BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah
kesehatan, salah satu diantaranya ialah cacing perut yang ditularkan melalui
tanah. Cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktifitas
penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian, karena
menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga
menurunkan kualitas sumber daya manusia. Prevalensi Cacingan di Indonesia pada
umumnya masih sangat tinggi, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu
mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit ini Penyakit Cacingan tersebar
luas, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Angka infeksi tinggi, tetapi
intensitas infeksi (jumlah cacing dalam perut) berbeda. Hasil survei Cacingan
di Sekolah Dasar di beberapa propinsi pada tahun 1986-1991 menunjukkan
prevalensi sekitar 60% - 80%, sedangkan untuk semua umur berkisar antara 40% -
60%.
Dalam rangka
menuju Indonesia Sehat 2010, Pembangunan Kesehatan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pembangunan nasional, pembangunan tersebut mempunyai tujuan
untuk mewujudkan manusia yang sehat, produktif dan mempunyai daya saing yang
tinggi. Oleh karena itu perlu diadakan pemberatasan penyakit cacingan. Pemberantasan
Cacingan menghasilkan perbaikan besar baik bagi kesehatan perorangan maupun
kesehatan masyarakat. Setiap negara berkembang harus memberikan perhatian yang
tinggi terhadap program pemberantasan penyakit Cacingan. mengingat bahwa Cacingan
merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan maka perhatian terhadap
sanitasi lingkungan perlu ditingkatkan.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui jenis-jenis cacing yang dapat
menyebabkan penyakit cacingan.
2. Untuk mengetahui dampak akibat cacingan.
3. Untuk mengetahui cara
pemeriksaan telur cacing dengan menggunakan metode kato.
4. Untuk
mengetahui cara pencegahan penyakit cacingan.
5 .Untuk mengetahui cara pengobatan penyakit cacingan.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun masalah
yang akan dibahas pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana jenis-jenis cacing yang dapat menyebabkan
penyakit cacingan?
2.
Bagaimana dampak penyakit cacingan?
3.
Bagaimana cara pemeriksaan telur cacing dengan
menggunakan metode kato?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit cacingan?
5.
Bagaimana pengobatan penyakit cacingan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis-jenis cacing yang dapat
menyebabkan penyakit cacingan.
Manusia merupakan hospes defenitif beberapa nematoda usus
(cacing perut), yang dapat mengakibatkan masalah bagi kesehatan masyarakat.
Diantara cacing perut terdapat sejumlah species yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminths). Diantara
cacing tersebut yang terpenting adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk (Trichuris trichiura). Jenis-jenis cacing
tersebut banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia.
A.CACING GELANG (Ascaris
lumbricoides)
1.Lingkaran Hidup
Manusia merupakan
satu-satunya hospes cacing ini. Cacing jantan berukuran 10 - 30 cm, sedangkan
betina 22 – 35 cm, pada stadium dewasa hidup di rongga usus halus, cacing
betina dapat bertelur sampai 100.000 – 200.000 butir sehari, terdiri dari telur
yang dibuahi dan telur yang tidak
dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk
infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan
manusia, akan menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut menembus
dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa dan dialirkan ke jantung
lalu mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus dinding pembuluh darah, lalu
melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trachea
melalui bronchiolus dan broncus. Dari trachea larva menuju ke faring, sehingga
menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk ke dalam esofagus lalu
menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Proses tersebut memerlukan
waktu kurang lebih 2 bulan sejak tertelan sampai menjadi cacing dewasa.
2.
Patofisiologi
Disamping itu gangguan
dapat disebabkan oleh larva yang masuk ke paru-paru sehingga dapat menyebabkan
perdarahan pada dinding alveolus yang disebut sindroma Loeffler. Gangguan yang
disebabkan oleh cacing dewasa biasanya ringan. Kadang-kadang penderita
mengalami gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare dan
konstipasi. Pada infeksi berat, terutama pada anak-anak dapat terjadi gangguan
penyerapan makanan (malabsorbtion). Keadaan yang serius, bila cacing
mengumpal dalam usus sehingga terjadi penyumbatan pada usus (Ileus
obstructive).
3.Gejala
Klinis dan Diagnosis
Gejala penyakit Cacingan
memang tidak nyata dan sering dikacaukan dengan penyakit-penyakit lain. Pada
permulaan mungkin ada batuk-batuk dan eosinofelia. Orang (anak) yang menderita
Cacingan biasanya lesu, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang.
Pada anak-anak yang
menderita Ascariasis perutnya nampak buncit (karena jumlah cacing dan
kembung perut); biasanya matanya pucat dan kotor seperti sakit mata (rembes),
dan seperti batuk pilek. Perut sering sakit, diare, nafsu makan kurang. Karena
orang (anak) masih dapat berjalan dan sekolah atau bekerja, sering kali tidak
dianggap sakit, sehingga terjadi salah diagnosis dan salah pengobatan. Padahal
secara ekonomis sudah menunjukkan kerugian yaitu menurunkan produktifitas kerja
dan mengurangi kemampuan belajar.
Karena gejala klinik yang
tidak khas, perlu diadakan pemeriksaan tinja untuk membuat diagnosis yang
tepat, yaitu dengan menemukan telur-telur cacing di dalam tinja tersebut.
Jumlah telur juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan beratnya
infeksi (dengan cara menghitung telur).
4.
Epidemiologi
Telur cacing gelang keluar
bersama tinja pada tempat yang lembab dan tidak terkena sinar matahari, telur
tersebut tumbuh menjadi infektif. Infeksi cacing gelang terjadi bila telur yang
infektif masuk melalui mulut bersama makanan atau minuman dan dapat pula
melalui tangan yang kotor (tercemar tanah dengan telur cacing).
B.CACING CAMBUK (Trichiuris
trichiura)
1. Lingkaran Hidup
Manusia merupakan hospes
cacing ini. Cacing betina panjangnya sekitar 5 cm dan yang jantan
sekitar 4 cm. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dengan bagian anteriornya
masuk ke dalam mukosa usus. Satu ekor cacing betina diperkirakan menghasilkan
telur sehari sekitar 3.000 – 5.000 butir. Telur yang dibuahi dikelurkan dari
hospes bersama tinja, telur menjadi matang (berisi larva dan infektif) dalam
waktu 3 – 6 minggu di dalam tanah yang lembab dan teduh. Cara infeksi langsung
terjadi bila telur yang matang tertelan oleh manusia (hospes), kemudian larva
akan keluar dari telur dan masuk ke dalam usus halus sesudah menjadi dewasa
cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke kolon asendens dan sekum. Masa
pertumbuhan mulai tertelan sampai menjadi cacing dewasa betina dan siap
bertelur sekitar 30 – 90 hari.
2. Patofisiologi
Cacing cambuk pada manusia terutama hidup di sekum dapat juga ditemukan
di dalam kolon asendens. Pada
infeksi berat, terutama pada anak cacing ini tersebar diseluruh kolon dan
rektum, kadang-kadang terlihat pada mukosa rektum yang mengalami prolapsus akibat
mengejannya penderita sewaktu defekasi. Cacing ini memasukkan kepalanya ke
dalam mukosa usus hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan
mukosa usus. Pada tempat pelekatannya dapat menimbulkan perdarahan. Disamping
itu cacing ini menghisap darah hospesnya sehingga dapat menyebabkan anemia.
3.Gejala
Klinis dan Diagnosis
Infeksi cacing cambuk yang
ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau sama sekali
tanpa gejala. Sedangkan infeksi cacing cambuk yang berat dan menahun terutama
pada anak menimbulkan gejala seperti diare, disenteri, anemia, berat badan menurun
dan kadang-kadang terjadi prolapsus rektum. Infeksi cacing cambuk yang
berat juga sering disertai dengan infeksi cacing lainnya atau protozoa.
Diagnosa dibuat dengan menemukan telur di dalam tinja.
4.
Epidemiologi
Penyebaran penyakit ini
adalah terkontaminasinya tanah dengan tinja yang mengandung telur cacing
cambuk. Telur tumbuh dalam tanah liat, lembab dan tanah dengan suhu optimal +
30oC. Infeksi cacing cambuk terjadi bila telur yang infektif masuk
melalui mulut bersama makanan atau minuman yang tercemar atau melalui tangan
yang kotor.
C. Cacing tambang (Ancylostoma
duodenale dan Necator americanus)
1.Lingkaran
Hidup
Hospes parasit ini adalah
manusia, Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan giginya melekat pada
mucosa usus. Cacing betina menghasilkan 9.000 – 10.000 butir telur sehari.
Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm,
cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada
sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing
akan keluar bersama tinja, setelah 1 –
1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform. Dalam
waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi
larva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7–8 minggu
di tanah. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke
jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke
bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk
ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva
filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan.
2.
Patofisiologi
Cacing
tambang hidup dalam rongga usus halus tapi melekat dengan giginya pada dinding
usus dan menghisap darah. Infeksi cacing tambang menyebabkan kehilangan darah
secara perlahan-lahan sehingga penderita mengalami kekurangan darah (anemia)
akibatnya dapat menurunkan gairah kerja serta menurunkan produktifitas. Tetapi
kekurangan darah (anemia) ini biasanya tidak dianggap sebagai cacingan karena
kekurangan darah bisa terjadi oleh banyak sebab.
3.Gejala
Klinis dan Diagnosis
Gejala klinik karena
infeksi cacing tambang antara lain lesu, tidak bergairah, konsentrasi belajar
kurang, pucat, rentan terhadap penyakit, prestasi kerja menurun dan anemia
(anemia hipokrom micrositer). Disamping itu juga terdapat eosinofilia.
4.
Epidemiologi
Kejadian penyakit (Incidens)
ini di Indonesia sering ditemukan pada penduduk, terutama di daerah pedesaan,
khususnya di perkebunan atau pertambangan. Cacing ini menghisap darah hanya
sedikit namun luka-luka gigitan yang berdarah akan berlangsung lama, setelah
gigitan dilepaskan dapat menyebabkan anemia yang lebih berat. Kebiasaan buang
air besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat penting dalam
penyebaran infeksi penyakit ini.
Tanah yang baik untuk
pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum 32oC
– 38oC. Untuk menghindari infeksi dapat dicegah dengan memakai
sandal/sepatu bila keluar rumah.
2.2 Dampak penyakit
cacingan
Cacingan mempengaruhi pemasukan (intake),
pencernaan (digestif), penyerapan (absorbsi), dan metabolisme
makanan. Secara kumulatif, infeksi cacing atau Cacingan dapat
menimbulkan kerugian zat gizi berupa kalori dan protein serta kehilangan darah.
Selain dapat menghambat perkembangan fisik, kecerdasan dan produktifitas kerja,
dapat menurunkan ketahanan tubuh sehingga mudah terkena penyakit lainnya.
2.3 Cara pemeriksaan
telur cacing dengan menggunakan metode kato?
Pemeriksaan telur cacing pada tinja bertujuan untuk menegakkan diagnosis
pasti, ada dan tidaknya infeksi cacing, berat ringannya infeksi serta jenis
telur cacing yang ada.
Pemeriksaan telur cacing
meliputi:
1. Alat dan Bahan
a.Alat
Ø Gelas
objek
Ø Selofan
ukuran lebar 2,5 cm
Ø Karton
tebal ukuran 2 mm
Ø Kawar
saring
Ø Pot
plastik atau kantong plastik
Ø Lidi
Ø Kertas
Saring
Ø Tutup
botol dari karet
Ø Waskom
Plastik Kecil
Ø Sarung
Tangan Karet
Ø Mikroskop
b.Bahan
Ø Aquades
Ø Glyserin
Ø Malachite
green (hijau malasit)
Ø Faeces
Ø Formalin
5-10%
2
.Pengambilan Faeces
Pasien penyakit cacingan
diberitahukan bahwa faeces yang akan diperiksa dimasukkan ke dalam pot
plastik.Sekitar 100 mg atau sebesar kelereng.
Spesimen harus segera diperiksa pada
hari yang sama, sebab jika tidak telur cacing akan rusak atau menetas menjadi
larva. Jika tidak memungkinkan tinja harus diberi formalin 5-10% sampai
terendam.
3.
Pemeriksaan Metode Kato
a) Cara
Membuat Larutan Kato
Yang dimaksud dengan Larutan Kato
adalah cairan yang dipakai untuk merendam/memulas selofan (cellophane tape)
dalam pemeriksaan tinja terhadap telur cacing menurut modifikasi teknik Kato
dan Kato-Katz.
(1)
Untuk
membuat Larutan Kato diperlukan campuran dengan perbandingan: Aquadest 100
bagian, Glycerin 100 bagian dan Larutan malachite green 3%
sebanyak 1 bagian.
(2)
Timbang
malachite green sebanyak 3 gram, masukkan ke dalam botol/beker glass
dan tambahkan aquadest 100 cc sedikit demi sedikit lalu aduk/kocok sehingga
homogen, maka akan diperoleh larutan malchite green 3%.
(3)
Masukkan
100 cc aquadest ke dalam Waskom plastik kecil, lalu tambahkan 100 cc glycerin
sedikit demi sedikit dan tambahkan 1 cc larutan malachite green 3%, lalu
aduk sampai homogen. Maka akan didapatkan Larutan Kato 201 cc.
b)Cara merendam / memulas
selofan (cellophane tape)
(1) Buatlah bingkai kayu segi empat sesuai dengan
ukuran Waskom plastik kecil. Contoh:
Misal bingkai untuk foto
(2)
Libatkan / lilitkan selofan pada bingkai tersebut.
(3) Rendamlah
selama + 18 jam dalam Larutan
Kato.
(4) Pada
waktu akan dipakai, guntinglah selofan yang sudah direndam sepanjang 3 cm.
c)
Cara Pemeriksaan Kualitatif (modifikasi teknik Kato)
Hasil
pemeriksaan tinja kualitatif berupa positif atau negatif cacingan. Prevalensi cacingan dapat berupa prevalensi
seluruh jenis cacing atau per jenis cacing.
(1)
Cara
Membuat Preparat
(a)
Pakailah
sarung tangan untuk mengurangi kemungkinan infeksi berbagai penyakit.
(b)
Tulislah
Nomor Kode pada gelas objek dengan spidol sesuai dengan yang tertulis di pot
tinja.
(c)
Ambillah
tinja dengan lidi sebesar kacang hijau, dan letakkan di atas gelas obyek.
(d)
Tutup
dengan selofan yang sudah direndam dalam larutan Kato, dan ratakan tinja di
bawah selofan dengan tutup botol karet atau gelas obyek.
(e)
Biarkan
sediaan selama 20-30 menit.
(f)
Periksa
dengan pembesaran lemah 100 x (obyektif 10 x dan okuler 10 x), bila diperlukan
dapat dibesarkan 400 x (obyektif 40 x dan okuler 10 x).
(g)
Hasil
pemeriksaan tinja berupa positif atau negatif tiap jenis telur cacing.
c) Cara Pemeriksaan Kuantitatif
Pemeriksaan kuantitatif diperlukan
untuk menentukan intensitas infeksi atau berat ringannya penyakit dengan
mengetahui jumlah telur per gram tinja pada setiap jenis cacing.
(1) Cara Membuat Preparat
(a)
Saringlah tinja menggunakan kawat saring.
(b)
Letakkan karton yang berlubang di atas slide kemudian
masukkan tinja yang sudah di saring pada lubang tersebut.
(c)
Ambillah karton berlubang tersebut dan tutuplah tinja
dengan selofan yang sudah direndam dalam larutan Kato.
(d)
Ratakan dengan tutup botol karet hingga merata. Diamkan
kurang lebih sediaan selama 20 – 30 menit.
(e)
Periksa di bawah mikroskop dan hitung jumlah telur yang
ada pada sediaan tersebut.
(2) Cara Menghitung Telur
Hasil
pemeriksaan tinja secara kuantitatif merupakan intensitas infeksi, yaitu jumlah
telur per gram tinja (Egg Per Gram/EPG) tiap jenis cacing.
(a)
Intensitas Cacing Gelang
= Jumlah telur cacing gelang x 1000/R
Jumlah specimen
positif telur Cacing Gelang
(b) Intensitas Cacing Cambuk = Jumlah telur cacing cambuk x 1000/R
Jumlah specimen positif
telur Cacing Cambuk
(c)
Intensitas Cacing Tambang = Jumlah telur cacing tambang x
1000/R
Jumlah
specimen positif telur Cacing Tambang
Ket
: R = berat tinja sesuai ukuran lubang
karton (mg).
d) Klasifikasi Intensitas
Infeksi
Klasifikasi intensitas infeksi merupakan angka
serangan dari masing-masing jenis cacing.
Klasifikasi tersebut digolongkan menjadi tiga, yaitu ringan, sedang dan
berat. Intensitas infeksi menurut jenis cacing dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 1 - Klasifikasi Intensitas Infeksi Menurut Jenis
Cacing
No.
|
Klasifikasi
|
Jenis
Cacing
|
||
Cacing
Gelang
|
Cacing
Cambuk
|
Cacing
Tambang
|
||
1.
|
Ringan
|
1 - 4.999
|
1 – 999
|
1 – 1.999
|
2.
|
Sedang
|
5.000 - 49.999
|
1.000 – 9.999
|
2.000 – 3.999
|
3.
|
Berat
|
> 50.000
|
> 10.000
|
> 4.000
|
2.4
Pencegahan Penyakit Cacingan
Upaya
pencegahan cacingan dapat dilakukan melalui upaya kebersihan perorangan ataupun
kebersihan lingkungan. Kegiatan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.
1) Menjaga
Kebersihan Perorangan
a) Mencuci
tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan menggunakan air dan
sabun.
b) Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum,
dan mandi .
c) Memasak air
untuk minum.
d) Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum
dimakan.
e) Mandi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali
sehari.
f) Memotong dan
membersihkan kuku.
g) Memakai alas
kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung tangan bila melakukan pekerjaan
yang berhubungan dengan tanah.
h) Menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah
debu dan lalat mencemari makanan tersebut.
2) Menjaga
Kebersihan Lingkungan
a) Membuang tinja di jamban agar tidak mengotori
lingkungan.
b) Jangan membuang tinja, sampah atau kotoran di sungai.
c) Mengusahakan pengaturan pembuangan air kotor.
d) Membuang sampah pada tempatnya untuk menghindari lalat dan lipas.
e) Menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.
2.5 Pengobatan Penyakit Cacingan
Pengobatan
dilakukan untuk memutuskan mata rantai penularan,menurunkan prevalensi dan
intensitas infeksi meningkatkan kesehatan dan produktivitas.
Prinsip
pengobatan infeksi Cacingan adalah membunuh cacing yang ada dalam tubuh manusia
yaitu dengan dengan menggunakan obat yang aman berspektrum luas, efektif untuk
jenis cacing yang ditularkan melalui tanah. Menurut berbagai pengalaman
frekuensi pengobatan dilakukan 2 kali dalam setahun.
Pada
Pengobatan cacingan akibat cacing gelang dapat dilakukan secara individu atau
masal pada masyarakat. Pengobatan individu dapat digunakan bermacam-macam obat
misalnya Piperasin, Pyrantel pamoate,
Albendazole atau Mebendazole. Untuk pengobatan massal dosis Mebendazole 500 mg
(dosis tunggal) dan Albendazole 400 mg (dosis tunggal).
Obat
untuk infeksi yang disebabkan oleh cacing cambuk adalah Albendazole/
Mebendazole dan Oksantel pamoate.
Obat untuk infeksi cacing tambang adalah Pyrantel
pamoate (Combantrin, Pyrantin), Mebendazole (Vermox, Vermona, Vircid),
Albendazole.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Jenis-jenis cacing penyebab
cacingan adalah
Ø Cacing
gelang (Ascaris lumbricoides)
Ø Cacing
Cambuk (Trichiuris trichiura)
Ø Cacing
Tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)
2. Dampak peyakit cacing adalah Cacingan mempengaruhi
pemasukan (intake), pencernaan (digestif), penyerapan (absorbsi),
dan metabolisme makanan. Secara kumulatif, infeksi cacing atau Cacingan dapat
menimbulkan kerugian zat gizi berupa kalori dan protein serta kehilangan darah.
Selain dapat menghambat perkembangan fisik, kecerdasan dan produktifitas kerja,
dapat menurunkan ketahanan tubuh sehingga mudah terkena penyakit lainnya.
3. Pemeriksaan
laboratorium pada penyakit cacingan dilakukan untuk menentukan ada tidaknya
telur cacing.
4. Upaya
pencegahan cacingan dapat dilakukan melalui upaya kebersihan perorangan ataupun
kebersihan lingkungan. Kegiatan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.
a. Menjaga
kebersihan perorangan
Ø Mencuci
tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan menggunakan air dan
sabun.
Ø Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum,
dan mandi .
Ø Memasak air
untuk minum.
Ø Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum
dimakan.
Ø Mandi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali
sehari.
Ø Memotong dan
membersihkan kuku.
Ø Memakai alas
kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung tangan bila melakukan pekerjaan
yang berhubungan dengan tanah.
Ø Menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah
debu dan lalat mencemari makanan tersebut.
b. Menjaga kebersihan lingkungan
Ø Membuang tinja di jamban agar tidak mengotori
lingkungan.
Ø Jangan membuang tinja, sampah atau kotoran di sungai.
Ø Mengusahakan pengaturan pembuangan air kotor.
Ø Membuang sampah pada tempatnya untuk menghindari lalat dan lipas.
Ø Menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.
5. Pengobatan
dilakukan untuk memutuskan mata rantai penularan,menurunkan prevalensi dan
intensitas infeksi meningkatkan kesehatan dan produktivitas.
Prinsip pengobatan infeksi Cacingan adalah membunuh cacing yang ada dalam
tubuh manusia yaitu dengan dengan menggunakan obat yang aman berspektrum luas,
efektif untuk jenis cacing yang ditularkan melalui tanah. Menurut berbagai
pengalaman frekuensi pengobatan dilakukan 2 kali dalam setahun.
3.2 Saran
Saran yang ingin diajukan pada penulisan makalah ini
adalah agar kita senantisa selalu menjaga kebersihan diri maupun lingkungan
agar kita terhindar dari penyakit cacingan.