virulensi dari organisme
merupakan fungsi kapsulnya, yang dapat mencegah atau menunda pencernaan oleh
fagosit. Serum yang mengandung antibodi terhadap polisakarida tipe spesifik
dapat melindungi dari infeksi. Jika serum tersebut diserap oleh polisakarida
tipe tertetu, maka serum tersebut akan kehilangan daya proteksinya. Hewan atau
manusia yang diimunisasi dengan tipe pneumococcus tersebut dan memiliki
antibodi presipitasi dan antibodi opsonisasi untuk tipe polisakarida tersebut.
2. Resistensi Alamiah
40-70% dari manusia
kadang-kadang merupakan carrier pneumococcus yang virulen, maka mukosa
pernapasan normal harus memiliki daya tahan alamiah bagi pneumococcus. Diantara
faktor-faktor yang mungkin menyebabkan rendahnya resistensi dan berpengaruh
pada infeksi pneumococcal adalah sebagai berikut :
Ø Ketidak normalan saluran pernapasan
Virus
dan infeksi-infeksi lain yang merusak sel permukaan : akumulasi abnormal mucus
(alergi) yang melindungi pneumococcus dari fagositos, obstruksi bronchus
(missal atelectasis) dan kerusakan saluran pernapasan disebabkan oleh bahan
iritan yang mengganggu fungsi mucocilary.
Ø Alkohol atau intoksikasi obat
Menyebabkan
menekan kegiatan fagositik, menekan reflex batuk, dan memudahkan aspirasi bahan
asing.
Ø Mekanisme lain
Kekurangan
gizi, kelemahan umum, anemia sickle cell, hiposplenisme, nefrosis atau
difisiensi bahan tambahan.
Gejala Klinis
Serangan pneumonia oleh
pneumococcus biasanya mendadak, diikuti dengan demam, menggigil dan nyeri tajam
pada pleura. Sputum mirip dengan eksudat alveolar, secara karakteristik
berdarah atau berwarna merah kecoklatan. Awal penyakit ini, ketika demam
menggigil, maka bakteremia tampak dalam 10-20% kasus. Dengan terapi
antimikroba, penyakit biasanya hilang secara bertahap. Jika obat-obat diberikan
secara awal, maka perkembangan konsolidasi terganggu.
Pengobatan
Karena pneumococcus
bersifat sensitif terhadap antimikroba, perawatan awal biasanya berlangsung
pada proses pemulihan yang cepat dan respon antibodi agaknya kurang berperan.
Penisilin G merupakan obat pilihan. Tapi di Amerika Serikat 5-10% pneumococcus
resisten terhadap penisilin dan kira-kira 20% agak resisten (MIC 0,1-1µg/ml).
penisilin G dosis tinggi dengan MICs sebesar 0,1-2µg/mL ternyata efektif untuk
menangani pneumonia yang disebabkan oleh pneumococcus tetapi tidak efektif
menangani meningitis yang disebabkan oleh strain yang sama. Beberapa strain
yang resisten penisilin ternyata juga resisten terhadap cefrizoxime, juga
resisten terhadap tetrasiklin dan eritromisin. Pneumococcus peka terhadap
vankomisin.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Haemophilus influenzae
adalah kelompok bakteri yang dapat menyebabkan berbagai jenis infeksi pada bayi
dan anak-anak. Haemophilus influenzae bergerak di antara sel-sel epitel pada
saluran pernapasan untuk menginvasi dan menimbulkan penyakit. Gejala-gejala klinis yang disebabkan penyakit ini
cukup banyak, tergantung letak infeksi dan jenis penyakit yang disebabkannya.
Bakteri Neisseria meningitis
(meningokokus) memiliki ciri identik pada warna dan karakteristik morfologinya
dengan Neisseria gonorrhoeae. Bakteri Streptococcus
pneumonia berbentuk diplokokus dan memanjang seperti lanset. Dapat
berbentuk tunggal berbentuk kapsul atau seperti rantai yang dikelilingi oleh
sebuah kapsul.
3.2
Saran
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis
ucapkan terimakasih.
Daftar Pustaka
http://en.wikipedia.org/wiki/Haemophilus_influenzae
http://mikrobia.wordpress.com/2007/05/17/haemophilus-influenzae/
http://www.medicastore.com. Senin 5 Februari 2007
http://www.bmb.leeds.ac.uk/mbiology/ug/ugteach/icu8/introduction/bacteria.html