BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisa titrimetri atau
analisa volumetric adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat
yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui
konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan
standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.
Dalam percobaan dalam laboratorium
kita sebagai mahasiswa kimia sering dipertemukan dengan yang disebutdengan
titrasi. titrasi sendiri merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu
zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses
titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai
titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan
reaksi kompleks dan lain sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian
Analisa titrimetri atau volumetric
2. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat
dilakukan analisis volumetrik
3. klasifikasi
analisa titrimetri atau volumetric
4. Pembagian Analisa Volumetri
1.3 Tujuan
1. Agar
dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan analisa titrimetri atau volumetric
2. Agar
dapat mengetahui pembagian analisa titrimetri
3. Dapat
mengetahui prinsip dasar pada pembagian analisa volumetric
4. Agar
dapat mengetahui reaksi –reaksi kimia pada analisa titrimeti
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian analisa titrimetri
atau volumetri
v Beberapa Pengertian dan Istilah Titrimeti
Analisa titrimetri atau
analisa volumetrik adalah analisis
kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku
(standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara
zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya
secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas)
atau M (molaritas).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk
menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang
digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai
perubahan pH.
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara
stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada
indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis
dan larutan standar.
Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan
titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat
mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik
ekuivalen ini tidak dapat diamati, karena itu perlu bantuan senyawa lain yang
dapat menunjukkan saat titrasi harus dihentikan. Senyawa ini dinamakan indikator.
2.2 Syarat-syarat
yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat
dilakukan analisis volumetrik adalah sebagai berikut :
1.
Reaksinya harus
berlangsung sangat cepat.
2.
Reaksinya harus
sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang
kuantitatif/stokiometrik.
3.
Harus ada
perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia
maupun secara fisika.
4.
Harus ada
indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator
potensiometrik dapat pula digunakan.
Alat-alat yang digunakan pada analisa titrimetri ini
adalah sebagai berikut :
1.
Alat pengukur
volume kuantitatif seperti buret, labu tentukur, dan pipet volume yang telah di
kalibrasi.
2.
Larutan standar
yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer dan sekunder
dengan kemurnian tinggi.
3.
Indikator atau
alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
2.3 klasifikasi
analisa titrimetri atau volumetric
Penggolongan analisis titrimetri ini, berdasarkan ;
1. Reaksi Kimia :

Jika
larutan bakunya adalah larutan basa, maka zat yang akan ditentukan haruslah
bersifat asam dan sebaliknya.
Berdasarkan sifat larutan bakunya, titrasi dibagi atas
:
1.
Asidimetri
adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku asam.
Contoh : HCl, H2SO4
2.
Alkalimetri
adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku basa.
3.
Contoh : NaOH,
KOH

Yang
terjadi adalah reaksi antara senyawa/ ion yang bersifat sebagai oksidator
dengan senyawa/ ion yang bersifat sebagai reduktor dan sebaliknya.
Berdasarkan larutan bakunya, titrasi dibagi atas :
1.
Oksidimetri
adalah metode titrasi redoks yang dimana larutan baku yang digunakan bersifat
sebagai oksidator.
Yang termasuk titrasi oksidimetri adalah :
Ø Permanganometri, larutan bakunya : KMnO4
Ø Dikromatometri, larutan bakunya : K2Cr2O7
Ø Serimetri, larutan bakunya : Ce(SO4)2,
Ce(NH4)2SO4
Ø Iodimetri, larutan bakunya : I2
2.
Reduksimetri
adalah titrasi redoks dimana larutan baku yang digunakan bersifat sebagai
reduktor.
Yang termasuk titrasi reduksimetri adalah :
Ø Iodometri, larutan bakunya : Na2S2O3
. 5H2O

Yang
terjadi adalah reaksi penggabungan ion yang menghasilkan endapan/ senyawa yang
praktis tidak terionisasi.
Yang termasuk titrasi pengendapan adalah :
1.
Argentometri,
larutan bakunya : AgNO3
2.
Merkurimetri,
larutan bakunya : Hg(NO3)2/ logam raksa itu sendiri.

Titrasi
kompleksometri digunakan untuk menetapkan kadar ion-ion alkali dan alkali
tanah/ ion-ion logam. Larutan bakunya : EDTA
Berdasarkan cara titrasi
Ø Titrasi langsung
Ø Titrasi kembali (titrasi balik/residual titration)
Berdasarkan jumlah sampel
Ø Titrasi makro :
Jumlah sampel : 100 – 1000 mg
Volume titran : 10 – 20 mL
Ketelitian buret : 0,02 mL.
Ø Titrasi semi mikro :
Jumlah sampel : 10 – 100 mg
Volume titran : 1 – 10 mL
Ketelitian buret : 0,001 mL
Ø Titrasi mikro :
Jumlah sampel : 1 – 10 mg
Volume titran : 0,1 – 1 mL
Ketelitian buret : 0,001 mL
2.4
Pembagian Analisa Volumetri
Berdasarkan
atas hasil reaksi antara analit dengan larutan standar, maka analisis volumetri
dibagi atas :
v titrasi
asam-basa
v titrasi pengendapan
v titrasi
redoks
v titasi
pembentukan kompleks (kompleksometri)
1.
Titrasi asam
– basa
Teori Dasar Titrasi Asam – Basa
1. Teori
Asam – Basa menurut Arhennius :
Ø Asam adalah semua senyawa yang dalam bentuk larutan dapat menghasilkan ion H+.
Ø Basa adalah semua senyawa yang dalam bentuk larutan dapat menghasilkan ion OH-.
2. Teori
Asam – Basa menurut Brownsted Lowry :
Ø Asam adalah pemberi/ donor proton.
Ø Basa adalah penerima/ akseptor proton.
3. Teori
Asam – Basa menurut Lewis :
Ø Asam adalah pemberi pasangan elektron.
Ø Basa adalah penerima pasangan elektron.

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan
ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis
bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian
kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.
Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita
bisa menghitung kadar titrant. sebelum melakukan titrasi, ada Cara Mengetahui
Titik Ekuivalen,
Studi kuantitatif mengenai reaksi penetralan asam-basa paling nyaman
apabila dilakukan dengan mengunakan prosedur yang disebut titrasi. dalam
percobaan titrasi, suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti,
disebut dengan larutan standar (standard solution),
ditambahkan secara bertahap ke larutan yang lain konsentrasinya tidak
diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsun sampai
sempurna jika kita mengetahui volume larutan standard dan larutan tidak
diketahui yang digunakan dalam titrasi,maka kita dapat menghitung konsentrasi
larutan tidak diketahui itu.
Titrasi asam basa melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam akan bereaksi dengan basa dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang dipakai dalam titrasi asam basa selalu asam kuat atau basa kuat. Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan membuat kurva titrasi yaitu plot antara pH larutan sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan.
Titrasi asam basa melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam akan bereaksi dengan basa dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang dipakai dalam titrasi asam basa selalu asam kuat atau basa kuat. Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan membuat kurva titrasi yaitu plot antara pH larutan sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan.

·
Zat penitrasi (titran) yang merupakan larutan baku
dimasukkan ke dalam buret yang telah ditera
·
Zat yang dititrasi (titrat) ditempatkan pada wadah
(gelas kimia atau erlenmeyer).Ditempatkan tepat dibawah buret berisi titran
·
Tambahkan indikator yang sesuai pada titrat, misalnya,
indikator fenoftalien
·
Rangkai alat titrasi dengan baik. Buret harus berdiri
tegak, wadah titrat tepat dibawah ujung buret, dan tempatkan sehelai kertas
putih atau tissu putih di bawah wadah titrat
·
Atur titran yang keluar dari buret (titran dikeluarkan
sedikit demi sedikit) sampai larutan di dalam gelas kimia menunjukkan perubahan
warna dan diperoleh titik akhir titrasi. Hentikan titrasi !
Sebelum
melakukan titrasi, biasanya suatu larutan akan distandarkan terlebih dahulu, Proses penentuan konsentrasi
larutan satandar disebut menstandarkan atau membakukan. Larutan standar adalah
larutan yang diketahui konsentrasinya, yang akan digunakan pada analisis
volumetri.
Ada dua cara menstandarkan larutan yaitu:
1.
Pembuatan
langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu,
kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini
disebut larutan standar primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar
primer.
2.
Larutan yang
konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat kemudian
melarutkannya untuk memperoleh volum tertentu, tetapi dapat distandartkan
dengan larutan standar primer, disebut larutan standar skunder.
Zat yang dapat digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi
persyaratan dibawah ini :
1.
Mudah diperoleh
dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui kemurniannya.
Pengotoran tidak melebihi 0,01 sampai 0,02 %
2.
Harus stabil
3.
Zat ini mudah
dikeringkan tidak higrokopis, sehingga tidak menyerap uap air, tidak meyerap CO2
pada waktu penimbangan.
Ada dua cara
umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
§ Memakai pH
meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat
plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik
tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
§ Memakai
indicator asam basa.indikator sendiri adalah zat yang memiliki perbedaan warna
mencolok pada asam atau basa.

Indikator yang digunakan dalam titrasi asam – basa
dinamakan indikator asam – basa.
No.
|
Nama
Indikator
|
Warna
|
Trayek pH
|
|
Asam
|
Basa
|
|||
1.
|
Metil Kuning
|
Merah
|
Kuning Jingga
|
2,9 – 4,0
|
2.
|
Metil Jingga
|
Merah
|
Jingga Kuning
|
3,1 – 4,4
|
3.
|
Bromo Fenol Blue
|
Kuning
|
Ungu
|
3,0 – 4,6
|
4.
|
Merah Metil
|
Merah
|
Kuning
|
4,2 - 6,2
|
5.
|
Fenol Merah
|
Kuning
|
Merah
|
6,4 – 8,0
|
6.
|
Timol Blue
|
Kuning
|
Biru
|
8,0 – 9,6
|
7.
|
Phenolphtalein
|
Tidak Berwarna
|
Merah Ungu
|
8,0 – 9,8
|

BE dalam titrasi asam – basa adalah banyaknya mol
suatu zat yang setara dengan ion OH- atau ion H+. Contoh
:
·
HCl H+ + Cl-
1mol HCl
setara dengan 1mol H+ BE HCl = 1 mol
·
H2SO4
2H+ + SO42-
1mol H2SO4
setara dengan 2mol H+
½ mol H2SO4
setara dengan 1mol H+ BE H2SO4 = ½ mol
Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan.
Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat
inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.Indikator yang dipakai dalam
titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH.
Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga
tiga tetes.Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi
dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan
memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan
dilakukan.Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
Dalam percobaan,Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke
dalam suatu erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai
reaksi selesai. Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan
warna Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau
karena penambahan suatu zat yang disebut indikator. Titik di mana terjadinya
perubahan warna indikator ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik
akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis (titik ekuivalen).
Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan titrasi
.
Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai
sistem ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen
dari zat yang dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu
zat sangat sukar dibuat definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada
titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator
asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika
konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna
lain jika konsentrasi itu lebih rendah.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan
mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam =
mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen
diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus
diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas
diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada
asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV
asam = nxVxM basa
keterangan :
N =
Normalitas
V = Volume.
Titrasi asam-basa juga terbagi atas beberapa jenis :
1. titrasi asam
kuat-basa kuat
2. titrasi asam
kuat-basa lemah
3. titrasi asam
kuat-garam dari basah lemah
4. titrasi basa
kuat-garam dari basah lemah
1. Titrasi asam kuat-basa kuat
Titrasi asam
kuat-basa kuat contohnya titrasi HCl dengan NaOH. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Pada titrasi asam –basa dapat ditulis sesuai reksi diatas, Ion H+
bereaksi dengan OH- membentuk H2O sehingga hasil
akhir titrasi pada titik ekuvalen PH adalah netral.
2.
Titrasi asam kuat-basa lemah
Titrasi ini ini Pada akhir titrasi terbentuk garam
yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. Contoh titrasi ini adalah asam
hidroklorida sebagai asam kuat dan larutan amonia sebagai basa lemah.

3.
Titrasi asam kuat-garam dari basa lemah
Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah
analog dengan titrasi asam lemah dengan basa
kuat, akan
tetapi kurva yang terbentuk adalah cerminan dari kurva titrasi asam lemah vs
basa kuat. Sebagai contoh disini adalah titrasi 0,1 M NH4OH 25 mL dengan 0,1 HCl 25
mL dimana reaksinya dapat ditulis sebagai:
NH4OH + HCl -> NH4Cl + H2O
4. Titrasi basa
kuat garam dari basa lemah
Contoh
titrasi ini adalah :
- Basa kuat
: NaOH
- Garam dari
basa lemah : CH3COONH4
Persamaan
Reaksi :
NaOH + CH3COONH4
→ CH3COONa + NH4OH
Reaksi
ionnya :
OH-
+ NH4- → NH4OH
2. Titrasi
pengendapan
titrasi pengendapan merupakan suatu proses titrasi yang dapat mengakibatkan
terbentuknya endapan dari zat-zat yang saling bereaksi (analit dan titran ). Suatu
reaksi endapan dapat berkesudahan bila kelarutan endapannya cukup kecil.
konsentrasi ion-ion yang akan mengalami perubahan yang besar di dekat titik
ekuvalennya.
Terdapat 3
cara penentuan suatu senyawa dengan titrasi
pengendapan yaitu :
Ø cara mohr
Ø cara volhard
dan,
Ø cara fayans
pada penentuan dengan cara
mohr,dilakukan titrasi langsung dalam larutan netral dan sebagai indicator digunakan ion kromat, ion kromat bertindak
sebagai indikator yang banyak digunakan untuk titrasi argentometri ion klorida
dan bromida. Titik akhir titrasi dalam metode ini ditandai dengan terbentuknya
endapan merah bata dari perak kromat.
Cara volhard digunakan untuk
menetapkan kadar ion klorida secara tidak langsung dalam suasana asam kuat ke dalam larutan klorida
ditambahkan larutan baku perak nitrat dalam jumlah sedikit dan berlebihan.
Kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan baku tiosianat mengunakan
indicator Fe(III).Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya larutan
berwarna merah senyawa Fe(CNS)2+.titasi ini merupakan titrasi balik
digunakan jika reaksi berjalan lambat atu jika tidak ada indicator pemastian
TE.
Cara Fajans menggunakan indikator
suatu senyawa organik yang dapat diserap pada permukaan endapan yang terbentuk
selama titrasi argentometri berlangsung.AgNO3 digunakan sebagai
titran dan indicator, eiosin,fluoceein.metode ini digunakan untuk menentukan Cl-,Br‑,I‑,SCN‑.
jika suatu larutan klorida di
titrasi maka endapan klorida akan mengapsorsi ion Cl-(suatu endapan
mempunyai kecenderungan untuk mengapsorpsi ionnya sendiri), ini disebut lapisan
absopsi kedua muatan yang berlawanan.
Mekanisme kerja dari indicator
absorpsi ialah bahwa pada titik ekuvalen, indicator akan diabsopsi oleh endapan
dan selama proses penyerapan ini terjadi perubahan warna pada indicator. Setelah titik ekuvalen tercapai , ion
Ag+ terdapat dalam keadaan
kelebihan dan ion Ag+ ini akan menjadi lapisan
adsopsi pertama dan ion NO3‑
menjadi absopsi kedua. Jika
terdapat flouresien dalam larutan , ion negatif dan floresien akan diapsopsi
lebih dahulu karena lebih kuat dari ion NO3‑ dan ditandai
dengan warna merah muda dari senyawa kompleks antara ion floresienada dan ion perak pada permukaan setelah
kelebihan ion perak.
Titrasi
pengendapan mempunyai beberapa cirri-ciri :
Ø jumlah metode tidak sebanyak titrasi asam basa.
Ø Kesulitan mencari inkitor yang sesuai.
Ø Komposisi endapan sering tidak diketahui pasti.
3.
Titrasi
reduksi-oksidasi
Titrasi
Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator
berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana redoktur akan teroksidasi
dan oksidator akan tereduksi.
Agar dapat
digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks harus memenuhi persyaratan
umum sebagai berikut :
Ø Reaksi harus
cepat dan sempurna.
Ø Reaksi
berlangsung secara stiokiometrik, yaitu terdapat kesetaraan yang pasti antara
oksidator dan reduktor.
Ø Titik akhir
harus dapat dideteksi, misalnya dengan bantuan indikator redoks atau secara
potentiometrik.
Oleh karena itu banyak unsur-unsur
mempunyai lebih dari satu tingkat oksidasi, maka dikenal beberapa macam titrasi
redoks yaitu :
- Titrasi permanganometri.
- Titrasi Iodo-Iodimetri
- Titrasi Bromometri dan Bromatometri
- Titrasi serimetri

a. indikator spesifik
indicator spesifik yang umum digunakan untuk titrasi redoks adalah
amilum, yang membentuk kompleks biru dengan iodine penampakan warna dari kompleks ini
menyebabkan indicator ini sangat spesifik untuk titrasi ini.
Indicator spesifik lainya adalah ion tiosianat yang digunakan pada
titrasi dimana Fe(III) sebagai partisipan. Sebagai contoh hilangnya warna merah
dari Fe(III)/kompeks tiosianat merupakan tanda titik akhir titrasi dari Fe(III)
dengan standar titanium (III).
b.
inkator oksidasi reduksi
indicator redoks yang baik akan memberikan respons terhadap perubahan
potensial elektroda suatu system. Inikator ini secara subtansial lebih banyak
digunakan dibandingkan dengan indicator yang spesifik.
Persamaan
kimia untuk indikator redoks dapat
ditulis sebagai berikut :

Karena
reaksi di atass reversible, maka potensial elektroda berdasarkan persamaan
nerst dapat ditulis :
E = E0 - 0.0592/ n log [ln red]/[ln ox]
Perubahan
warna indicator dari bentuk teroksidasi ke bentuk tereduksi tergantung dari
perbandigan konsentrasinya.

indikator
|
Warna beroksidasi
|
Warna terduksi
|
Potensial peralihan (V)
|
kondisi
|
Erioglausin A
|
Biru kemerahan
|
Kuning kehijauan
|
+ 0.98
|
0.5 M H2SO4
|
difemilamin
|
ungu
|
Tidak berwarna
|
+0.76
|
Asam encer
|
Metilen biru
|
biru
|
Tidak berwarna
|
+0.53
|
1 M asam
|
Indigo tetrasulfonat
|
biru
|
Tidak berwarna
|
+0.36
|
1 M asam
|
phenosafranin
|
nerah
|
Tidak berwarna
|
+0.28
|
1 M asam
|

·
Yodometri dengan Na2S2O3
sebagai titran
Analat harus berbentuk suatu oksidator yang cukup kuat, karena dalam
metode ini analat selalu direduksi dulu dengan KI sehingga terjadi I2.
I2 inilah yang
dititrasi dengan Na2S2O3.
Oks analat
+ I‑ Red analat + I2
(tanpa indicator, warna iod hilang
)
2S2O3
- + I2 S4O6- + 2I‑
( indicator amilum )
Reaksi S2O3
- dengan I2 berlansung
baik dari segi kesempurnaannya berdasrkan potensial reduksi masing-masing.
·
Sumber kesalahan pada titrasi yodometri ini adalah :
1.
Kesalahan oksigen; oksidasi
diudara dapat meyebabkan hasil titrasi terlalu tinggi karena dapat mengoksidasi
ion iodide menjadi I2.
2.
pada pH tinggi I2 yang
terbentuk dapat bereaksi dengan air ( hidolisis )
3.
perubahan indiator amilum
yang terlalu awal.
4.
Waktu reaksi anaklat dengan
KI yang berjalan lambat, menyebabakan kemungkinan iod menguap.
·
Yodimetri dengan I2 sebagai
titran
Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat sehingga banyak zat-zat
yang merupakan reduktor yang cukupk uat dapat dititrasi ,indicator ialah amilum
dengan perubahan tak berwarna menjadi biru.
Ketidakstabilan
iod disebabkan oleh :
1.
Penguapan iod
2.
Reaksi iod dengan karet, gabus, dan bahan organic
lain yang mungkin masuk dalam larutan lewat debu dan asap.
3.
Oksidasi oleh udara pada pH
rendah ; oksodasi ini dipercepat oleh cahaya dan panas.
·
Titrasi dengan oksidator
kuat sbagai titran.
1.
KMnO4 (permanganometri)
2.
K2Cr2O7
(kalium dikromat)
3.
Cerium tetravalent

Salah satu aplikasi titrasi redoks khususnya iodometri dengan I2 sebagai
titran adalah untuk menentukan bilangan
iod lemak dan miyak.Karena kemampampuan mengoksidasi yang tidak besar, tidak
banyak zat yang dapat dititrasi berdasarkan iodometri langsung. Pengunaan ini
memeanfaatkan kesangupan ikatan rangkap zat organic untuk mengadisi iod.
Penentuan kadar vitamin C (asam arkobat) pun dapat dialakukan dengan titrasi
ini.
Aplikasi lain dadi titrasi redoks ini adalah penentuan kadar air
cara Karl Fischer. Pereaksinya tediri
dari iod, belerang dioksida, piridin dan methanol. Iod dan belerang dioksida
membentuk kompleks dengan piridin, dan bila terdapat air, maka kedua kompleks
ini dengan kelebihan piridin beraksi dengan air.
4. Titrasi
Kompleksometri
Titrasi
kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara
kation dengan zat pembentuk kompleks. Titrasi kompleksometri juga dikenal
sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun
pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk
hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut
kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi.
Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini
pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Titrasi
kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi
kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum di indonesia EDTA.
EDTA adalah pereaksi luar biasa:
a.
Dapat membentuk kelat dengan semua kation
b.
Kelat-kelat tersebut cukup stabil membrntuk dasar pada
metode titrimetri.kestebialn yang besar disebabkan karena kompleks yang
terbentuk berupa molekul dengan struktur melingkar dalam kation yang
dikelilingi dan diisolasi dari molekul pelarut.
Ø Perhitungan
kesetimbangan yang melibatkan EDTA
Kurva
titrasi untuk reaksi antara Kation Mn+ dengan EDTA menampilkan
hubungan antar pM vs Titran. Nilai pM secara cepat dapat dihitung pada tahap
awal titrasi denga asumsi bahawa konsentrasi pada saat kesetimbangan ion Mn+
sama dengan konsentrasi analitiknya yang diperoleh dari data stokiometri.
Perhitungan
konsentasi Mn+ pada dan setalah titik ekuivalen memerlukan persamaan
kesetimbangan. Perhitungan pada daerah ini sulit dan butuh waktu jika PH tidak
diketahui dan bervariasi tergantung pada nilsi pHnya. Beruntung sekali karena
titrasi EDTA selalu dilakukan pada pada larutan yang dipertahankan pHnya untuk
mencegah gangguan kation lain menjamin tetap berfungsinya indicator.
Ø Indicator
untuk titrasi dengan EDTA
Relley dan
Bernard telah mendaftarkan hamper 200 senyawa organic yang dapat digunakan
sebagai ion logam dan EDTA (sering disebut sebagai indicator metaokromatik)
Beberapa
contoh antara lain :
a.
Hitam eriokrom
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan
pH larutan. Pada pH 8 -10 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna
merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik
akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indikator
ini dilakukan pada pH 10.
b.
Jingga xilenol
Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana
asam dan merah dalam suasana alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna
merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam suasana asam.
c.
Biru Hidroksi Naftol
Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung
pada daerah pH 12 –13 dan menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.
Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang dengan cepat membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali. Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari donor elektron membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks. Zat yang membentuk senyawa kompleks disebut ligan. Ligan merupakan donor pasangan elektron logam merupakan akseptor pasangan electron
Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang dengan cepat membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali. Ion logam dapat menerima pasangan elektron dari donor elektron membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks. Zat yang membentuk senyawa kompleks disebut ligan. Ligan merupakan donor pasangan elektron logam merupakan akseptor pasangan electron
d.
Terio T (EBT) adalah contoh indiator metalokromatik
yang biasa digunakan pada
titrasi beberapa kation umum. Seyaw ini mengandung
gugus sulfonat yang terdisiosisasi dalam air dan 2 gugus fenol yang
terdisosiasi sebagian.
Jenis-jenis titrasi EDTA,
yaitu :
1.
Titrasi langsung
2.
Titrasi balik
3.
Titrasi penggantian atautitrasi substitusi
4.
Titrasi alkalimetri
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
analisis volumetric tebagi atas beberapa
macam yaitu sebagai berikut :
Titrasi asam basa adalah titrasi yang melibatkan
reaksi neutralisasi dimana asam akan bereaksi dengan basa dalam jumlah yang
ekuivalen. Titran yang dipakai dalam titrasi asam basa selalu asam kuat atau
basa kuat. Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan membuat kurva
titrasi yaitu plot antara pH larutan sebagai fungsi dari volume titran yang
ditambahkan.
titrasi pengendapan merupakan suatu proses titrasi yang dapat mengakibatkan
terbentuknya endapan dari zat-zat yang saling bereaksi (analit dan titran ).
Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor
atau oksidator berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana redoktur
akan teroksidasi dan oksidator akan tereduksi.
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa
kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Titrasi kompleksometri
juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks
ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan agar
penulisan makalah selanjutnya bias lebih baik lagi.