BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kotoran manusia adalah semua benda atau
zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh.
Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces),
air seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan.Saat ini akses
masyarakat terhadap sarana sanitasi khususnya jamban, masih jauh dari harapan.
Berbagai kampanye dan program telah banyak dilakukan, terakhir dengan
pemberlakuan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Berbagai upaya
tersebut sebetulnya bermuara pada terpenuhinya akses sanitasi masyarakat,
khususnya jamban. Namun akses tersebut selain berbicara kuantitas yang terpenting
adalah kualitas. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, seorang yang normal
diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari 970 gram dan menghasilkan air
seni 970 gram. Jadi bila penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta maka
setiap hari tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram (194.000 ton).
Maka bila pengelolaan tinja tidak baik,
jelas penyakit akan mudah tersebar. Dengan bertambahnya penduduk yang tidak
sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia
meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran
manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi.Kurangnya
perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan
penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui tinja. Karena kotoran manusia (faeces) adalah sumber
penyebaran penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada
faeces dapat melalui berbagaimacam jalan atau cara.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian
Feses
2. Bau
Feses
3. Dekomposisi
feses
4. Macam
– macam warna feses
5. Akibat
dari buruknya pembuangan tinja
6. Pemeriksaan
feses
1.3 Tujuan
1. Agar
dapat mengetahui pengertian dari feses
2. Untuk
mengetahui Bau dari feses
3. Untuk
mengetahui bagaimana dekomposisi feses
4. Untuk
mengetahui penyebab perbedaan warna feses
5. Agar
dapat mengetahui akibat dari buruknya penanganan buangan feses
6. Untuk
mengetahui pemeriksaan feses
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Feses
Tinja merupakan semua benda atau zat
yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh.
Tinja (faeces) merupakansalah satu sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya
mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces). Seperti halnya sampah, tinja
juga mengundang kedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap di
atas tinja (faeces) yang mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-kumanitu
lewat makanan yang dihinggapinya, dan manusia lalu memakan makanantersebut sehingga
berakibat sakit. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan akibat tinja manusia
antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi,
tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya.
Pengerasan tinja atau feses dapat
menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya frekuensi buang air besar antara
pengeluarannya atau pembuangannya disebut dengan konstipasi atau
sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses terganggu,
menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi buang air besar disebut
dengan diare atau
mencret.
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air
dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri
apatogen, asam lemak, urobilin, debris,
celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari.
Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.
2.2 Bau Feses
Bau khas dari tinja atau feses
disebabkan oleh aktivitas bakteri.
Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole,
dan thiol (senyawa
yang mengandung belerang),
dan juga gas hidrogen sulfida.
Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas feses atau tinja.
Di pasaran juga terdapat beberapa produk komersial yang dapat mengurangi bau
feses atau tinja.
2.3 Dekomposisi Tinja
Tinja dimana saja berada atau ditampung
akan segera mulai mengalami penguraian (decompotition), yang pada akhirnya akan
berubah menjadi bahan yang stabil, tidak berbau, dan tidak mengganggu.
Aktifitas utama dalam proses dekomposisi adalah :
Ø Pemecahan
senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea,
menjadi bahan yang lebih sederhana dan lebih stabil;
Ø Pengurangan volume
dan massa (kadang - kadang sampai 80%) dari bahan
yang mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbondioksida, amoniak,
dan nitrogen yang dilepaskan ke atmosfer; Bahan - bahan yang terlarut yang
dalam keadaan tertentu meresap kedalam tanah di bawahnya.
Ø Penghancuran organisme
pathogen yang dalam beberapa hal tidak mampu hidup dalam proses
dekomposisi, atau diserang oleh banyak jasad renik didalam massa
yang tengah mengalami dekomposisi. Bakteri memegang peranan penting dalam
dekomposisi. Aktifitas bakteri dapat berlangsung dalam suasana aerobik,
yakni dalam keadaan terdapat udara, atau anaerobic dalam keadaan tidak
terdapat oksigen.
Proses
dekomposisi berlangsung pada semua bahan organic mati yang berasal
dari tumbuhan atau hewan, terutama pada komponen nitrat, sulfat,atau karbonat
yang dikandungnya. Pada kotoran manusia yang merupakan campuran tinja dan air
seni yang relative kaya akan senyawa nitrat, proses dekomposisi terjadi melalui
siklus nitrogen. Pada siklus ini, pertama - tama, senyawa dipecahkan menjadi
amonia dan bahan sederhana lainnya. Kemudian, diubah oleh bakteri nitrit
(nitrifying bacteria) menjadi nitrit dan nitrat. Bau merangsang yang timbul
selama dekomposisi air seni disebabkan oleh amonia yang terlepas sebelum
berubah menjadi bentuk yang lebih stabil. Dekomposisi dapat berlangsung sangat
cepat, dari beberapa hari pada dekomposisi mekanis yang sangat terkendali
sampai dengan beberapa bulan, bahkan hamper satu tahun pada kondisi rata -
rata lubang jamban. Pada umunya, kondisi yang terjadi pada dekomposisi tinja
tidak menguntungkan bagi kehidupan organisme pathogen. Bukan hanya karena temperatur
dan kandungan airnya yang menghambat pertumbuhan organisme pathogen itu,
melainkan kompetisi antara flora bakteri dan protozoa, yang bersifat
predator dan merusak.
Hasil akhir proses dekomposisi mengandung nutrient
tanah yang bermanfaat dan dapat memberikan keuntungan bila digunakan
sebagia pupuk penyubur tanaman (fertilizer). Kadang - kadang petani
mengeluh karena sedikitnya kandungan nitrogen pada tinja yang telah memngalami
dekomposisi. Tinja segar memang mengandung lebih banyak bahan nitrogen, namun
bahan itu tidak dapat digunakan oleh tanaman pada susunannya yang asli. Tanaman
hanya dapat menggunaan nitrogen sebagian amonia, nitrit, atau nitrat yang mana
dihasilkan selama dekomposisi tahap lanjutan. Bila tinja segar dihamparkan
diatas tanah, kebanyakan nitrogen akan berubah menjadi bahan padat yang
menguap ke udara sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
2.3 Macam – Macam Warna Feses
Feses umumnya berwarna Kuning di
karenakan Bilirubin (sel darah merah yang mati, yang juga merupakan zat pemberi
warna pada feses dan urin). Bilirubin
adalah pigmen kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam
hati (liver). Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses.
Fungsinya untuk memberikan warna kuning kecoklatan pada feses. Selain itu warna
dari feses ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi medis, makanan serta minuman
yang dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna feses berubah sesuai dengan
makanan yang dikonsumsi.
Warna Kuning Kecoklatan
Feses
berwarna Kuning adalah normal. Karena Feses manusia pada umumnya adalah warna
ini. Warna keCoklatan ato keKuningan ini disebabkan karena feses mengandung
suatu zat berwarna orange-kuning yg disebut Bilirubin. Nah, ketika Bilirubin
ini bergabung dgn zat besi dari usus maka akan dihasilkan perpaduan warna
cokelat kekuning - kuningan.
Warna Hitam Feses
berwarna
Hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah atas,
kerongkongan, lambung ato jg bagian hulu usus halus. Zat Lain yg memberi
warna Hitam ke feses kita bisa juga dari zat-zat makanan berwarna
Hitam(Licorice), timbal, pil yg mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry.
Bisa juga karena mengkonsumsi herb (sejenis tumbuhan yang dikenal dengan akar
manis).
Warna Hijau
Feses
warna Hijau didapat dari Klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi.
Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman
atau es bisa menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan
oleh makanan yang terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui
proses pencernaan dengan sempurna. Feses Hijau jg bisa terjadi pada diare,
yakni ketika bahan pembantu pencernaan yg diproduksi hati dan disimpan dalam
empedu usus tanpa pengolahan atau perubahan. Ada kejadian khusus pada bayi
dimana jika feses berwarna hijau dianggap feses normal, khususnya ketika bayi
itu baru aja dilahirkan.
Warna Merah
Seperti
layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh
kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir
dan radang usus besar adalah yang menjadi penyebab utama Feses menjadi berwarna
merah. Feses merah akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan
dengan pewarna merah termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung
gelatin. Mengkonsumsi tomat juga bisa membuat feses jadi merah.
Warna Abu-abu / Pucat
Sama dalam dunia
manusia, wajah pucat menandakan orang yang sakit bukan ? Kali ini feses pucat
pun menandakan si empunya Feses sedang dilanda sakit. Biasanya sang empunya
sedang mengalami penyakit Liver, pankreas, atau empedu, maka pantat dari sang
empu akan berwarna abu-abu atau pucat.
2.4 Akibat Buruknya Pembuangan
Feses
Berikut
ini adalah permasalahan yang mungkin ditimbulkan akibat buruknya penanganan
buangan tinja :
Mikroba
Tinja
manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri koli-tinja. Sebagian
diantaranya tergolong sebagai mikroba patogen, seperti bakteri Salmonela
typhi penyebab demam tifus, bakteriVibrio cholerae penyebab kolera,
virus penyebab hepatitis A, dan virus penyebab polio. Tingkat penyakit akibat
kondisi sanitasi yang buruk di Indonesia sangat tinggi. BAPPENAS menyebutkan,
tifus mencapai 800 kasus per 100.000 penduduk. Sedangkan polio masih dijumpai,
walaupun dinegara lain sudah sangat jarang.
Materi Organik
Kotoran
manusia (tinja) merupakan sisi dan ampas makanan yang tidak tercerna. Ia dapat
berbentuk karbohidrat, dapat pula protein, enzim, lemak, mikroba dan sel-sel
mati. Satu liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200-300 mg
BODS (kandungan bahan organik).
Sekitar
75 persen sungai di Jawa, Sumatra, Bali dan Sulawesi tercemar berat oleh materi
organik dari buangan rumah penduduk. Air sungai ciliwung memiliki BODS hampir
40 mg/L (empat kali lipat dari batas maksimum 10 mg/L). Kandungan BOD yang
tinggi itu mengakibatkan air mengeluarkan bau tak sedap dan berwarna kehitaman.
Telur Cacing
Seseorang
yang cacingan akan mengeluarkan tinja yang mengandung telu-telur cacing.
Beragam cacing dapat dijumpai di perut kita. Sebut saja, cacing cambuk, cacing
gelang, cacing tambang, dan keremi. Satu gram tinja berisi ribuan telur cacing
yang siap berkembang biak diperut orang lain. Anak cacingan adalah kejadian
yang biasa di Indonesia. Penyakit ini kebanyakan diakibatkan cacing cambuk dan
cacing gelang. Prevalensinya bisa mencapai 70 persen dari balita.
Nutrien
Umumnya
merupakan senyawa nitrogen (N) dan senyawa fosfor (P) yang dibawa sisa-sisa
protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa amonium,
sedangkan fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia mengandung
amonium sekitar 25 gram dan fosfat seberat 30 mg. Senyawa nutrien memacu
pertumbuhan ganggang (algae). Akibatnya, warna air menjadi hijau. Ganggang
menghabiskan oksigen dalam air sehingga ikan dan hewan lainnya mati.
2.5 Pemeriksaan Feses
Pemeriksaan Feses merupakan cara yang
dilakukan untuk mengambil feces sebagai bahan pemeriksaan , yaitu pemeriksan
lengkap dan pemeriksaan kultur.
Jenis makanan serta gerak peristaltik
mempengaruhi bentuk, jumlah maupun konsistensinya.
1. Indikasi
Pemeriksaan :
Ø Adanya
diare dan konstipasi
Ø Adanya
ikterus
Ø Adanya
gangguan pencernaan
Ø Adanya
lendir dalam tinja
Ø Kecurigaan
penyakit gastrointestinal
Ø Adanya
darah dalam tinja
2. Syarat Pengumpulan Feces :
Ø Tempat harus bersih, kedap, bebas
dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda
simpan pada almari es.
Ø Pasien dilarang menelan Barium,
Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
Ø Diambil dari bagian yang paling
mungkin memberi kelainan.
Ø Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher pemeriksaan
tinja sewaktu
Ø Pasien konstipasi Saline Cathartic
Ø Kasus Oxyuris
Schoth Tape & object glass
Ø Alur pemeriksaan :
Pengumpulan bahan Pemeriksaan,
Pengiriman dan Pengawetan bahan tinja, Pemeriksaan tinja, serta Pelaporan hasil
pemeriksaan.
Jika
akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi
kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian yang
tercampur darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen unsure-unsur patologik
biasanya tidak terdapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis tidak dapat
dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda – (negative),
+, ++ atau +++ saja.
Pemeriksaan
feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas :
o
Pemeriksaan
makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi, warna, darah,
lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera diobati,
yaitu infeksi karena amuba atau bakteri shigella.
o
Pemeriksaan
mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit, eritrosit, epitel,
amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi saluran
cerna terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing menandakan harus
diobatinya pasien dari infeksi parasit tersebut.
o
Pemeriksaan
kimia : untuk mengetahui adanya Darah Samar, Urobilin, Urobilinogen,
Bilirubin dalam feses / tinja.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tinja merupakan semua benda atau
zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh.
Tinja (faeces) merupakansalah satu sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya
mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces).
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air
dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri
apatogen, asam lemak, urobilin, debris,
celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari.
Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan
oleh aktivitas bakteri.
Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole,
dan thiol (senyawa
yang mengandung belerang),
dan juga gas hidrogen sulfida. Feses
umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel darah merah yang mati, yang
juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin).
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bias lebih baik
lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 2004. Masalah
Pencemaran. Bandung. PT. Tarsito.Hindarko,S. 2003. Mengolah
Air Limbah Sungai Tidak Mencemari Orang Lain. Jakarta.
ESHA.Yandang.
2010. Pembuangan Kotoran Manusia.
www.yandang.blogspot.com.Tanggal
Akses 14 Maret 2010.
bagus artikelnya
BalasHapus