BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darah merupakan suatu cairan yang sangat
penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki
banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup
seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan
kematian.
Darah pada tubuh manusia mengandung 55%
plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah
yang ada pada tubuh kita yaitu sekitar sepertigabelas berat tubuh orang dewasa
atau sekitar 4 atau 5 liter. Jenis sel darah manusia terdiri dari sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit (keping darah).
Sel darah putih (leukosit) merupakan
unit yang aktif dari system pertahanan tubuh. Leukosit berfungsi menyediakan
pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap agen infeksi yang ada. Terdapat
beberapa jenis leukosit, yaitu netrofil, eosinofil, basofil, monosit, limfosit
dan megakarosit. Pada orang dewasa terdapat kira-kira 7000 sel darah putih per
millimeter kubik.
Peran sel darah putih (leukosit) yang
begitu penting, sehingga seorang manusia perlu dilakukan pengecekan kadar sel
darah putih (leukosit). Oleh karena itu dilakukannya praktikum patologi klinis
ini dimana dilakukan pula praktikum perhitungan kadar leukosit
dalam tubuh manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
Pengertian leukosti ?
2. Bagaimana
histology leukosit dan pembentukan leukosit ?
3. Apa
Jenis – jenis leukosit ?
4. Apa
Pengertian monosit ?
5. Bagaimana
Kelainan monosit ?
6. Apa
Fungsi monosit ?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian leukosit.
2. Untuk
mengetahui histology dari leukosit.
3. Untuk
mengetahui pembentukan leukosit.
4. Untuk
mengetahui jenis – jenis leukosit.
5. Untuk
mengetahui pengertian monosit.
6. Untuk
mengetahui kelainan monosit.
7. Untuk
mengetahui fungsi monosit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Leukosit
Sel darah putih, leukosit (white blood cell, WBC,
leukocyte) adalah sel yang
membentuk komponen darah. Sel darah
putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai
bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna,
memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding
kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109
hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat -
sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam kasus leukemia, jumlahnya
dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes.
2.2 Histologi Leukosit
Leukosit adalah sel darah yang
mengendung inti, disebut juga sel darah putih. Di dalam darah manusia, normal
didapati jumlah leukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari
12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop
cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam
keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai
bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya
homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis
leukosit agranuler : linfosit sel kecil, sitoplasma sedikit; monosit sel agak
besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir
granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (atau eosinofil) yang dapat
dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan asam.
Granula dianggap spesifik bila ia secara
tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor
(pra zatnya). Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap zat-zat asingan. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid
dan melalui proses diapedesis lekosit dapat meninggalkan kapiler dengan
menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung.
Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000,
waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada
usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah
putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun
persentase khas dewasa tercapai.
2.3 Pembentukan Leukosit
Pembentukan sel darah putih dimulai dari
diferensiasi dini dari sel stem hemopoietik pluripoten menjadi berbagai tipe
sel stem committed. Selain sel-sel committed tersebut, untuk membentuk
eritrosit dan membentuk leukosit. Dalam pembentukan leukosit terdapat dua tipe
yaitu mielositik dan limfositik. Pembentukan leukosit tipe mielositik dimulai
dengan sel muda yang berupa mieloblas sedangkan pembentukan leukosit tipe
limfositik dimulai dengan sel muda yang berupa limfoblas.
Leukosit yang dibentuk di dalam sumsum
tulang, terutama granulosit, disimpan dalam sumsum sampai sel-sel tersebut
diperlukan dalam sirkulasi. Kemudian, bila kebutuhannya meningkat, beberapa
faktor seperti sitokin-sitokin akan dilepaskan. Dalam keadaan normal,
granulosit yang bersirkulasi dalam seluruh darah kira-kira tiga kali jumlah
yang disimpan dalam sumsum. Jumlah ini sesuai dengan persediaan granulosit
selama enam hari. Sedangkan limfosit sebagian besar akan disimpan dalam
berbagai area limfoid kecuali pada sedikit limfosit yang secara temporer
diangkut dalam darah.
Masa hidup granulosit setelah dilepaskan
dari sumsum tulang normalnya 4-8 jam dalam sirkulasi darah, dan 4-5 jam
berikutnya dalam jaringan. Pada keadaan infeksi jaringan yang berat, masa hidup
keseluruhan sering kali berkurang. Hal ini dikarenakan granulosit dengan cepat
menuju jaringan yang terinfeksi,
melakukan fungsinya, dan masuk dalam proses dimana sel-sel itu sendiri harus
dimusnahkan. Monosit memiliki masa edar yang singkat, yaitu 10-20 jam, berada
di dalam darah sebelum berada dalam jaringan. Begitu masuk ke dalam jaringan,
sel-sel ini membengkak sampai ukurannya yang sangat besar untuk menjadi
makrofag jaringan. Dalam bentuk ini, sel-sel tersebut dapat hidup hingga
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Makrofag jaringan ini akan menjadi
dasar bagi sistem makrofag jaringan yang merupakan system pertahanan lanjutan
dalam jaringan untuk melawan infeksi.
Limfosit terus menerus memasuki sistem
sirkulasi bersama dengan pengaliran limfe dari nodus limfe dan jaringan limfe
lain. Kemudian, setelah beberapa jam, limfosit berjalan kembali ke jaringan
dengan cara diapedesis dan selanjutnya kembali memasuki limfe dan kembali ke
jaringan limfoid atau ke darah lagi demikian seterusnya. Limfosit memiliki masa
hidup berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun, tetapi hal
ini tergantung pada kebutuhan tubuh akan sel-sel tersebut.
2.4 Jenis – Jenis Leukosit
Dilihat
dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih dapat dibedakan yaitu :


v Tabel Jenis-Jenis Sel Darah Putih
Tipe
|
Gambar
|
Diagram
|
% dalam
tubuh manusia
|
Keterangan
|
65%
|
Neutrofil
berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta
proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga yang memberikan
tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri; aktivitas dan matinya neutrofil
dalam jumlah yang banyak menyebabkan adanya nanah.
|
|||
4%
|
Eosinofil
terutama berhubungan dengan infeksi parasit, dengan
demikian meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya parasit.
|
|||
<1%
|
Basofil
terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan
jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
|
|||
25%
|
Limfosit lebih
umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis limfosit:
![]() ![]() ![]() |
|||
6%
|
Monosit membagi
fungsi "pembersih vakum" (fagositosis) dari
neutrofil, tetapi lebih jauh dia hidup dengan tugas tambahan: memberikan
potongan patogen kepada
sel T sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh, atau dapat membuat
tanggapan antibodi untuk menjaga.
|
|||
(lihat di
atas)
|
Monosit
dikenal juga sebagai makrofag setelah dia meninggalkan aliran darah serta masuk
ke dalam jaringan.
|
2.5 Pengertian Monosit
Monosit merupakan sel leukosit yang
besar 3-8% dari jumlah leukosit normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan
darah kering diameter mencapai 20um, atau lebih. Inti biasanya eksentris,
adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda. Kromatin kurang padat, susunan
lebih fibriler, ini merupakan sifat tetap monosit. Sitoplasma relatif banyak
dengan pulasan wrigh berupa bim abu-abu pada sajian kering. Granula azurofil,
merupakan lisosom primer, lebih banyak tapi lebih kecil. Ditemui retikulim
endoplasma sedikit. Juga ribosom, pliribosom sedikit, banyak mitokondria. Aparatus Golgi berkembang dengan
baik, ditemukan mikrofilamen dan
mikrotubulus pada daerah identasi inti. Monosit ditemui dalam darah,
jaingan penyambung, dan rongga-rongga tubuh.
Monosit tergolong fagositik mononuclear
(system retikuloendotel) dan mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan
membrannya. Untuk imunoglobulin dan komplemen. Monosit beredar melalui aliran
darah, menembus dinding kapiler masuk kedalam jaringan penyambung daIam darah beberapa
hari. Dalam jaringan bereaksi dengan limfosit dan memegang peranan penting
dalam pengenalan dan interaksi sel-sel
immunocmpetent dengan antigen.
v Gambar
monosit
Monosit termasuk dalam sel darah putih yang
terbesar pada darah normal dengan nukleus (inti) yang bentuknya bulat, oval
atau mempunyai lekukan kecil.

2.6 Kelainan Monosit
Jumlah monosit
meningkat dijumpai pada infeksi kronik dan inflamasi seperti tuberculosis,
chrohn`s disease, leukemia mieloid kronik, leukemia akut. Pada leukemia mielomonositik kronik, maturasi monosit
meningkat sampai 100 kali.
Monositosis adalah suatu keadaan dimana
jumlah monosit lebih dari 750/µl pada anak dan lebih dari 800/µl darah pada
orang dewasa. Monositosis dijumpai pada beberapa penyakit infeksi baik oleh
bakteri, virus, protozoa maupun jamur. Penurunan monosit terdapat pada leukemia
limposit dan anemia aplastik.
2.7 Fungsi Monosit
Permukaan monosit yang tidak mulus
karena memiliki protein spesifik di atasnya yang memungkinkan untuk mengikat
bakteri atau sel virus. Fungsi monosit adalah untuk bergerak menuju sel patogen
tertentu dan akhirnya mengikuti ketika itu cukup dekat. Menempelkan untuk
patogen merangsang produksi pseudopodium. Hal ini terjadi karena monosit
menekuk menjadi bentuk C sekitar patogen, dan ujung pertemuan C, sehingga
patogen tersebut ditelan. Patogen tersebut kemudian terjebak dalam dalam
fagosom monosit tersebut. Melanda sel-sel patogen atau mati atau rusak hanya
salah satu bagian dari fungsi monosit. Setelah sel atau puing-puing telah
ditelan, mereka dipecah dalam fagosom.
Lisosom adalah jenis organel seluler
yang ditemukan dalam monosit. Ketika fagosom terbentuk, lisosom menempel dan
melepaskan enzim pencernaan, yang disebut enzim litik, ke fagosom. Enzim ini
memecah sel dalam fagosom, dan produk yang tetap diserap oleh monosit.
Peradangan terjadi di lokasi di mana
infeksi terjadi fagositosis. Fungsi monosit dan sel-sel lain dari sistem
kekebalan tubuh menyebabkan tanda-tanda dan gejala yang berhubungan dengan
peradangan. Misalnya, panas dan pembengkakan yang disebabkan oleh aktivitas
sel-sel ini. Selain itu, nanah terbentuk dari bakteri mati dan fagosit,
termasuk monosit, yang terlibat dalam memerangi infeksi.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sel darah putih, leukosit (white blood cell, WBC,
leukocyte) adalah sel yang
membentuk komponen darah. Sel darah
putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai
bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Monosit merupakan sel leukosit yang
besar 3-8% dari jumlah leukosit normal, diameter 9-10 um tapi pada sediaan
darah kering diameter mencapai 20um, atau lebih. Inti biasanya eksentris,
adanya lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda.
Monositosis adalah suatu keadaan dimana
jumlah monosit lebih dari 750/µl pada anak dan lebih dari 800/µl darah pada
orang dewasa. Monositosis dijumpai pada beberapa penyakit infeksi baik oleh
bakteri, virus, protozoa maupun jamur. Penurunan monosit terdapat pada leukemia
limposit dan anemia aplastik.
3.2
Saran
penulis menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan makalah
selanjutnya dapat lebih baik lagi. Demikian penulis mngucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton,
Arthur C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Syaifuddin
B. Ac. 1992. Anatomi Fisiologi untuk siswa perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gandosoebrata,R.2010.Penuntun
Laboratorium Klinik edisi keenambelas.Jakarta: Dian Rakyat.
Hoffbrand,A.V.2012.Kapita
Selekta Hematologi edisi keempat.Jakarta: EGC
Bakri,Samsyul,dkk.1989.Hematologi.Jakarta:Pesat
Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen
Kesehatan RI.