BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit menular seksual (PMS,
penyakit kelamin) adalah salah satu penyakit menular yang paling umum ditemukan
di berbagai negara. Penyakit menular seksual kadang-kadang disebut sebagai
infeksi menular seksual, karena kondisi ini melibatkan transmisi organisme
menular antara pasangan seks. Lebih dari 20 PMS yang berbeda telah
diidentifikasi, dan jutaan orang baik pria maupun wanita yang terinfeksi setiap
tahunnya.
Tergantung pada penyakit,
infeksi dapat menyebar melalui jenis aktivitas seksual yang melibatkan organ
seks, anus, atau mulut, infeksi juga dapat menyebar melalui kontak dengan darah
selama aktivitas seksual. Orang-orang yang berbagi jarum yang tidak steril
secara nyata meningkatkan kesempatan untuk melewati banyak penyakit, termasuk
penyakit kelamin kepada orang lain.
Penyakit menular seksual
mempengaruhi laki-laki dan perempuan dari segala usia dan latar belakang,
termasuk anak-anak. Perkembangan penyakit seksual ini dipicu pleh mengkatnya
aktifitas seksual pada usia yang lebih muda, memiliki banyak pasangan, dan
tidak menggunakan metode pencegahan penularan penyakit menular seksual.
1.2 Rumusan Masalah
1. Definisi
Penyakit Menular Seksual ?
2. Etiologi Penyakit Menular Seksual ?
3. Klasifikasi
Penyakit Menular Seksual ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar
dapat mengetahui Pengertian Penyakit Menular Seksual (PMS)
2. Agar
dapat mengetahui Etiologi Penyakit Menular Seksual (PMS)
3. Agar
lebih dapat memahami klasifikasi bakteri Penyakit Menular Seksual (PMS)
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Penyakit menular seksual (PMS,
penyakit kelamin) adalah salah satu penyakit menular yang paling umum ditemukan
di berbagai negara. Penyakit menular seksual kadang-kadang disebut sebagai
infeksi menular seksual, karena kondisi ini melibatkan transmisi organisme
menular antara pasangan seks. Lebih dari 20 PMS yang berbeda telah
diidentifikasi, dan jutaan orang baik pria maupun wanita yang terinfeksi setiap
tahunnya.
2.2
Etiologi
Penyakit menular seksual dapat
hadir tapi tidak menimbulkan gejala, terutama pada wanita (misalnya, klamidia,
herpes genital atau gonorrhea). Hal ini tidak menutup kemungkinan bisa terjadi
pada beberapa pria. Masalah kesehatan dan konsekuensi jangka panjang dari PMS
cenderung lebih parah bagi wanita dari pada laki-laki. Beberapa PMS dapat
menyebabkan infeksi panggul seperti penyakit radang panggul (PID), yang dapat
menyebabkan abses Tuba ovarium. Abses pada gilirannya dapat menyebabkan parut
pada organ reproduksi, yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik (kehamilan di
luar rahim), infertilitas atau bahkan kematian bagi seorang wanita.
2.3
Klasifikasi
Penyebab penyakit menular
seksual ini dapat terjadi akibat serangan bakteri seperti Chancroid
(Haemophilus ducreyi), Klamidia (Chlamydia trachomatis), Gonore (Neisseria
gonorrhea), Granuloma inguinale (Calymmatobacterium granulomatis),
Lymphogranuloma venereum (Chlamydia trachomatis), atau Sifilis (Treponema
pallidum). Penyakit menular seksual akibat virus contohnya herpes genitalia,
hepatitis, HIV, dll. Ada juga akibat infeksi jamur (Candida albicans). Yang
terakhir akibat dari parasit seperti pediculosis pubis, sarcoptes scabiei .
1.
NEISSERIA GONORRHOEAE

Kingdom
: Bacteria
Phylum :
Proteobacteria
Class
: Beta Proteobacteria
Ordo :
Neisseriales
Familia
: Neisseriaceae
Genus :
Neisseria
Spesies
: Neisseria gonorrhoeae
Pewarnaan
Gram dari eksudat pewarnaan Gram dari biakan murni

Neisseria gonorrhoeae
adalah kuman gram negatif bentuk diplokokus yang merupakan penyebab infeksi
saluran urogenitalis. Kuman ini bersifat fastidious dan untuk tumbuhnya perlu
media yang lengkap serta baik. Akan tetapi, ia juga rentan terhadap kepanasan
dan kekeringan sehingga tidak dapat bertahan hidup lama di luar host-nya.
Penularan umumnya terjadi secara kontak seksual dan masa inkubasi terjadi
sekitar 2–5 hari.

Gonococci menyerang membran selaput lendir dari
saluran genitourinaria, mata, rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah akut
yang mengarah ke invasi jaringan; hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan
fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra, nanah berwarna kuning
dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing. Infeksi urethral pada pria
dapat menjadi penyakit tanpa gejala. Pada wanita, infeksi primer terjadi di
endoserviks dan menyebar ke urethra dan vagina, meningkatkan sekresi cairan
mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba uterina, menyebabkan salpingitis,
fibrosis dan obliterasi tuba.
Bakterimia
yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi kulit (terutama Papula dan
Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada tangan, lengan, kaki dan
tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi pada lutut,
pergelangan kaki dan tangan. Endocarditis yang disebabkan oleh gonococci kurang
dikenal namun merupakan infeksi yang cukup parah. Gonococci kadang dapat
menyebabkan meningitis dan infeksi pada mata orang dewasa; penyakit tersebut
memiliki manisfestasi yang sama dengan yang disebabkan oleh meningococci.
Gonococci
yang menyebabkan infeksi lokal sering peka terhadap serum tetapi relatif
resisten terhadap obat antimikroba. Sebaliknya, gonococci yang masuk ke dalam
aliran darah dan menyebabkan infeksi yang menyebar biasanya resisten terhadap
serum tetapi peka terhadap penisilin dan obat antimikroba lainnya serta berasal
dari auksotipe yang memerlukan arginin, hipoxantin, dan urasil untuk
pertumbuhannya.

Masa tunas
sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang-kadang
lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati sendiri
tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak
diperhatikan oleh penderita.
Gejala dan tanda pada pasien laki-laki dapat muncul 2
hari setelah pajanan dan mulai dengan uretritis, diikuti oleh secret purulen,
disuria dan sering berkemih serta malese. Sebagian besar laki-laki akan
memperlihatkan gejala dalam 2 minggu setelah inokulasi oleh organisme ini. Pada
beberapa kasus laki-laki akan segera berobat karena gejala yang mengganggu.
Pada perempuan, gejala dan tanda timbul dalam 7-21 hari,
dimulai dengan sekret vagina. Pada pemeriksaan, serviks yang terinfeksi tampak
edematosa dan rapuh dengan drainase mukopurulen dari ostium. Perempuan yang
sedikit atau tidak memperlihatkan gejala menjadi sumber utama penyebaran
infeksi dan beresiko mengalami penyulit. Apabila tidak diobati maka tanda-tanda
infeksi meluas biasanya mulai timbul dalam 10-14 hari. Tempat penyebaran
tersering pada perempuan adalah pada uretra dengan gejala uretritis, disuria,
dan sering berkemih. Pada kelenjar bartholin dan skene menyebabkan pembengkakan
dan nyeri. Infeksi yang menyebar ke daerah endometrium dan tuba falopii
menyebabkan perdarahan abnormal vagina, nyeri panggul dan abdomen dan gejala-gejala
PID progresif apabila tidak diobati.

Untuk pengambilan bahan
pemeriksaan, diperlukan prasarana
sebagai berikut:
a) Kapas
steril.
b) Kapas lidi (kapas yang diberi
tangkai dengan panjang 10-20 cm) steril.
c) Speculum vagina, khusus untuk
pengambilan bahan pada wanita dari vagina dan
srviks uteri.
d) Tabung steril untuk
mengirimkan bahan ke laboratorium atau lebih baik
specimen dimasukkan ke dalam medium transport.
Untuk specimen dari
penderita laki-laki :
a) Berupa nanah yang keluar dari urethra.
b) Bila terhadi uretrhritis posterior, bahan pemeriksaan diambil dengan cara
memasukkan kapas lidi steril yang dibasahi aquadest ke dalam urethra.
c) Dapat berupa hasil sentrifugasi dari urin.
d) Pada prostatitis, specimen diperoleh dari endapan urin setelah pemijatan
kelenjar prostat.
Selain itu,
specimen pada wanita dan laki-laki juga bisa diambil dari rectum (proktitis),
sendi (artritis), mata (gonoblenorrhoe), darah (gonokoksemia); faring
(faringitis), kulit (lesi kutaneus).
Beberapa
keadaan yang dapat merupakan rangsangan untuk maksud pengambilan specimen
adalah :
a) Rangsangan alamiah, misalnya menstruasi;
b) Rangsangan fisiologis, misalnya koitus menggunakan kondom;
c) Rangsangan artifisial;
·
Mekanik, massase urethra laki-laki dan massase
vesikuloprostat,
·
Khemis,
·
Minum alcohol.
Selanjutnya,
terhadap specimen dilakukan :
a) Pemeriksaan langsung dengan pewarnaan gram,
b) Pembiakan pada medium selektif,
c) Fermentasi gula-gula,
d) IFA (Immune Fluorescence Antibody) technique.
Pada
diagnosis laboratorium, perlu diingat adanya bakteri atau organisme lain yang
terdapat di daerah system urogenital eksterna yang sering ikut terambil oleh
kapas lidi steril yang digunakan sehingga harus berhati-hati dalam menegakkan
diagnosis gonorrhoe

Untuk
pengobatan, penisilin merupakan obat pilihan, tetapi sekarang diperlakukan
dosis yang sangat besar karena mekanisme resitensi bakteri.
1. Procaine penicillin G (injeksi) atau ampisilin (per oral), yang dikombinasi
dengan probenisid.
2. Obat lainnya : tetrasiklin, spektinomisin, kanamisin, dan golongan
kuinolon
Terdapat
kesulitan untuk melakukan control terhadap penyakit
gonorrhoe oleh karena beberapa hal berikut ini :
a) Masa inkubasi yang sangat pendek.
b) Adanya gonorrhoe asimptomatik.
c) Aktivitas seksual dengan partner seks yang banyak.
d) Kadar hambat minimal penisilin terhadap Neisseria gonorrhoeae yang
makin meningkat.
2. TREPONEMA PALIDA

Kingdom : Eubacteria
Phylum : Spirochaetes
Class : Spirochaetes
Ordo : Spirochaetales
Familia : Treponemataceae
Genus : Treponema
Spesies : Treponema pallidum

Treponema
pallidum termasuk dalam
bakteri gram negatif berbentuk spiral, dengan ukuran panjang 5-10 µm (rata-rata
10-13 µm) dan tebal 0,1-0,2 µm (rata-rata 0,1-0,15 µm). Lilitan
spiralya tertata dengan jarak 1 µm satu sama lainya. Susunan Treponema pallidum (bobot kering) kira-kira
adalah 70% protein, 20 % liipid dan 5 % karbohidrat.
Treponema
palida adalah bakteri penyebab sifilis, yang ditularkan ketika hubungan seksual
dengan cara kontak langsung dari luka yang mengandung treponema. Treponema
dapat melewati selaput lendir yang normal atau luka pada kulit. 10-90 hari
sesudah treponema memasuki tubuh, terjadilah luka pada kulit primer (chancre
atau ulkus durum).
Organisme
ini bergerak secara aktif dengan mengadakan rotasi secara terus-menerus pada
filamen aksialnya yang sentral meskipun telah menambatkan pada sel hospes
dengan ujungnya yang meruncing.Treponema pallidum dapat bergerak
selama 3-6 hari pada suhu 25ºC. Di dalam darah lengkap atau plasma yang
disimpan pada suhu 4ºC, organisme ini tetap viabel selama sedikitnya 24 jam,
yang secara potensial penting pada tranfusi darah.

Manusia merupakan hospes
alami satu-satunya bagi Treponema
pallidum, dan infeksi terjadi akibat kontak seksual. Treponema pallidum yang merupakan patogen yang paling virulen
terhadap manusia, menyebabkan sifilis venerik pada manusia dan menimbulkan lesi
pada kulit dan testis.
Organisme ini menembus
selaput mukosa atau memasuki kulit yang mempunyai luka kecil. Setelah berada di
dalam hospes,organisme tersebut terlokalisasi pada tempat masuknya dan mulai
memperbanyak diri.
Treponema pallidum segera memasuki
aliran darah dan pembuluh limfe kemudian tersebar ke jaringan lainnya. Dengan
demikian, sejak awal sifilis merupakan penyakit yang menyerang seluruh bagian
tubuh, menyerang jaringan meliputikelenjar limfe, kulit, selaput mukosa, hati,
limfa, ginjal, jantung, tulang, laring, mata, otak, selaput otak, dan susunan
saraf pusat. Pada wanita lesi awal biasanya terdapat pada labia, dinding vagina
atau pada serviks, sedangkan pada pria lesi awal terdapat pada batang penis
atau pada dlans penis. Lesi primer dapat pula terjadi pada bibir, lidah,
tonsil, atau daerah kulit lainya.

Manifestasi
klinik sifilis bersifat kompleks, serta periode timbulnya masing-masing stadium
sangat berbeda. Pada saat jumlah bakteri Treponema meningkat, timbul
manifestasi klinik dan apabila jumlahnya berkurang sebagai akibat respon
respons hospes yang efektif, maka terjadi periode asimtomatik.
Pembagian sifilis
berdasarkan manifestasi klinik
(1) Masa
inkubasi yang berlangsung sekitar 3 minggu
(2) Stadium
primer yang ditandai oleh lesi kulit yang tidak nyeri (chancre)
pada tempat infeksi yang terkait dengan limfadenopati regional
dan bakteremia dini;
(3) Stadium
bakteremia sekunder atau stadium diseminata yang disertai lesi
mukokutan dan limfadenopati umum, sifilis sekunder terjadi sekitar
3 bulan setelah infeksi dan menampilkan dirinya dengan berbagai
gejala, terutama lesi pada kulit dan selaput lendir. Ini termasuk
ruam umumnya di telapak tangan, telapak kaki, wajah, dan kulit
kepala. Rincian dari selaput lendir muncul sebagai tambalan di bibir,
di dalam vulva, mulut, dan vagina. Individu yang terinfeksi juga bisa
mengalami demam, kehilangan nafsu makan dan kehilangan berat
badan selama tahap ini;
(4) Masa infeksi
subklinis (sifilis laten). Meskipun individu yang terinfeksi
tidak lagi menunjukkan gejala, pengujian secara serologik menegaskan
bahwa T.pallidum tetap ada. Transmisi pada tahap ini melalui
kontak seksual jarang. Jika tidak diobati, fase laten akan berlanjut
ke fase tersier;
(5) Pada
sejumlah kecil penderita, stadium lanjut atau tersier yang ditandai
oleh penyakit yang progresif dan dapat mengenai hampir seluruh
organ tubuh, terutama aorta asendens dan susunan syaraf pusat.

1. Spesimen
Spesimen yang digunakan dapat
berasal dari cairan jaringan yang diambvil dari lesi superfisial dini untuk
memperlihatkan adanya bakteri spirochaeta, sedangkan serum
digunakan untuk uji serologik. Kadang dapat diperlihatkan adanya spirochaeta dari
bahan biopsi. Dari bahan tersebut yang paling umum dilakukan adalah dengan
pewarnaan perak (Levaditi).
2.
Pemeriksaan mikroskop lapangan gelap
Pada pemerikdsaan sifilis
pemeriksaan mikroskop lapangan gelap merupakan pemeriksaan metode paling cepat
dan langsung untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan transudat serosa lesi
lembab atau basah, karena lesi dapat menunjukkan jumlahTreponema yang
paling banyak.
Lokasi pengambilan harus
dibersihkan dengan larutan garam faal dan dilakukan abrasi dengan kasa secara
hati-hati pada sehingga tidak timbul perdarahan yang nyata. Kemudian eksudat
serosanya diperiksa dengan miroskop lapangan gelap atau kontras fase dengan
memakai kaca objek yang ditutup dengan deck glass (dapat ditambahkan setetes
garam faal nonbakterisidik bila sediaan terlalu tebal) untuk mencari spirochaeta motil
yang khas.
Treponema pallidum akan
tampak seperti pembuka tutup botol (corkscrew), dan akan bergerak seperti
spiral, dengan undulasi yang khas pada titik tengahnya.
3. Imunofluoresensi
Cairan jaringan atau eksudat
disebarkan pada kaca objek, dikeringkan di udara. Sediaan difiksasi, diwarnai
dengan serum antitreponemal berlabel fluroresein, dan diperiksa dengan
mikroskop imunofluoresensi untuk mencari spirochaeta yang
khas.

Obat
pilihan untuk semua stadium sifilis adalah penisilin. Organisme ini mempunyai
replikasi yang lambat, sehingga diperlukan anti mikroba yang mempunyai sifat
treponemisid jangka panjang meskipun ada alternatif lain selain penisilin,
tetapi pengobatan nonpenisilin tidak dianjurkan pada ibu hamil tau yang
disertai HIV.
Penisilin dengan kerja jangka
panjang digunakan untuk mempertahankan kadarnya yang tinggi dalam serum selama
7-10 hari. Infeksi dapat diobati dengan prokain ppenisilin G. Bila terdapat
alergi terhadap penisilin, maka terdapat obat alternatif yaitu eritromisin dan
sefalosporin. Dosis yang diberikan tergantung stadium infeksinya.
Semua penderita sifilis harus
mengalami uji nontrreponemal kuantitatif serial pada bulan ke-3, ke-6 dan
ke-12. Atau dengan kata lain dilakukan follow-up dan pengobatan ulang.
Pengobatan ulang harus dipertimbangkan bila:
1. Tanda
dan gejala klinik sifilis menetap atau kambuh
2. Terdapat kenaikan kadar titer uji nontreponemal
3. Apabila uji RPR positif selama 12 bulan pada sifilis primer, 24 bulan pada sifilis sekunder dan 5 tahun pada sifilis lanjut.
2. Terdapat kenaikan kadar titer uji nontreponemal
3. Apabila uji RPR positif selama 12 bulan pada sifilis primer, 24 bulan pada sifilis sekunder dan 5 tahun pada sifilis lanjut.
3. HAEMOPHILUS DUCREYI

Chancroid disebabkan oleh bakteri gram
negatif Haemophilus ducreyi. Bakteri
ini merupakan bakteri berbentuk batang pendek, ramping, dengan ujung membulat (coccobasilus),
anaerob fakultatif, non-motile, tidak membentuk spora, mereduksi nitrat menjadi
nitrit, dan berukuran sekitar 1,5 μm (panjang) da 0,2 μm (lebar). Basil
seringkali berkelompok, berderet membentuk rantai (Streptobacillus) pada
pewarnaan Gram.

Chancroid
(ulkus mole) adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Gram-negatif
streptobacillus Haemophilus ducreyi. Ini merupakan penyakit yang ditemukan
terutama di negara-negara berkembang, yang terkait dengan pekerja seks
komersial dan klien mereka. Penularannya melalui hubungan seksual.
Pria
yang tidak disunat/khitan memiliki risiko tiga kali dibanding pria yang disunat
untuk kemungkinan terkena penyakit ini. Mengidap Chancroid menjadi faktor
risiko untuk tertular HIV karena Chancroid membuka jalan bagi masuknya HIV ke
dalam tubuh (melalui iritasi pada kulit).

Setelah
masa inkubasi satu hari hingga dua minggu, chancroid menimbulkan benjolan kecil
yang kemudian menjadi borok/lesi dalam satu hari. Borok yang khas memiliki
karakteristik:
Ø Rentang
ukuran 3-50 mm
Ø Nyeri
Ø Terlihat
jelas tapi batasnya tidak jelas
Ø Ditutupi
oleh lapisan berwarna abu-abu atau abu kekuning-kuningan
Ø Jika
tutupnya dilukai atau dikikis misal dengan kuku maka akan keluar darah.
Sekitar
setengah dari orang yang terinfeksi hanya memiliki satu borok. Perempuan sering
memiliki empat atau lebih bisul/borok. Bisul yang muncul di lokasi tertentu,
seperti pada kulit yang menutupi kepala penis (kulit yang biasanya dihilangkan
pada saat khitan/sunat) atau di fourchette dan labia minora perempuan. Borok
pada orang yang terkena sipilis memiliki lapisan lebih keras dibanding pada
chancroid.

Adapun pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendiagnosis chancroid adalah :
Ø Pemeriksaan
gram (Gram stain). Spesimen diambil dari apusan eksudat ulkus. Eksudat
diperoleh dari dasar ulkus dengan cotton swab. dapat memperlihatkan basil gram negatif, pendek, berantai, yang
disebut dengan tampilan “school of fish”, namun, H. ducreyi sulit dilihat pada
apusan gram dan spesimennya sering mengalami kontaminasi polimikrobial.
Sensitivitas metode ini < 50%.
Ø Metode
kultur. Ini merupakan metode diagnostik yang paling baik. H. ducreyi tidak
dapat dibiakkan pada medium rutin. Akan tetapi, dapat dibiakkan pada media
khusus yakni media yang diperkaya gonococcal agar dan Mueller-Hinton chocolate
agar atau Mueller-Hinton agar dibagian
dasar, kemudian dibagian atasnya ditambah dengan chocolate horse blood and
isovitale X (MH-HBC). Selain itu, pada media ini ditambahkan vancomycin
hydrochlorida untuk menghambat pertumbuhan yang berlebihan dari bakteri
kontaminan. Organisme ini paling baik tumbuh pada suhu 33˚C – 35˚C dengan
kelembaban tinggi. Koloni-koloninya berwarna kuning keabu-abuan dan nonmukoid.
Sensitivitas metode kultur adalah < 80 %.
Ø PCR.
Ini adalah tes diagnostik yang mempunyai sensibilitas dan spesifisitas paling
tinggi. Teknik PCR ini disebut juga dengan M-PCR (multiplex polymerase chain
reaction) yang melibatkan penambahan pasangan primer multipel ke campuan reaksi
dalam rangka memperbanyak sekuans DNA dari bahan lesi. PCR dianggap merupakan
tes gold-standar untuk diagnosis chancroid, hanya saja harganya mahal dan tidak
tersedia secara komersil.
Ø Tes
serologis
a. Enzyme immuno assay (EIA) : Dengan
menggunakan seluruh antigen sel, LOS yang telah
dimurnikan atau OMP H. ducreyi sebagai antigen.
b.
DOT Immunoblot
c.
Compliment fixation test

Untuk
pembaca umum, jangan coba beli obat sendiri tanpa resep dokter karena bisa
membuat kuman resisten (kebal) terhadap obat. Harap ditanyakan pada
dokter/medis yang berkompeten, untuk dokter/medis yang ingin mempelajari bisa
dicek di alamat Wikipedia (paling bawah) yang sudah diberi link ke alamat
bersangkutan (tampaknya masih diperlukan tambahan literatur).
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Penyakit
kelamin atau juga dikenal dengan Sexually Transmitted Diseases (STD) atau
Sexually Transmitted Infections (STI) adalah penyakit yang pada umumnya
ditularkan lewat hubungan seks. Jenis-jenis penyakit kelamin ini
gejala-gejalanya beda-beda dan cara penularannya pun beda. Memang betul bahwa
pada umumnya STD ditularkan lewat hubungan seks, tapi ada jenis-jenis STD yang
juga bisa nular melalui seks lewat anal atau lewat oral, ada juga yang bisa
menular melalui kontak darah,contohnya tersuntik jarum yang terinfeksi.
Penyakit kelamin bisa menyerang siapa saja, pria maupun wanita, tua atau muda.
·
STD yang disebabkan
oleh bakteri: Syankroid, Klamidia, Gonorea, Granuloma Inguinale, Sifilis.
·
STD yang disebabkan
oleh virus: Herpes (Genital Herpes), Kutil Kelamin (Genital Warts), Hepatitis
tipe A-E, HIV/AIDS, Molluscum Contagiosum
·
STD yang disebabkan
oleh protozoa
·
STD yang disebabkan
oleh jamur: Kandidiasis, Kadas/Kurap Selangkangan (Jock Itch)
·
STD yang disebabkan
oleh parasit: Kutu Kelamin (Pubic Lice), Scabies
3.2
Saran
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan
terimakasih.