TES WAKTU BEKUAN TERAKTIVASI (ACT)
Waktu bekuan
teraktivasi (ACT) merupakan modifikasi waktu bekuan Lee-White. Determinasi
dipercepat dengan penambahan suatu aktivator yang menurunkan waktu kontak
aktivasi dan meningkatkan koagulasi rata-rata. ACT bermanfaat untuk mempercepat tes.
METODE :
6.1. PRA ANALITIK
-
Persiapan
pasien :
a.
Terangkan bahwa tes ini digunakan untuk menentukan
waktu pembekuan teraktivasi.
b. Jelaskan bahwa tidak ada larangan makan
atau minum sebelum tes.
c. Ditanyakan apakah mengkonsumsi obat
sebelum tes seperti thiazid, sulfonamid, antineoplastik, antikoagulan atau
antiinflamasi.
d. Jelaskan untuk tidak takut waktu diambil
darahnya walaupun ada sedikit rasa sakit dan tidak enak.
-
Alat
dan Bahan: tube, stop watch, fotometer dan heparin.
6.2. ANALITIK
- Cara Hemochron
a. Tempatkan gelas tube yang berisi celite dan
magnet silindris kecil.
b. Ambil darah vena 2 ml, 3 – 5 menit setelah injeksi heparin.
c. Tuangkan 2 ml ke dalam tabung yang berisi
celite dan magnet silindris kecil dan tempatkan pada suhu 37oC.
d. Kocok dengan menggunakan shaker, kemudian
disimpan diatas rotator.
e. Stop watch di jalankan sampai terbentuk
rantai fibrin
f. Catat waktu bekuan dalam detik
- Cara Otomatik Hemotec
- 0,4 ml darah
dimasukkan ke dalam tabung yang berisi dua plastik cartridges yang berisi
aktivator kaolin
- Fibrin akan
terbentuk.
- ACT
terdeteksi melalui fotometer
6.3. PASCA ANALITIK
a.Nilai rujukan : Hemocron = 90 –
130 detik & Hemotec = 100 – 140 detik
KEPUSTAKAAN
1.
Laffan, M.A and Bradshaw, A.E. Investigation of Haemostatic in Dacie S. JV dan Lewis, S.M.,
Practical Hematology, 8th Edit., Churchill Livingstone, 1996; 297 –
325.
2.
Hillman, R.S. and Aull, K.A, Hematology in Clinical
Practice. 2nd Edition. Chapter 27 Normal
Haemostatic, McGraw Hill, 1998; 409 – 430.
3.
Shaw. M. Professional Handbook of Diagnostic Tests
Springhouse Corporation, 1995; 104 – 115.
4.
Allford. S.L. and
Machin. S : Haemostatic in Medical International, number 00 (2), 2000 ; 10 – 14.
5.
Hardjoeno, Interpretasi Hasil Tes Laboratorium
Diagnostik, Hasanuddin University Press, Makassar ,
2001; 11 – 20.
6.
Setiabudi, R, Oesman, F “Hemostatis dan trombosis”,
Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1992; 17 – 37.
7.
Campbell,D.B., Jobes,D.R., Ellisong,N., Coagulation
Management During and after Cardipulmonary Bypass, A Practical Approach to Cardiac Anesthesia,
Second Ed., Library of Congress Cataloging in Publication Data, New York, 1995;
434 – 462.
8.
Bojar, R.M., Mathisen, D.J., Warner, K.G., Manual of
Perioperative Care in Cardiac and Thoracic Surgery, Second Ed. Block Well
Sciense Inc., Boston, 1994; 83 – 99.