Yazhid Blog

.

Senin, 05 Desember 2016

MAKALAH ANALISA GAS DARAH (BLOOD GAS ANALYZER)

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Analis gas darah  sering digunakan untuk mengidentifikasi gangguan asam –basa spesifik pada tingkat kompensasi  yang telah terjadi.meskipun biasanya pemeriksaan ini menggunakan spesimen dari darah arterial,jika sampel darah arteri tidak dapat diperoleh suatu sampel vena  campuran dapat juga digunakan.
Di Indonesia hampir 50% penyakit  dalam dilakukan AGD (Analisa Gas Darah) untuk mendapatkan data penunjang, pada tahun 2007 banyaknya penderita demam berdarah menambah catatan penderita penyakit dalam yang dilakukan  AGD (Analisa Gas Darah).
Dari keadaan di atas sangat dibutuhkan peran analis dalam AGD yaitu Observasi tempat penusukan dari pendarahan, hematom, atau pucat pada bagian distal. Dengan meningkatnya catatan penderita penyakit dalam yang dilakukan AGD, maka penulis tertarik untuk mengangkat “Analisa Gas Darah”.   
I.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah:
1.      Apa itu analisis gas darah ?
2.      Apa itu gangguan asam basa sederhana?
3.      Bagaimana cara kerja Blood Gas Analyzer?
4.      Bagaimana  langkah-langkah untuk menilai gas darah?
5.      Apa  saja faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD?
6.      Apa saja  hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisa gas darah?

I.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan yang harus dicapai dalam makalah ini adalah :
1.        Untuk mengetahui defenisi dari Analisa Gas Darah.
2.        Untuk mengetahui tentang gangguan asam basa sederhana.
3.        Untuk mengetahui cara kerja Blood Gas Analyzer.
4.        Untuk memahami langka-langkah untuk menilai gas darah.
5.        Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi dalam analisa gas darah.
6.        Untuk mengetahui  hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisa gas darah.


BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Defenisi Analisa Gas Darah
Pemeriksaan Astrup/AGD adalah pemeriksaan analisa gas darah melalui darah arteri. Pengukuran gas darah arteri memberikan informasi dalam mengkaji dan memantau respirasi klien dan metabolism asam-basa, serta homeostatis elektrolit. . Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Meskipun biasanya pemeriksaan ini menggunakan spesimen dari darah arteri,jika sampel darah arteri tida dapat diperoleh suatu sampel vena campuran dapat digunakan. Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolik.
AGD juga digunakan untuk mengkaji oksigenasi. Istilah-istilah penting yang harus diketahui dalam pemeriksaan gas darah arteri antara lain, pH, PCO2, HCO3-, PO2, dan  SaO2 Pemeriksaan gas darah dan PH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai:  Keseimbangan asam basa dalam tubuh, Kadar oksigenasi dalam darah, Kadar karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan analisa gas darah penting untuk menilai keadaan fungsi paru-paru. Pemeriksaan dapat dilakukan melalui pengambilan darah astrup dari arteri radialis, brakhialis, atau femoralis.
 Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya. Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu:
1.    Mekanisme dapar kimia
2.    Mekansime  pernafasan
3.    Mekanisme ginjal .
Parameter
Sampel Arteri
Samplel Vena
Ph
7,35 - 7,45
7,32 – 7,38
PaCo2
35 – 45 mmHg
42 – 50  mmHg
PaO2
80 – 100 mmHg
40 - mmHg
Saturasi Oksigen
95 % -100%
75%
Kelebihan/Kekurangan basa
+ / - 2
+ / - 2
HCO3
22- 26 mEq/L
23 – 27 mEq/L
Tabel gas-gas darah normal dari sample arteri dan sample vena campuran
Ø  Analisa Gas Darah
1.   Pengukuran pH Darah
      pH adalah logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen, dan juga keasaman dan kebasaan darah. Akumulasi ion H+ menjadikan pH turun dan terjadi asidemia (status asam dalam darah). Ion H+ turun berakibat pH meningkat sehingga terjadi alkalemia (status alkali dalam darah). Kondisi yang menjadikan asidemia dan alkalemia dipengaruhi banyak proses fisiologi:
a.         Fungsi pernapasan
b.         Fungsi ginjal
c.         Oksigenasi jaringan
d.         Sirkulasi
e.         Mencerna substansi
f.          Kehilangan elektrolit dari gastrointestinal (karena muntah atau diare).

2.  Pengukuran Oksigen Darah
      Ada tiga cara mengukur O2 darah:
a.       Kandungan O2 merupakan jumlah O2 yang terbawa oleh 100 ml darah
b.      PO2 atau tekanan yang diciptakan oleh O2 yang terlarut dalam plasma
c.       Saturasi oksigen hemoglobin yang merupakan pengukuran persentase O2 yang  dibawa Hb yang berhubungsn dengan jumlah total yang dapat dibawa Hb. Mayoritas O2 dalam darah dibawa oleh Hb, dan jumlah sangat sedikit dilarutkan dalam plasma. Persentase saturasi Hb dengan O2 memberikan perkiraan mendekati jumlah total O2 yang dibawa oleh darah.

Ø  Petunjuk Pengambilan :








a.      Tempat pengambilan darah arteri :
1.      Arteri Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test) merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk  fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau haematoem juga apabila
Allen test negatif.
2.      Arteri Dorsalis Pedis, merupakan pilihan kedua.
3.      Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak resikonya bila  terjadi obstruksi pembuluh darah.
4.      Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi percampuran antara darah   vena dan arteri.
5.      Arteri tibialis posterior, dan Arteri dorsalis pedis
Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko emboli otak

Cara allen’s test:
Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.

Komplikasi
         Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan menimbulkan nyeri
         Perdarahan
         Cidera syaraf
         Spasme arteri
a.       Darah Yang diambil 2 cc ditambah 1 Strip
b.      Yang harus diisi dalam blanko pemeriksaan : Identitas pasien, Suhu tubuh pasien, Hb terakhir dan kalau pasien menggunakan oksigen catat jumlah O2 yang  digunakan serta cara pemberiannya dan Jenis permintaan.

Tekhnik Pengambilan :
1.             Bentangkan handuk pengalas.
2.             Letakkan botol infus
3.             Tangan pasien diletakkan diatas botol infus, dengan sendi melipat kebelakang.
4.             Sedot heparin cair sebanyak 1 cc dan kmudian keluarkan. Heparin hanya membasahi dinding disposible. Tidak ada sisa o,1 cc dalam disposible, kecuali yang ada didalam jarum.
5.             Raba Nadi dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah.
6.             Pastikan tempat dari nadi yang diraba.
7.             Desinfeksi daerah tersebut
8.             Desinfeksi kedua jari
9.             Pegang disposible seperti memegang pensil.
10.         Raba kembali Nadi dengan menggunakan kedua yang telah didesinfeksi
11.         Tusukan jarum diantara kedsua jari dengan sudut 45 0 mengarah ke jantung.
12.         Biarkan Darah sendiiri mengalir ke dalam jarum. Jangan diaspirasi.
13.         Cabut jarum dan tusukkan pada karet penutup.
14.         Tekan daerah penusukan dengan menggunakan kapas betadine selama 5 menit.
15.         Beri etiket dan bawa ke laboraotirum.

Interpretasi Hasil AGD
Secara singkat, hasil AGD terdiri atas komponen:
  • pH atau ion H+, menggambarkan apakah pasien mengalami asidosis atau alkalosis. Nilai normal pH berkisar antara 7,35 sampai 7,45.
  • PO2, adalah tekanan gas O2 dalam darah. Kadar yang rendah menggambarkan hipoksemia dan pasien tidak bernafas dengan adekuat. PO2 dibawah 60 mmHg mengindikasikan perlunya pemberian oksigen tambahan. Kadar normal PO2 adalah 80-100 mmHg
  • PCO2, menggambarkan gangguan pernafasan. Pada tingkat metabolisme normal, PCO2 dipengaruhi sepenuhnya oleh ventilasi. PCO2 yang tinggi menggambarkan hipoventilasi dan begitu pula sebaliknya. Pada kondisi gangguan metabolisme, PCO2 dapat menjadi abnormal sebagai kompensasi keadaan metabolik. Nilai normal PCO2 adalah 35-45 mmHg
  • HCO3-, menggambarkan apakah telah terjadi gangguan metabolisme, seperti ketoasidosis. Nilai yang rendah menggambarkan asidosis metabolik dan begitu pula sebaliknya. HCO3- juga dapat menjadi abnormal ketika ginjal mengkompensasi gangguan pernafasan agar pH kembali dalam rentang yang normal. Kadar HCO3- normal berada dalam rentang 22-26 mmol/l
  • Base excess (BE), menggambarkan jumlah asam atau basa kuat yang harus ditambahkan dalam mmol/l untuk membuat darah memiliki pH 7,4 pada kondisi PCO2 = 40 mmHg dengan Hb 5,5 g/dl dan suhu 37C0. BE bernilai positif menunjukkan kondisi alkalosis metabolik dan sebaliknya, BE bernilai negatif menunjukkan kondisi asidosis metabolik. Nilai normal BE adalah -2 sampai 2 mmol/l
  • Saturasi O2, menggambarkan kemampuan darah untuk mengikat oksigen. Nilai normalnya adalah 95-98 %.

Dari komponen-komponen tersebut dapat disimpulkan menjadi empat keadaan yang menggambarkan konsentrasi ion H+ dalam darah yaitu:
Asidosis respiratorik
Adalah kondisi dimana pH rendah dengan kadar PCO2 tinggi dan kadar HCO3- juga tinggi sebagai kompensasi tubuh terhadap kondisi asidosis tersebut. Ventilasi alveolar yang inadekuat dapat terjadi pada keadaan seperti kegagalan otot pernafasan, gangguan pusat pernafasan, atau intoksikasi obat. Kondisi lain yang juga dapat meningkatkan PCO2 adalah keadaan hiperkatabolisme. Ginjal melakukan kompensasi dengan meningkatkan ekskresi H+ dan retensi bikarbonat. Setelah terjadi kompensasi, PCO2 akan kembali ke tingkat yang normal.
Alkalosis respiratorik
Perubahan primer yang terjadi adalah menurunnya PCO2 sehingga pH meningkat. Kondisi ini sering terjadi pada keadaan hiperventilasi, sehingga banyak CO2 yang dilepaskan melalui ekspirasi. Penting bagi dokter untuk menentukan penyebab hiperventilasi tersebut apakah akibat hipoksia arteri atau kelainan paru-paru, dengan memeriksa PaO2. Penyebab hiperventilasi lain diantaranya adalah nyeri hebat, cemas, dan iatrogenik akibat ventilator. Kompensasi ginjal adalah dengan meningkatkan ekskresi bikarbonat dan K+ jika proses sudah kronik.
Alkalosis metabolik
Adalah keadaan pH yang meningkat dengan HCO3- yang meningkat pula. Adanya peningkatan PCO2 menunjukkan terjadinya kompensasi dari paru-paru. Penyebab yang paling sering adalah iatrogenik akibat pemberian siuretik (terutama furosemid), hipokalemia, atau hipovolemia kronik dimana ginjal mereabsorpsi sodium dan mengekskresikan H+, kehilangan asam melalui GIT bagian atas, dan pemberian HCO3- atau prekursornya (laktat atau asetat) secara berlebihan. Persisten metabolik alkalosis biasanya berkaitan dengan gangguan ginjal, karena biasanya ginjal dapat mengkompensasi kondisi alkalosis metabolik.
II.2 Gangguan Asam Basa Sederhana
Gangguan asam basa primer dan kompensasinya dapat diperlihatkan dengan memakai persamaan yang dikenal dengan persamaan Henderson-Hasselbach. Persamaan asam basa adalah sebagai berikut:
 Persamaan ini menekankan bahwa perbandingan asam dan basa harus 20:1 agar pH dapat dipertahankan dalam batas normal. Persamaan ini juga menekankan kemampuan ginjal untuk mengubah bikarbonat basa melalui proses metabolik, dan kemampuan paru untuk mengubah PaCO(tekanan parsial CO2 dalam darah arteri) melalui respirasi. Nilai normal pH adalah 7, 35- 7,45. berikut ini adalah gambaran rentang pH:
Perubahan satu atau dua komponen tersebut menyebabkan gangguan asam dan basa. Penilaian keadaan asam dan basa berdasarkan hasil analisa gas darah membutuhkan pendekatan yang sistematis. Penurunan keasaman (pH) darah < 7,35 disebut asidosis, sedangkan peningkatan keasaman (pH) > 7,45  disebut alkalosis. Jika gangguan asam basa terutama disebabkan oleh komponen respirasi (pCO2) maka disebut asidosis/alkalosis respiratorik, sedangkan bila gangguannya disebabkan oleh komponen HCO3 maka disebut asidosis/alkalosis metabolik. Disebut gangguan sederhana bila gangguan tersebut hanya melibatkan satu komponen saja (respirasi atau metabolik), sedangkan bila melibatkan keduanya (respirasi dan metabolik) disebut gangguan asam basa campuran. 
Keseimbangan Asam Basa
pH adalah derajat keasaman yang merupakan log negatif dari konsentrasi ion H+. Konsentrasi ion H+ ini diatur dengan sangat ketat, karena perubahan pada konsentrasinya akan mempengaruhi hampir semua proses biokimia, termasuk struktur dan fungsi protein, dissosiasi dan pergerakan ion, serta reaksi kimia obat. Berbeda dengan ion-ion lain, kadar ion H+ dijaga dalam nanomolar (36-43 nmol/l ~ pH 7,35-7,45).
Sebagian besar asam yang masuk dalam tubuh berasal dari proses respirasi, yaitu CO2 yang membentuk asam karbonat, sedangkan sisanya berasal dari metabolisme lemak dan protein. Mekanisme tubuh untuk menjaga pH tetap dalam rentang normalnya diketahui melalui tiga mekanisme :
  • Kontrol respirasi terhadap PaCO2 oleh pusat pernafasan yang mengatur ventilasi alveolar. Semakin banyak ion H+ dalam darah, semakin banyak CO2 yang dibuang melalui paru-paru. Mekanisme ini cepat dan sangat efektif untuk mengkompensasi kelebihan ion H+.
  • Pengontrolan ginjal terhadap bikarbonat dan ekskresi asam-asam non-volatil. Mekanisme ini relatif lebih lama (jam sampai hari) jika dibandingkan dengan kontrol respirasi.
  • Sistem buffer oleh bikarbonat, sulfat, dan hemoglobin yang meminimalkan perubahan asam-basa akut.
Penanganan Gangguan Keseimbangan Asam Basa
  1. Mengembalikan nilai PH pada keadaan normal
  2. Koreksi keadaan asidosis repiratorik: Naiknya ventilasi dan mengoreksi penyebabnya
  3. Koreksi keadaan alkalosis respiratorik: turunnya ventilasi dan terapi penyebab
  4. Koreksi keadaan asidosis metabolik:
    1. Pemberian Bicarbonat IV / oral
    2. Terapi penyebab
    3. Koreksi keadaan alkalosis metabolik dengan cara: memberi KCl dan mengobati penyebab gangguan Keseimbangan asam basa.

Klasifikasi gangguan asam basa primer dan terkompensasi:
  1. Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat dikeluarkan melalui ventilasi.
  2. Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH, seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme kompensasi ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess dalam batas normal karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi. Kesakitan dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik pada anak sakit kritis.
  3. Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya, pada intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.
  4. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.
  5. Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30--7,40. Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.
  6. Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan pH lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.
  7. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih dari 7,50.
  8. Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau telah diberikan oksigen yang adekuat
  9. Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada sehingga normal.
  10. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat meningkatkan tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan distribusi oksigen.

II.3 Cara Kerja Alat








Fungsi alat  Merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kadar gas dalam darah (arteri dan vena) yang dapat dilakukan dengan cepat dan teliti dalam waktu 90 detik untuk satu sampel darah.

Standart operasional prosedur :

1.      Nyalakan power ON
2.      Setiap pertama kali menghidupkan alat, lalu kalibrasi dengan cara tekan calibrate kemudian enter. Alat akan melakukan kalibrasi secara otomatis.
3.      Apabila ada sample pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan tekan status untuk mengetahui kondisi apakah PH, Pco2 dan Po2 kondisinya OK. Jika OK sample langsung dapat diperiksa. Apabila kondisinya UC (Un Caliblasi) lakukan kalibrasi yaitu tekan calibrate kemudian enter
4.      Apabila alat sudah dalam kondisi ready for analysa berarti alat sudah siap melakukan pemeriksaan, tekan Analyzer. Selang pengisap sample akan keluar secara otomatis kemudian masukan sample bersamaan tekan lagi analyzer sampai sample terhisap secara otomatis selang akan masuk sendiri.
5.      Lakukan daftar isian seperti yang terlihat dilayar monitor, sample ID , HB, suhu badan, jenis sample (0 arteri, 1 vena, 2 kapiler), F102 (volume oksigen yang dilorelasi dengan persen lihat daftar), kemudian clear 2x.
6.      Alat akan menghitung secara otomatis dalam waktu yang relatif cepat hasil akan keluar melalui printer.
Cara Kerja Alat
Sampel dimasukkan ke dalam instrumen analisis yang menggunakan elektroda untuk mengukur konsentrasi ion hidrogen (H +), yang akan diolah dengan hasil sebagai pH, dan tekanan parsial oksigen [PO2] dan gas karbondioksida PO2. Alat pengukur elektroda pH terdiri dari kaca khusus dengan membran selektif permeabel untuk ion hidrogen.
Sebuah listrik potensial bereaksi di permukaan dalam dan luar dari membran tergantung pada aktivitas log ion hidrogen dalam sampel. Sebuah elektroda bernama Severinghaus  digunakan untuk mengukur PCO2, prinsip pengukuran sama seperti untuk ion hidrogen, kecuali bagian ujung elektroda ditutupi dengan membran yang permeabel terhadap gas, sehingga perubahan pH dengan karbon dioksida secara proporsional menyebar dari sampel ke permukaan elektroda.
PO2 diukur dengan menggunakan elektroda polarografi (Clark), oksigen berdifusi dari sampel ke katoda, di mana oksigen direduksi menjadi ion peroksida. Elektron berasal dari anoda perak yang teroksidasi, menghasilkan konsentrasi oksigen yang proporsional di katoda. Sinyal Elektroda tergantung pada suhu serta konsentrasi, dan semua pengukuran yang dilakukan pada suhu 37 ° C. Karena pada pengukuran pH ,kadar oksigen dan karbon dioksida hasilnya bergantung pada suhu reaksi maka mungkin perlu disesuaikan dengan suhu sebenarnya pada pasien.
Alat analisis gas darah portable tersedia yang dapat digunakan langsung disamping pasien. alat analisis gas darah Darah menghitung konsentrasi bikarbonat dengan menggunakan rumus: pH = 6.1 + Log bicarbonate/.0306 x  PCO2. Mereka juga menghitung kandungan oksigen, karbon dioksida total , Base excess  dan persentase saturasi oksigen hemoglobin. Nilai-nilai ini digunakan oleh dokter untuk menilai tingkat hipoksia dan ketidakseimbangan asam-basa.
II.4  Langkah-langkah untuk menilai gas darah:
1.       Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun klien mengalami asidemia, dengan
        dua sebab asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat klien
        mengalami alkalemia dengan dua sebab alkalosis metabolik atau alkalosis
        respiratorik; ingatlah bahwa kompensasi ginjal dan pernafasan jarang
        memulihkan pH kembali normal, sehingga jika ditemukan pH yang normal
        meskipun ada perubahan dalam PaCO2 dan HCO3 mungkin ada gangguan
        campuran)
2.      Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang
        berhubungan dengan pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer
        bersifat respiratorik, metabolik atau campuran (PaCO2 normal, meningkat atau
        menurun; HCO3 normal, meningkat atau menurun; pada gangguan asam basa
        sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah yang sama;
        penyimpangan dari HCO3 dan PaCO2 dalam arah yang berlawanan menunjukkan
        adanya gangguan asam basa campuran).
3.       Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi (hal
        ini dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak
        yang sama dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan).
4.       Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam
        basa campuran)
.
Contoh kasus :
Hasil BGA :
  1. pH asidosis
  2. CO2 asidosis
  3. HCO3 normal
  4. CO2 sesuai pH sama-sama asidosis sehingga imbalans berupa respiratory acidosis
  5. HCO3 normal maka tidak ada kompensasi
  6. pO2 dan O2 sat rendah berarti hypoxemia
Diagnosis BGA : uncompensated respiratory acidosis with hypoxemia



II.5 Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD
         Gelembung udara
      Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
        Antikoagulan
     Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
      Metabolisme
        Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.
   Suhu
         Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.  Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah.

II.6 Hal-hal yang perlu diperhatikan
a.       Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih
b.      Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk
mencegah darah membeku
c.        Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan   anestesi lokal
d.      Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui   kepatenan arteri
e.       Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah
yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah  arter
i.
f.       Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur rata dan tidak membeku
g.      Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras  dari pada vena)
h.      Keluarkan  udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung jarum dengan karet atau gabus
i.        Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil
j.         Segera kirim ke laboratorium ( sito )
Berikut terdapat beberapa cara mudah dalam membaca hasil BGA:
1.    Lihat pH
Langkah pertama adalah lihat pH. pH normal dari darah antara 7,35 – 7,45. Jika pH darah di bawah 7,35 berarti asidosis, dan jika di atas 7,45 berarti alkalosis.
2.       Lihat CO2
Langkah kedua adalah lihat kadar pCO2. Kadar pCO2 normal adalah 35-45 mmHg. Di bawah 35 adalah alkalosis, di atas 45 asidosis.

3.         Lihat HCO3
Langkah ketiga adalah lihat kadar HCO3. Kadar normal HCO3 adalah 22-26 mEq/L. Di bawah 22 adalah asidosis, dan di atas 26 alkalosis.
4.     Bandingkan CO2 atau HCO3 dengan pH
Langkah selanjutnya adalah bandingkan kadar pCO2 atau HCO3 dengan pH untuk menentukan jenis kelainan asam basanya. Contohnya, jika pH asidosis dan CO2 asidosis, maka kelainannya disebabkan oleh sistem pernapasan, sehingga disebut asidosis respiratorik. Contoh lain jika pH alkalosis dan HCO3 alkalosis, maka kelainan asam basanya disebabkan oleh sistem metabolik sehingga disebut metabolik alkalosis.
5.     Apakah CO2 atau HCO3 berlawanan dengan pH
Langkah kelima adalah melihat apakah kadar pCO2 atau HCO3 berlawanan arah dengan pH. Apabila ada yang berlawanan, maka terdapat kompensasi dari salah satu sistem pernapasan atau metabolik. Contohnya jika pH asidosis, CO2 asidosis dan HCO3 alkalosis, CO2 cocok dengan pH sehingga kelainan primernya asidosis respiratorik. Sedangkan HCO3 berlawanan dengan pH menunjukkan adanya kompensasi dari sistem metabolik.
6.    Lihat pO2 dan saturasi O2
Langkah terakhir adalah lihat kadar PaO2 dan O2 sat. Jika di bawah normal maka menunjukkan terjadinya hipoksemia. Untuk memudahkan mengingat mana yang searah dengan pH dan mana yang berlawanan, maka kita bisa menggunakan akronim ROME.
Respiratory Opposite : pCO2 di atas normal berarti pH semakin rendah (asidosis) dan sebaliknya, & Metabolic Equal : HCO3 di atas normal berarti pH semakin tinggi (alkalosis) dan sebaliknya.




BAB III
PENUTUP
III.1  Kesimpulan
Analisis gas darah merupakan pemeriksaan untuk mengukur keasaman (pH), jumlah oksigen dan karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah dan mengambil karbondioksida dari dalam darah Analisis gas darah meliputi pemeriksaan PO2, PCO3, pH, HCO3, dan saturasi O2.

III.2  Saran
       Semoga kita selaku analis kesehatan dapat memahami tentang analisa gas darah.


DAFTAR PUSTAKA
                        Irawan, Hadi. 2000. Uji Laboratorium Klinik. Bandung: Yrama Widya
                        Supomo, Kuncoro. 1995. Analyzer Blood Gas. Jakarta: D-Medika
                        Raslan, Widodo. 1998. Analisa Gas Darah. Surakarta : Sindhunata.


Comments
0 Comments

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Recent Posts