KAJIAN CEMARAN E.COLI
PADA AIR TAHU YANG DIJUAL PEDAGANG KAKI LIMA DI SEKITARAN KOTA KENDARI
Latar
Belakang
Di kota kendari sangat banyak beredar makanan dan
minuman jajanan yang diperjualbelikan baik di pasar-pasar , toko-toko, ataupun
pedagang kaki lima. Salah satu minuman yang diperjualbelikan oleh para pedagang
kaki lima adalah air tahu.
Minuman air tahu merupakan minuman tradisional yang
kaya akan protein. Namun, kekayaan protein tersebut ternyata tak diimbangi
dengan proses pembuatan, pengepakan, dan pendistribusian yang masih bertolak
belakang dengan kandungan proteinnya. Minuman tradisional ini yang tentunya
proses pembuatannya masih tradisional, jauh dari proses-proses modern yang
sangat mementingkan tingkat kesterilan, hal ini akan membuat minuman air tahu
tradisional ini akan sangat rentan beresiko terkontaminasi oleh bakteri
kontaminan. (www.healthkompas.com)
Salah satu bakteri kontaminan pada minuman yang sangat
sering mengkontaminasi yakni bakteri E.Coli. jika minuman air tahu ini telah
terkontaminasi oleh bakteri E.Coli, kemudian terkonsumsi oleh manusia, ini akan
memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kesehatan. Ditambah lagi jika
tingkat cemarannya sudah tinggi, maka akan membuat minuman ini menjadi beracun
bagi tubuh, masalah sederhananya adalah gangguan pencernaan, dan yang lebih
parah akan menimbulkan reaksi alergi dan bahkan menimbulkan keracunan yang jika
dibiarkan akan menyebabkan kematian.
Escherichia coli atau biasa disingkat E.Coli adalah
salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif yang dapat mengakibatkan
keracunan yang serius pada manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang
dihasilkan yang bernama verotoksin. (www.wikipedia.co.id)
Mudahnya minuman ini terkontaminasi oleh bakteri itu
dipengaruhi oleh pengolahan, pembuatan,fasilitas yang digunakan, pengepakkan,
pendistribusian, yang sangat tinggi berefek terkontaminasi. Ditambah lagi
minuman ini kaya akan nutrisi yang sangat disenangi dan sangat dibutuhkan oleh
bakteri tersebut.
Oleh karenanya sangat penting untuk mengkaji
permasalahan ini untuk mlihat sejauh apa cemaran bakteri E.Coli terhadap
minuman air tahu yang beredar di kota kendari ini. Atas dasar itulah sehingga
saya tertarik untuk melakukan penelitian yang saya ramu dalam judul “ Kajian
Cemaran E.Coli Pada Air Tahu Yang Dijual Pedagang Kaki Lima di Sekitaran Kota
Kendari”.
PERTUMBUHAN CANDIDA SP.
PADA MEDIA YG MENGANDUNG SHAMPO ANTI KETOMBE
Latar Belakang
Seperti
kita ketahui bersama Candida sp merupakan spesies cendawan/fungi/jamur yang tak
jarang menimbulkan infeksi. Salah satu contohnya adalah Candida Albicans yang
merupakan spesies cendawan patogen. Spesies ini merupakan penyebab infeksi
oportunistik yang disebut dengan kandidiasis yang banyak menyerang kulit,
mukosa atau organ dalam manusia. Kulit kepala merupakan salah satu flora yang
sangat disenangi pula oleh Candida sp.
Untuk
itu banyak dari kita dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan kulit kapala
kita dengan menggunakan shampo pada saat mandi. Seiring dengan banyaknya
masalah yang terjadi pada kulit kepala, para produksi shampo mulai banyak
membuat varian terhadap shampo yang dapat mengatasi masalah bagi kulit kepala
ataupun rambut. Salah satu jenis shampo tersebut adalah shampo anti ketombe.
Ketombe
yang disebut pula sindap dengan nama ilmiah Pityriasis capitis merupakan
pengelupasan kulit mati berlebihan dikulit kepala. Sel-sel kulit yang mati dan
terkelupas merupakan kejadian alami yang normal bila pengelupasan itu jumlahnya
sedikit. Kebanyakan kasus ketombe merupakan gejala seborrhoeic dermatitis, atau
karena infeksi jamur.
Infeksi
jamur inilah yang cenderung membuat kasus ketombe menjadi mungkin. Salah satu
jenis jamur yang banyak menginfeksi kulit adalah Candida sp. Dengan pemakaian
shampo anti ketombe diharapkan kasus ketombe ini dapat teratasi. Jika dikaji
data tersebut ada kemampuan dari shampo anti ketombe untuk mengurangi bahkan
menghentikan infeksi oleh jamur yang dapat menimbulkan ketombe. Artinya ada
kemampuan shampo anti ketombe untuk mengurangi bahkan mematikan pertumbuhan
dari Candida sp. Yang banyak menimbulkan infeksi pada kulit, terkhusus kulit kepala.
Atas
dasar hal-hal tersebutlah , maka saya berencana untuk mengkaji permasalahan ini
dengan menelaahnya yang saya bentuk dalam judul “ Pertumbuhan Candida sp. pada
media yang mengandung Shampo Anti Ketombe “.
PERBEDAAN HASIL
PEMERIKSAAN GLUKOSA URIN METODE BENEDICT DENGAN PEMBERIAN VITAMIN C 100 Mg, 500
Mg, DAN 100 Mg
Latar
Belakang
Glukosa
merupakan hasil metabolisme karbohidrat yang telah melalui berbagai aspek
katabolisme. Selain berada dalam darah, glukosa pun dapat terkandung dalam urin
atau yang dikenal dengan glukosuria.
Tes
komprehensif tergantung atas reduksi tembaga dan ini bersifat semikuantitatif.
Tes tradisional meliputi Larutan Benedict yang mengandung tembaga III sitrat
alkali (cupri sitrat) yang berwarna biru dengan adanya ion tembaga (III).
Dengan tereduksinya larutan benedict oleh glukosa atau zat-zat lain, warna biru
hilang dan terbentuk presipitat jingga merah dari tembaga (II) oksida. (D.N.
Baron, Kapita Selekta Patologi Klinik)
Vitamin
merupakan suatu senyawa organik yang tidak masuk dalam golongan karbohidrat,
protein, dan lemak. Jenis-jenis
dari vitamin sangat beragam, salah satunya adalah vitamin C. Vitamin
C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C8H8O8.
Dalam bentuk Kristal tidak berwarna, titik cair 190 - 192°C. bersifat larut
dalam air sedikit larut dalam aseton atau alcohol yang mempunyai berat molekul
rendah. Vitamin C sukar larut dalam chloroform, ether, dan benzene. Dengan
logam membentuk garam. Sifat asam ditentukan oleh ionisasi enolgroup pada atom
C nomor tiga. Pada pH rendah vitamin C lebih stabil dari pada pH tinggi.
Vitamin C mudah teroksidasi, lebih-lebih apabila terdapat Fe, Cu, enzim
askorbat oksidase, sinar, temperature yang tinggi. Larutan encer vitamin C pada
pH kurang dari 7,5 masih stabil apabila tidak ada
kata lisator seperti diatas. Oksidasi vitamin C akan terbentuk asam
dihidroaskorbat. (Ralph J. Fessenden, Kimia
Senyawa Organik)
Dalam
berbagai kasus, urin yang mengandung vitamin, salah satunya vitamin C, tentunya
akan memberikan gambaran hasil pemeriksaan glukosa yang berbeda, terutama
dengan menggunakan metode benedict.
Atas
hal tersebutlah saya ingin mempelajari permasalahan ini, dengan berencana
melakukan penelitian dengan judul “ Perbedaan Hasil Pemeriksaan Glukosa Urin
Metode Benedict Dengan Pemberian Vitamin C 100 Mg, 500 Mg, Dan 1000 Mg “.
Identifikasi
jamur pada sampel tempe koro benguk dan tempe kedelai
Latar Belakang
Tempe merupakan makanan tradisional
Indonesia yang merupakan hasil fermentasi biji kedelai atau beberapa bahan lain
yang menggunakan berbagai kapang genus Rhizopus seperti Rhizopus
oligosporus S., pembuatan tempe di Indonesia dimulai sejak tahun 1600
dengan menggunakan proses yang sederhana. Pada umumnya tempe yang dikenal
adalah tempe yang dibuat dari bahan dasar kedelai, tapi tidak menutup
kemungkinan tempe dapat dibuat dari komoditi lain seperti biji benguk, kecipir,
mlanding, dan ampas tahu.
Koro benguk adalah salah satu jenis
kacang-kacangan lokal yang belum banyak dikembangkan dalam pengolahan tempe.
Penggunaan biji koro benguk sebagai bahan pembuatan tempe bertujuan untuk
memberikan variasi bahan baku pembuatan tempe dan diversifikasi produk olahan
koro benguk. Koro benguk berpotensi sebagai pengganti bahan baku pembuatan
tempe karena kemampuannya untuk tumbuh dengan baik dengan hasil produksi yang
melimpah di lahan yang kering. Apabila ditinjau dari nilai gizinya, koro benguk
berpeluang untuk bersaing dengan kacang-kacangan yang lain. Biji mentah koro
benguk mempunyai kadar protein dan pati yang tinggi dengan kadar lemak yang
rendah, selain itu koro-koroan juga berpotensi sebagai pangan fungsional dengan
adanya kandungan polifenol
Tujuan
penelitian
Untuk mengetahu jenis jamur yang
terdapat pada sampel tempe koro benguk dan tempe kedelai
PERBEDAAN NILAI HEMATOKRIT METODE MIKRO MENGGUNAKAN
SAMPEL DARAH VENA DAN DARAH KAPILER
Latar Belakang
Pemeriksaan hematologi merupakan sekelompok pemeriksaan
laboratorium yang terdiri atas beberapa macam pemeriksaan. Pemeriksaan darah
rutin meliputi hemoglobin, jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, Laju Endap
Darah (LED). Pemeriksaan darah khusus meliputi gambaran darah tepi, jumlah
eritrosit, hematokrit, indeks eritrosit, jumlah retikulosit dan jumlah
trombosit
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan darah
khusus yang sering dikerjakan dilaboratorium berguna untuk membantu diagnosa
berbagai penyakit diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD), anemia, polisitemia.
Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan mikro. Pada
cara makro digunakan tabung wintrobe, sedangkan pada cara mikro
digunakan pipet kapiler
Metode pemeriksaan secara mikro sering digunakan karena cepat dan
mudah dibandingkan dengan metode makro yang membutuhkan sampel lebih banyak dan
waktu yang lama Metode pemeriksaan secara mikro berprinsip pada darah yang
dengan antikoagulan dicentrifuge dalam jangka waktu dan kecepatan
tertentu, sehingga sel darah dan plasmanya terpisah dalam keadaan mapat.
Prosentase volum kepadatan sel darah merah terhadap
volume darah semula dicatat sebagai hasil pemeriksaan hematokrit.
Untuk
pemeriksaan-pemeriksaan hematologi dan pemeriksaan lain yang menggunakan darah
sebagai bahan pemeriksaan, pengambilan darah penderita (sampling) merupakan
awal pemeriksaan yang harus dikerjakan dengan benar karena akan sangat
menentukan hasil pemeriksaan. Pemeriksaan hematokrit dapat diukur dengan menggunakan
darah vena atau darah kapiler. Darah kapiler digunakan bila jumlah darah yang
dibutuhkan hanya sedikit, sedangkan bila jumlah darah yang dibutuhkan lebih
dari 0,5 ml lebih baik menggunakan darah vena
Lokasi
pengambilan darah kapiler pada orang dewasa dipakai ujung jari atau cuping
telinga sedangkan lokasi pengambilan darah vena pada orang dewasa pada dasarnya
semua vena superfisial dapat dipakai namun yang sering digunakan ialah vena
mediana cibiti karena mempunyai fiksasi yang lebih sehingga memudahkan pada
saat sampling
Pada
sampling darah vena pemakaian ikatan pembendung yang terlalu lama atau kuat
dapat mengakibatkan hemokonsentrasi. Hemolisis juga dapat terjadi jika spuit
dan jarum yang digunakan basah atau tidak melepaskan jarum spuit terlebih
dahulu ketika memasukkan darah ke dalam botol sampel Sampling darah kapiler
lebih mudah dibanding dengan sampling yang lain. Namun tempat penusukan harus
baik, aliran darah lancar dan tidak boleh ada 3
PERBEDAAN KADAR
HEMOGLOBIN PADA PEROKOK AKTIF DAN PEROKOK PASIF DI ATAS 17 TAHUN
Latar belakang
Merokok
dapat menggangu kesehatan,kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri.Banyak
penyakit telah terbukti menjadiakibat buruk merokok, baik secara langsungmaupun
tidak langsung. Asap rokok merupakan
polutan bagi manusia danlingkungan sekitarnya. Bukan hanya bagikesehatan,
merokok menimbulkan pulaproblem di bidang ekonomi. Di negaraindustri maju, kini
terdapat kecenderunganberhenti merokok, sedangkan di negaraberkembang, seperti
Indonesia malahcenderung timbul peningkatan kebiasaanmerokok
Haemoglobin merupakan protein utama
tubuh menusia diketahui berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru
ke jaringan perifer dan
Co 2 dari jaringan keparu-paru. Karena itu haemoglobin merupakan model
protein yang menarik xxv
untuk mengkaji struktur atau hubungan fungsi suatu makro molekul. Akan
tetapiyang sama menariknya adalah observasi yang menunjukkan bahwa bila molekul
haemoglobin tidak berfungsi normal sebagai akibat kelainan herediter ,
biasanya menyebabakan penyakit yang memerlukan perhatian dokter ahli.Analisis molekul
yang diteliti dari
Haemoglobin abnormal dapat
memberikan kesimpulan penting mengenai struktur hubungan fungsi dari molekul haemoglobin
abnormal dan haemoglobin mungkin lebih dimengerti dari pada protein
lain.Hal yang paling penting dari molekul haomoglobin adalah kemampuannya mengikat
oksigen dengan lemah dan secara reversible Fungsi primer haemoglobin dalam tubuh
tergantung pada kemampuan berikatan dengan oksigen dalam paru-parudan kemudian
melepaskan oksigen ini kekapiler jaringan dimana tekanan gas darioksigen jauh
lebih rendah dari pada dalamparu-paru Selain mengangkut oksigen dari paru-paru
ke jaringan perifer,
Tujuan ; untuk mengetahui kadar hemoglobin pada
perokok aktif dan perokok pasif
MORFOLOGI ERITROSIT
PADA APUSAN DARAH EDTA BERDASARKAN WAKTU PENYIMPANAN SAMPEL SELAMA 0 JAM, 1,5
JAM, 3 JAM, 4,5 JAM
Latar
Belakang
Darah merupakan gabungan dari cairan, sel -sel dan
partikel yang menyerupai sel, mengalir dalam arteri menuju kapiler dan
dilanjutkan ke vena, mengirimkan oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan sebagai
penghasil energi dan membawa karbondioksida serta limbah lainnya masuk ke
jaringan ekskresi untuk dibuang, seperti keringat(Wikipedia, 2009 ).
Tubuh manusia tersusun dari milyaran sel darah yang
memiliki peranan penting dalam proses metabolisme. Terdapat tiga tipe sel da
rah pada manusia, sel darah merah yang merupakan jumlah sel darah terbanyak,
sel darah putih, dan trombosit, masing-masing memiliki fungsi dan jumlah
berbeda dalam tubuh.
Fungsi utama dari sel-sel darah merah, yang juga
dikenal sebagai eritrosit, adalah mengangkut hemoglobin, dan seterusnya
mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Selain mengangkut hemoglobin,
sel-sel darah merah juga mempunyai fungsi lain. Contohnya, ia mengandung banyak
sekali karbonik anhidrase, yang mengkatalisis reaksi antara karbon dioksida dan
air, sehingga meningkatkan kecepatan reaksi bolak-balik ini beberapa ribu kali
lipat. Cepatnya reaksi ini membuat air dalam darah bereaksi dengan banyak
sekali karbon dioksida, dan dengan demikian mengangkutnya dari jaringan menuju
paru-paru dalam bentuk ion bikarbonakt (HCO3-). Hemoglobin yang terdapat sel
dalam sel juga merupakan dapar asam-basa (seperti juga pada kebanyakan
protein), sehingga sel darah merah bertanggung jawab untuk sebagian besar daya
pendaparan seluruh darah. Sel darah merah normal, berbentuk lempeng bikonkaf
dengan diameter kirakira 7,8 mikrometer dan dengan ketebalan pada bagian yang
paling tebal 2,5 mikrometer dan pada bagian tengah 1 mikrometer atau kurang.
Volume rata-rata sel darah merah adalah 90 sampai 95 mikrometer kubik. Bentuk
sel darah merah dapat berubah-ubah ketika sel berjalan melewati kapiler.
Sesungguhnya, sel darah merah merupakan suatu “kantung” yang dapat diubah
menjadi berbagai bentuk. Selanjutnya, karena sel normal mempunyai membran yang
sangat kuat untuk menampung banyak bahan material di dalamnya, maka perubahan
bentuk tadi tidak akan meregangkan membran secara hebat, dan sebagai akibatnya,
tidak akan memecahkan sel, seperti yang akan terjadi pada sel lainnya. Seperti
telah disebutkan sebelumnya bahwa fungsi terpenting sel darah merah adalah
transpor O2 dan CO2 antara paru-paru dan jaringan. Suatu protein eritrosit,
yaitu hemoglobin, memainkan peranan penting pada kedua proses tersebut.
Tes laboratorium yang paling umum adalah hitung
darah lengkap (HDL) atau complete blood count (CBC), yang merupakan penilaian
dasar dari komponen sel darah. Selain untuk menentukan jumlah sel darah dan
trombosit, prosentase dari setiap jenis sel darah putih dan kandungan
hemoglobin, hitung jenis sel darah biasanya menilai ukuran dan bentuk dari sel
darah merah. Dengan mengetahui bentuk atau ukuran yang abnormal dari sel darah
merah, bisa membantu mendiagnosis suatu
penyakit.
Selain itu pemeriksaan darah lengkap mampu mendeteksi berbagai macam gangguan
yang bermanifestasi di dalam darah, ol eh karena itu pemeriksaan ini biasanya
menjadi rangkaian pemeriksaan awal saat pasien berobat di rumah sakit.
Selain sebagai pemeriksaan awal, hitung darah
lengkap juga kerap dilakukan pada pemeriksaan rutin atau medical check-up.
( Wikipedia, 2009 ). Jika pemeriksaan membutuhkan darah atau plasma, spesimen
harus dikumpulkan dalam sebuah tabung yang berisi antikoagulan. Antikoagulan
adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan cara mengikat kalsium atau
dengan menghambat pembentukan trombin yang diperl ukan untuk mengkonversi
fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan. Spesimen -antikoagulan harus
dicampur segera setelah pengambilan spesimen untuk mencegah pembentukan
microclot. Pencampuran yang lembut sangat penting untuk mencegah hemolisis. (
Wikipedia,2009 ) Untuk pemeriksaan sediaan hapus darah tepi, sebaiknya
menggunakan darah dengan antikoagulan EDTA. ( R.Gandasoebrata, 2007 ).
Pemeriksaan
yang memakai darah EDTA sebaiknya segera dilakukan karena eritrosit akan membengkak
dan trombosit dapat mengalami disintegrasi bila pemeriksaan terlalu lama
ditunda. Kalau terpaksa ditunda sebaiknya diperhatikan batas waktu yang masih
diperbolehkan, yaitu sebelum 2 jam. ( Arjatmo Tjokronegoro dan Hendra Utama,
1996 ). Namun faktanya, sekarang tidak jarang di beberapa rumah sakit
pengambilan sampel dilakukan oleh perawat, baru kemudian dikirim ke
laboratorium. Atau karena banyaknya pasien, sehingga pemeriksaan tertunda dan b
atas waktu pemeriksaan sampel pun kurang diperhatikan, terkadang lebih dari 2
jam. Akibatnya pemeriksaan harus ditunda dan hal ini dapat mempengaruhi hasil
akhir pada pembacaan preparathapus darah tepi.
HASIL PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN
PADA DARAH VENA DAN KAPILER MENGGUNAKAN ALAT BC-2600 AUTO ANALIZER HEMATOLOGI
Latar
Belakang
Darah adalah suatu fluida (yang dinamakan plasma) tempat
beberapa bahan terlarut dan tempat eritrosit, leukosit dan beberapa bahan lain
yang tersuspensi. Sistem peredaran darah terdiri dari jantung(yang merupakan
pusat pemompaan darah), arteri (pembuluh darah dari jantung), kapiler (yang
menghubungkan arteri dengan vena) dan vena (pembuluh darah yang menuju
jantung). Sistem peredaran darah pada ikan disebut sistem peredaran darah
tunggal. Yang dimaksud dengan peredaran darah tunggal adalah dimana darah hanya
satu kali saja melewati jantung. Darah yang terkumpul dari seluruh tubuh masuk
ke atrium. Pada saat relaksasi, darah mengalir pada sebuah katup kedalam
ventrikel yang berdinding tebal. Kontraksi dari ventrikel ini sangat kuat
sehingga menyebabkan darah keluar menuju jaringan kapiler insang lalu dari
insang darah mengalir ke jaringan kapiler lain dalam tubuh. Pertukaran zat-zat
pun terjadi pada saat pengaliran darah ini.
Darah berfungsi mengedarkan suplai makanan kepada sel-sel
tubuh, membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh, membawa hormon dan enzim ke
organ yang memerlukan. Pertukaran oksigen terjadi dari air dengan
karbondioksida terjadi pada bagian semipermeable yaitu pembuluh darah yang
terdapat di daerah insang. Selain itu, di daerah insang terjadi pengeluaran
kotoran yang bernitrogen.
Dalam menunjang diagnosa suatu penyakit adalah
dengan pemeriksaan laboratorium yang baik. Salah satu pemeriksan laboratorium
yang sering digunakan adalah pemeriksaan hemoglobin. ( Fakultas Kedokteran UI,
2000 ). Pemeriksaan kadar hemoglobin termasuk salah satu pemeriksaan darah rutin
yang dibutuhkan untuk mendiagnosa suatu penyakit dan banyak diminta diklinik.
Hal ini disebabkan oleh makin meningkatnya kebutuhan akan data tersebut. Dengan
meningkatnya permintaan pemeriksaan kadar hemoglobin maka pemeriksaan kadar
hemoglobin dengan menggunakan alat BC-2600 Auto analizer hematologi maka pemeriksaan
kadar hemoglobin menjadi lebih mudah, cepat, dan teliti.
Pengumpulan atau pengambilan sampel darah yang baik
merupakan langkah awal dalam menjamin ketelitian dan kepercayaan terhadap hasil
pemeriksaan laboratorium. Specimen darah untuk pemeriksaan hematologi (pemeriksaan
hemoglobin) dapat diperoleh dari darah vena ataupun darah kapiler. ( Pendidikan
Ahli Madya Analis Kesehatan, 1996 )
Pembuluh darah vena yang membawa darah dari bagian
tubuh yang masuk ke dalam jantung,. Pada umumnya darah vena banyak mengandung
gas CO2. Pembuluh ini terdapat katup yang tersusun sedemikian rupa sehingga
darah dapat mengalir ke jantung tanpa jatuh kearah sebaliknya. Pembuluh darah
kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan, oleh karena itu secara langsung
berhubungan dengan sel. Karena dindingnya yang tipis maka plasma dan zat
makanan merembes kecairan jaringan antar sel. ( Evelyn C. Pearce, 2006 )
Susunan darah dalam kapiler dan dalam vena
berbeda-beda. Darah vena berwarna lebih tua dan agak ungu kerena banyak dari
oksigennya sudah diberikan kepada jaringan. Darah dalam kapiler terus-menerus
berubah susunan dan warnanya karena terjadinya pertukaran gas. ( Evelyn C.
Pearce, 2006 )