BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
merupakan bahan yang karena sifat atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemari atau merusak lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Menurut data dari Environmental
Protection Agency (EPA) tahun 1997, yang menyusun ”top-20” B3 antara lain:
Arsenic, Lead, Mercury, Vinyl chloride, Benzene, Polychlorinated Biphenyls
(PCBs), Kadmium, Benzo(a)pyrene, Benzo(b)fluoranthene, Polycyclic Aromatic
Hydrocarbons, Chloroform, Aroclor 1254, DDT, Aroclor 1260, Trichloroethylene,
Chromium (hexa valent), Dibenz[a,h]anthracene, Dieldrin, Hexachlorobutadiene,
Chlordane. Beberapa diantaranya merupakan logam berat, antara lain Arsenic
(As), Lead (Pb), Mercury (Hg), Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr) (Sudarmaji,
2006). Logam-logam berat tersebut dalam konsentrasi tinggi akan berbahaya bagi
kesehatan manusia bila ditemukan di dalam lingkungan, baik di dalam air, tanah
maupun udara.
Arsen (As) adalah salah satu logam
toksik yang sering diklasifikasikan sebagai logam, Tetapi lebih bersifat
nonlogam. Tidak seperti logam lain yang membentuk kation, Arsen (As) dialam
berbentuk anion, seperti H2AsO4 (Ismunandar, 2004). Arsen
(As) tidak rusak oleh lingkungan, hanya berpindah menuju air atau tanah yang
dibawa oleh debu, hujan, atau awan. Beberapa senyawa Arsen (As) tidak bisa
larut di perairan dan akhirnya akan mengendap di sedimen. Senyawa arsen pada
awalnya digunakan sebagai pestisida dan hibrisida, sebelum senyawa organic
ditemukan, dan sebagai pengawet kayu (Copper Chromated Arsenic (CCA)).
Arsen (As) dialam ditemukan berupa
mineral, antara lain arsenopirit, nikolit, orpiment, enargit, dan lain-lain.
Demi keperluan industry mineral, Arsen (As) dipanaskan terlebih dahulu sehingga
As berkondensasi menjadi bentuk padat. Arsen (As) berasal dari kerak bumi yang
bila dilepaskan ke udara sebagai hasil sampingan dari aktivitas peleburuan
bijih baruan, Arsen (As) dalam tanah berupa bijih, yaitu arsenopirit dan
orpiment, yang pada akhirnya bisa mencemari air tanah. Arsen (As) merupakan
unsur kerak bumi yang berjumah besar, yaitu menempati urutan keduapuluh dari
unsure kerak bumi, sehingga sangat besar kemungkinannya mencemari air tanah dan
air minum. Jutaan manusia bisa terpapar Arsen (As), seperti yang pernah terjadi
di Bangladesh, India, Cina. Semua batuan mengandung Arsen (As) 1-5 ppm.
Kosentrasi yang lebih tinggi ditemukan pada batuan beku dan sedimen. Tanah
hasil pelapukan batuan biasanya mengandung Arsen (As) sebesar 0,1–40 ppm dengan
rata-rata 5-6 ppm.
1.2
Tujuan
2.
Untuk mengetahui kegiatan masyarakat
yang menghasilkan logam berat.
3.
Untuk mengetahui resiko yang
ditimbulkan oleh logam berat.
4.
Untuk mengetahui bagan alir pemajanan
logam berat.
5.
Untuk mengetahui pengendalian terhadap
kegiatan masyarakat yang menghasilkan logam berat.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau
5, dan berwarna metal (steel-grey). Senyawa arsen didalam alam berada
dalam 3 bentuk: Arsen trichlorida (AsCl3) berupa cairan berminyak, Arsen
trioksida (As2O3, arsen putih) berupa kristal putih dan berupa gas arsine
(AsH3). Lewisite, yang sering disebut sebagai gas perang, merupakan salah satu
turunan gas arsine. Pada umumnya arsen tidak berbau, tetapi beberapa senyawanya
dapat mengeluarkan bau bawang putih. Racun arsen pada umumnya mudah larut dalam
air, khususnya dalam air panas .
Arsen merupakan
unsur dari komponen obat sejak dahulu kala. Senyawa arsen trioksida
misalnya pernah digunakan sebagai tonikum, yaitu dengan dosis 3 x 1-2 mg.
Dalam jangka panjang, penggunaan tonikum ini ternyata telah
menyebabkan timbulnya gejala intoksikasi arsen kronis. Arsen juga pernah
digunakan sebagai obat untuk berbagai infeksi parasit, seperti protozoa,
cacing, amoeba, spirocheta dan tripanosoma, tetapi kemudian tidak lagi
digunakan karena ditemukannya obat lain yang lebih aman. Arsen dalam dosis
kecil sampai saat ini juga masih digunakan sebagai obat pada resep
homeopathi .
2.2 Sumber
Pencemaran Oleh Arsen
Keberadaan
arsen di alam (meliputi keberadaan di batuan (tanah) dan sedimen, udara, air
dan biota), produksi arsen di dalam industri, penggunaan dan sumber pencemaran
arsen di lingkungan.
1. Keberadaan arsen di alam
a. Batuan (Tanah) dan Sedimen
Di
batuan atau tanah, arsen (As) terdistribusi sebagai mineral. Kadar As tertinggi
dalam bentuk arsenida dari amalgam tembaga, timah hitam, perak dan bentuk
sulfida dari emas. Mineral lain yang mengandung arsen adalah arsenopyrite
(FeAsS), realgar (As4S4) dan orpiment (As2S3). Secara kasar kandungan arsen di
bumi antara 1,5-2 mglkg (NAS, 1977). Bentuk oksida arsen banyak ditemukan pada
deposit/sedimen dan akan stabil bila berada di lingkungan.
Tanah
yang tidak terkontaminasi arsen ditemukan mengandung kadar As antara 0,240
mg/kg, sedang yang terkontaminasi mengandung kadar As rata-rata lebih dari 550
mg/kg.
Secara
alami kandungan arsen dalam sedimen biasanya di bawah 10 mg/kg berat kering.
Sedimen bagian bawah dapat terjadi karena kontaminasi yang berasal dari sumber
buatan kering ditemukan pada sedimen bagian bawah yang dekat dengan buangan
pelelehan tembaga.
b. Udara
Zat
padat di udara (total suspended particulate = TSP) mengandung senyawa arsen
dalam bentuk anorganik dan organik (Johnson & Braman, 1975). Crecelius
(1974) menunjukkan bahwa hanya 35% arsen anorganik terlarut dalam air hujan. Di
lokasi tercemar, kadar As di udara ambien kurang dari satu gram per meter kubik
(Peirson, et al 1974; Johnson & Braman, 1975).
c. Air
Beberapa
tempat di bumi mengandung arsen yang cukup tinggi sehingga dapat merembes ke
air tanah. Kebanyakan wilayah dengan kandungan arsen tertinggi adalah daerah
aluvial yang merupakan endapan lumpur sungai dan tanah dengan kaya bahan
organik. Arsenik dalam air tanah bersifat alami dan dilepaskan dari sedimen ke
dalam air tanah karena tidak adanya oksigen pada lapisan di bawah permukaan
tanah.
Arsen
terlarut dalam air dalam bentuk organik dan anorganik (Braman, 1973; Crecelius,
1974). Jenis arsen bentuk organik adalah methylarsenic acid dan methylarsenic
acid, sedang anorganik dalam bentuk arsenit dan arsenat. Arsen dapat ditemukan
pada air permukaan, air sungai, air danau, air sumur dalam, air mengalir, serta
pada air di lokasi di mana terdapat aktivitas panas bumi (geothermal).
d. Biota
Penyerapan
ion arsenat dalam tanah oleh komponen besi dan aluminium, sebagian besar
merupakan kebalikan dari penyerapan arsen pada tanaman (WaIlsh, 1977).
Kandungan arsen dalam tanaman yang tumbuh pada tanah yang tidak tercemari
pestisida bervariasi antara 0,01-5 mg/kg berat kering (NAS, 1977). Tanaman yang
tumbuh pada tanah yang terkontaminasi arsen selayaknya mengandung kadar arsen tinggi,
khususnya di bagian akar. Beberapa rerumputan yang mengandung kadar arsen
tinggi merupakan petunjuk/indikator kandungan arsen dalam tanah (Porter &
Peterson, 1975). Selain itu, ganggang laut dan rumput laut juga umumnya
mengandung sejumlah kecil arsen.
2. Produksi dalam Industri
Berdasarkan
data yang digunakan dari Biro Pertambangan Amerika Serikat (Nelson, 1977), dapat
diperkirakan bahwa total produksi senyawa arsen di dunia mulai tahun 1975
sekitar 600.000 ton. Negara-negara produser utama adalah: China, Peru, Swedia,
USA dan USSR. Negara-negara tersebut mampu mencukupi sampai 90% produk dunia.
Arsen trivalen adalah basis utama industri kimia arsen dan merupakan produk
samping dalam pelelehan bijih tembaga dan timah hitam.
3. Penggunaan Senyawa Arsen
Arsen
banyak digunakan dalam berbagai bidang, yaitu salah satunya dalam bidang
pertanian. Di dalam pertanian, senyawa timah arsenat, tembaga acetoarsenit,
natrium arsenit, kalsium arsenat dan senyawa arsen organik digunakan sebagai
pestisida.
Sebagian
tembakau yang tumbuh di Amerika Serikat, perlu diberi pestisida yang mengandung
arsen untuk mengendalikan serangga yang menjadi hama tanaman tersebut selama
masa pertumbuhannya. Tembakau ini akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan
rokok.
2.3 Toksisitas
dan Mekanisme Terjadinya
a.
Toksisitas
Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk
organik tampaknya memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik
anorganik.. Penelitian telah menunjukkan bahwa arsenites (trivalen bentuk) memiliki
toksisitas akut yang lebih tinggi daripada arsenates (pentavalent bentuk).
Minimal dosis akut arsenik yang mematikan pada orang dewasa diperkirakan 70-200
mg atau 1 mg/kg/hari. Sebagian besar melaporkan keracunan arsenik tidak
disebabkan oleh unsur arsenik, tapi oleh salah satu senyawa arsen, terutama
arsenik trioksida, yang sekitar 500 kali lebih beracun daripada arsenikum
murni.
Gejalanya antara lain: sakit di daerah perut, produksi air
liur berlebihan, muntah, rasa haus dan kekakuan di tenggorokan, suara serak dan
kesulitan berbicara, masalah muntah (kehijauan atau kekuningan, kadang-kadang
bernoda darah), diare, tenesmus, sakit pada organ kemih, kejang-kejang dan
kram, keringat basah, lividity dari ekstremitas, wajah pucat, mata merah dan
berair. Gejala keracunan arsenik ringan mulai dengan sakit kepala dan dapat
berkembang menjadi ringan dan biasanya, jika tidak diobati, akan mengakibatkan
kematian.
b. Mekanisme Terjadinya Toksisitas
Mekanisme Masuknya Arsen dalam tubuh
manusia umumnya melalui oral, dari makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara
cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke peredaran darah.
Arsen adalah racun yang bekerja
dalam sel secara umum.Hal tersebut terjadi apabila arsen terikat dengan gugus
sulfhidril (-SH), terutama yang berada dalam enzim.Salah satu system enzim
tersebut ialah kompleks.piruvat dehidrogenase yang berfungsi untuk oksidasi
dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO2 sebelummasuk dalam
siklus TOA (tricarbocyclic acid). Dimana enzim tersebut terdiri dari beberapa
enzim dan kofaktor.Reaksi tersebut melibatkan transasetilasi yang mengikat
koenzim A(CoA-SH) untuk membentuk asetil CoA dan dihidrolipoil-enzim, yang
mengandung dua gugus sulfhidril.Kelompok sulfhidril sangat berperan mengikat
arsen trivial yang membentuk kelat.kelat dari dihidrofil-arsenat dapat
menghambat reoksidasi dari kelompok akibatnya bila arsen terikat dengan system
enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam darah.
Arsenat juga memisahkan oksigen dan
fosfolirasi pada fase kedua dari glikolosis dengan jalan berkompetisi dengan
fosfat dalama reaksi gliseraldehid dehidrogenase. Dengan adanya pengikatan
arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat, akibatnya tidak terjadi proses enzimatik
hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak memproduksi ATP.Selama Arsen
bergabung dengan gugus –SH, maupun gugus –SH yang terdapat dalam enzim, maka
akan banyak ikatan As dalam hati yang terikat sebagai enzim metabolic. Karena
adanya protein yang juga mengandung gugus –SH terikat dengan As, maka hal inilah
yang meneyebbkan As juga ditemukan dalam rambut, kuku dan tulang.Karena eratnya
As bergabung dengan gugus –SH, maka arsen masih dapat terdeteksi dalam rambut
dan tulang bebrapa tahun kemudian.
2.4 Gejala
Toksisitas Arsen
1. Toksisitas Akut
Toksisitas akut arsen biasanya memperlihatkan gejala sakit
perut, gejala tersebut disebabkan oleh adanya vasodilatasi (pelebaran pembuluh
darah) yang akan mengakibatkan terbentuknya vesikel (lepuh) pada lapisan
submukose lambung dan usus. Gangguan tersebut mengakibatkan rasa mual, muntah,
diare (kadang bercampur darah) dan sakit perut yang sangat. Bau napas seperti
bawang putih, diare profus menyebabkan banyak cairan tubuh keluar sehingga
menyebabkan gejala hipontesi. Terjadinya diare profus menyebabakan banyak
larutan protein terbuang keluar tubuh,sehingga mengakibatkan usus ridak
berfungsi normal (enteropati). Arsen juga dapat menyebabkan peningkatan
aktivitas mitotik pada sel hati. Gas arsenik dapat mengakibatkan hemolisis
dalam waktu 3-4 jam dan mengakibatkan nekrosis tubulus ginjal akut sehingga
terjadi kegagalan ginjal.
Tanda-tanda toksisitas As yang akut juga terlihat jelas
ialah dengan ditemukannya gejala rambut rontok kebotakan (alopesia) , tidak
berfungsinya saraf tepi yang ditandai dengan kelumpukan anggota gerak bagian
bawah,kaki lemas,persendian tangan lumpuh, dan daya reflex menurun
2. Toksisitas kronis
Terjadinya toksisitas kronis biasanya melibatkan sejumlah
populasi penduduk yang tinggal dalam suatu kawasan pencemarn
lingkungan oleh arsen dari limbah industri pestisida, pabrik kertas, bubur pulp
dan sebagainya. Epidemiologi penyakit toksisitas arsen kronis terjadi pada
sebuah populasi penduduk di Bangladesh yang mengonsumsi air tanah yang
mengandung arsen.
Konsentrasi arsen dalam air tanah pada daerah tersebut dapat
mencapai 10 sampai 1820 mg/l. Gejala akan timbul dalm waktu 2 sampai 8 minggu
sejak penderita mulai mengonsumsi air yang terkontaminasi tersebut. Gejala yang
jelas terlihat adalah adanya kelainan pada kulit dan kuku, terciri dengan adanya
hyperkeratosis, hiperpigmentasi, dermatitis dengan terkelupasnya kulit
dan adanya warna putih pada persambungan kulit dan kuku.
Toksisitas As kronik juga dapat meningkatkan penyebab risiko
terjadinya kanker pada kulit, paru-paru, hati (liver-angiosarkoma), kantung
kencing, ginjal, dan kolon. Beberapa kelompok peneliti menyatakan bahwa
keracunan kronis A dapat menyebabkan hepatotoksik hidroarsenicisme (karena
mengonsumsi air minum yang terkontaminasi As), hal tersebut terjadi setelah
1-15 tahun sejak mengonsumsi air tersebut. Hepatomegali (pembesaran hati)
terjadi pada 76,7% dari 248 pasien yang dirawat karena kasus toksisitas kronis
As ini.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gejala kerusakan
hati ditandai dengan kolestasis, hiperbilirubinemia dan peningkatan aktivitas
enzim alkaline fosfatase yang disertai dengan tingginya konsentrasi arsenik
dalam urine. Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut.Saraf
kaki akanlebih parah dari pada saraf tangan , menyebabkan kulumpuhan pada saraf
motorik dan sensorik.Terlihat kecenderungan terjadinya ulcer (borok) dalam
saluran pencernaan, hepatitis kronis, dan sirosis.
Pada pemeriksaan darah tepi terlihat adanya pansitopeni (sel
darah berkurang),terutama neutropeni (sel darah putih menurun).produksi sel
darah merah berhenti dan adanya gambaran basophilic stippling.Anemia yang ada
hubungannya dengan defisiensi asam folat juga terlihat.
Pada penelitian epidemiologi, nyata hubungan antara
toksisitas kronis dari arsen trivial dan arsen pentavalen dengan ditemukannya
kasus kanker paru,kanker limfa, dan kanker kulit.
2.6
Dampak Toksisitas Arsen
Sekitar
90% arsen yang diabsorbsi dalam tubuh manusia tersimpan dalam
hati,ginjal,dinding saluaran pencernaan, limfa, dan paru.Juga tersimpan dalam
jumlah sedikit dalam rambut dan kuku serta dapat terdeteksi dalam waktu lama,
yaitu beberapa tahun setelah keracunan kronis.Di dalam darah yang normal
ditemukan arsen 0,2µg/100ml. sedangkan pada kondisi keracunan ditemukan
10µg/100ml dan pada oarng yang mati keracunan arsen ditemukan 60-90µg/100ml.
2.7 Pencegahan Terjadinya Paparan Arsen
Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara
umum adalah pemakaian alat proteksi diri bagi semua individu yang
mempunyai potensi terpapar oleh arsen. Alat proteksi diri tersebut misalnya :
·
Masker yang memadai
·
Sarung tangan yang memadai
·
Tutup kepala
·
Kacamata khusus
Usaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis,
yaitu pemeriksaan kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap
tahun. Jika keadaan dianggap luar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di
dalam urine.
Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari
kadar arsen yang berlebihan adalah perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara
(indoor), terutama kadar arsen dalam patikel debu. Pemeriksaan kualitas udara
tersebut setidaknya dilakukan setiap tiga bulan. Ventilasi tempat kerja harus
baik, agar sirkulasi udara dapat lancar.
2.8
Cara Menanggulangi Toksisitas Arsen
1. Pada pengobatan kasus keracunan As
Pada
kasus keracunan akut, perlu segera diberi obat suportif dan simptomatik untuk
mencegah terjadinya gejala neuropati. Pengobatan dengan pemberian khelasi
spesifik yaitu BAL. Standar pemberian BAL ialah 3-5 mg/kg yang diberikan setiap
4 jam selama 2 hari diikuti dengan pemberian 2,5 mg/kg setiap 6 jam selama 2
hari. Kemudian diberikan 2,5 mg/kg setiap 12 jam selama 1 minggu. Pada periode
pemberian pengobatan tersebut, sampel urine diperiksa setiap 24 jam dan
pengobatan segera dihentikan jika konsentrasi As dalam urine kurang dari 50 mg.
pengobatan BAL sering diikuti dengan pemberian penisilamin yang diberikan
setiap 6 jam selama 5 hari.
Pada
kasus keracunan kronis, tindakan pertama yang dilakukan ialah menghilangkan
sumber kontaminasi dari penderita. Pengobatan sistem kelasi tidak dianjurkan,
karena As mempunyai waktu paruh biologik hanya sekitar 3-4 hari.
2.5 Resiko
yang ditimbulkan oleh Logam Berat
1. Bagi Manusia
a. Metabolism dan Ekskresi Arsen
Bahan
kimia arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan makanan,
saluran pernafasan serta melalui kulit walaupun jumlahnya sangat terbatas.
Arsen yang masuk ke dalam peredaran darah dapat ditimbun dalam organ seperti
hati, ginjal, otot, tulang, kulit dan rambut. Arsenik trioksid yang dapat
disimpan di kuku dan rambut dapat mempengaruhi enzim yang berperan dalam rantai
respirasi, metabolisme glutation ataupun enzim yang berperan dalam proses
perbaikan DNA yang rusak. Di dalam tubuh arsenik bervalensi lima dapat berubah
menjadi arsenik bervalensi tiga. Hasil metabolisme dari arsenik bervalensi 3
adalah asam dimetil arsenik dan asam mono metil arsenik yang keduanya dapat
diekskresi melalui urine. Gas arsin terbentuk dari reaksi antara hidrogen dan
arsen yang merupakan hasil samping dari proses refining (pemurnian logam) non
besi (non ferrous metal).
b.
Keracunan
Arsenik
Secara umum, keracunan arsenic dapat
terjadi secara akut akibat konsumsi arsenic berlebih dan kronis akibat terpapar
terus-menerus, meski dalam kadar rendah (misalnya karena meminum air yang
terkontaminasi arsenic melebihi batas ambang aman tertinggi). Masuknya arsenic
dalam jumlah besar ke dalam tubuh secara mendadak dapat menyebabkan serangan
akut berupa rasa sakit perut yang sangat, akibat sistem pencernaan rusak,
muntah, diare, rasa haus yang hebat, kram perut, dan akhirnya syok, koma, dan
kematian. Paparan dalam jangka waktu lama, seperti meminum air terkontaminasi
arsenic, dapat menyebabkan nafas berbau, keringat berlebih, otot lunglai,
perubahan warna kulit (menjadi gelap atau hiperpigmentasi kulit), penyakit
pembuluh tepi, parestesia tangan dan kaki (gangguan saraf), blackfoot disease, kanker kulit,
dermatitis, penyakit ginjal. Pemaparan arsenic pada manusia sering disebut
sebagai arsenicikosis. Penduduk yang terpapar memiliki berbagai gejala seperi
yang ada di atas. Secara khusus, gejala-gejala arsenicikosis terbagi menjadi
gejala stadium primer, sekunder dan tersier.
a)
Stadium
Primer
·
Melanosis
yang Keratoris : Penggelapan warna kulit atau munculnya spot –spot hitam yang
lama kelamaan semakin merata ke seluruh tubuh. Pengerasam dan penebalan kulit
pada tangan yang menyebebkan tangan menjadi kasar.
·
Konjungtivitis
: Mata merah
·
Bronkitis
: infeksi saluran pernapasan
·
Gastroenteritis
: pusing, mual, muntah dan lemah
b)
Stadium
Sekunder
·
Leuko-melanosis
: Munculnya spot hitam dan spot pemutih
·
Pada
seluruh tubuh Hiperkeratosis: Munculnya area kasar dan tidak rata pada telapak
tangan dan telapak kaki
·
Edema:
Pembengkakan pada kaki
·
Periferal
neuropati: berkurangnya sensitivitas saraf penerima rangsangan
·
Ginjal
dan hati: muncul berbagai kompilkasi, termasuk kanker hati dan hepatitis
khususnya hepatitis B.
c)
Stadium Tersier
·
Gangren
: Neuronekrosis (pengapuran saraf) dan
·
pembususkan
pada anggota badan.
·
Kanker
: kanker pada hati, kandung kemih, dan paru –
·
paru
serta gagal hati dan ginjal.
2.
Bagi Hewan dan Tumbuhan
a.
Pada hewan-hewan yang hidup di permukaan tanah dan bangsa mamalia yang
dalam tubuh mereka telah terakumulasi oleh As maka As yang terakumulasi
tersebut akan ditransfer melalui kulit dan jika hewan-hewan tersebut terpapar
As secara berat akan mengakibatkan kematian dalam jangka waktu tertentu dan
dengan konsentrasi logam dan persenyawaan tertentu.
b.
Logam atau persenyawaan As yang terdapat di udara dalam bentuk partikulat
akan dapat diserap oleh tumbuh-tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan tersebut akan
mengalami peristiwa terjadinya hambatan terhadap penyerap zat besi yang sangat
dibutuhkan oleh khlorofil (zat hijau daun) tumbuhan. Hal ini dapat menyebabkan
penurunan kualitas tumbuhan tersebut karena terkontaminasi arsen bila hal ini
terjadi terus menerus bukan tidak mungkin tumbuhan tersebut layu dan kemudian
mati.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Arsen
merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna
metal (steel-grey).
2.
Toksisitas
senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik tampaknya memiliki
toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik anorganik.
3.
Cara
pencegahan paparan arsen dengan menggunakan alat proteksi diri dan melakukkan
surveilance medis.
DAFTAR
PUSTAKA
Cotton dan Wilkinson . 2009 . Kimia Anorganik Dasar . Jakarta :
UI-Press
Darmono . 2006 . Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya
Dengan Toksikologi Seyawa Logam . Jakarta . UI-Press
Adnan Agnesa. 2010. Makalah
Toksikologi Industri ARSEN. http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2010/10/makalah-toksikologi-industri-arsen.html.30
Maret 2012
Fhazira. 2010. Logam Berat Arsen. http://chitralestari.blogspot.com/2010/09/logam-berat-arsen.html. 30 Maret 2012
Darmono . 2009 . Farmasi Forensik dan Toksikologi .
Jakarta : UI-Press http://id.wikipedia.org/wiki/Arsen