A. MEDIUM CAIR
Medium cair yang
dipakai ialah kaldu yang disiapkan sebagai berikut. Kepada 1 liter air murni
ditambahkan 3 g kaldu daging lembu dan 5 g pepton. Pepton ialah protein yang
terdapat pada daging, pada air susu, pada kedelai, dan pada putih telur. Pepton
mengandung banyak N2, sedang kaldu berisi garam-garam mineral dan
lain-lainnya lagi. Medium itu kemudian ditentukan pHnya 6,8 sampai 7, jadi
sedikit asam atau netral; keadaan yang demikian ini sesuai bagi kebanyakan
bakteri. Kaldu seperti tersebut di atas masih perlu disaring untuk kemudian
dimasukkan ke dalam tabung-tabung reaksi atau botol-botol. Penyaringan dapat
dilakukan dengan kertas saring. Setelah tabung atau botol berisi medium kaldu
tersebut disumbat dengan kapas, dapatlah mereka dimasukkan ke dalam alat
pensteril (autoklaf).
B. MEDIUM KENTAL (PADAT)
Dahulu kala orang
lazim menggunakan kentang yang di potong-potong serupa silinder untuk medium.
Silinder kentang mentah dibuat dengan pipa besi, lalu potongan-potongan itu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian tabung disumbat dengan kapas, dan
setelah itu disterilkan di dalam autoklaf. Setelah kentang dingin kembali,
permukaan atas dari silinder kentang dapat ditanami bakteri.
Suatu penemuan yang
baik sekali ialah medium dari kaldu yang dicampur dengan sedikit agar-agar.
Setelah medium itu disterilisasikan, dan kemudian dibiarkan mendingin, maka
kita perolehlah medium padat. Gelatin dapat juga dipakai sebagai bahan
pengental – dan memang dahulu orang biasa memakainya – tetapi sejak lama orang
lebih suka menggunakan agar-agar. Agar-agar baru mencair pada suhu 95oC,
sedangkan gelatin sudah mencair pada suhu 23o C. Dengan demikian
medium yang mengandung gelatin perlu disimpan dalam tempat yang lebih dingin
daripada temperatur kamar, jika dikehendaki medium tersebut tetap dalam keadaan
padat.
Agar-agar ialah
sekedar zat pengentai, dan bukan zat makanan bagi bakteri. Gelatin sebaliknya
dapat diencerkan oleh enzim-enzim bakteri. Gelatin diperoleh dari rebusan
tulang-tulang, jadi gelatin itu zat serupa perekat.
C. MEDIUM YANG DIPERKAYA
Kebanyakan bakteri
suka tumbuh pada dasar makanan seperti disebut di atas. Tetapi bakteri patogen
seperti Brucella abortus,
Mycobacterium tuberculosis, Diplococus pneumoniae, dan Neisseria gonnorhoeae
memerlukan zat makanan tambahan berupa serum atau darah yang tak mengandung
fibrinogen lagi. Fibrinogen adalah zat yang menyebabkan darah menjadi kental,
apabila keluar di luka. Serum atau darah itu dicampurkan ke dalam medium yang
sudah disterilkan. Jika pencampuran ini dilakukan sebelum sterilisasi, maka
serum atau darah tersebut akan mengental akibat pemanasan. Pada medium buatan
Loeffler, serum dicampurkan di dalam dasar makanan sebelum sterilisasi. Medium
ini baik sekali untuk memiara basil-basil dipteri. Juga medium yang memerlukan
tambahan putih telur dibuat dengan cara demikian. Sering kali orang menambahkan
susu atau air tomat kepada dasar makanan untuk menumbuhkan Lactobacillus dan
beberapa spesies lainnya.
D. MEDIUM YANG KERING
Pekerjaan
laboratorium sekarang ini banyak dipermudah dengan telah adanya bermacam-macam
medium yang tersedia dalam bentuk serbuk kering. Untuk menyiapkan medium
tersebut, cukuplah orang mengambil sekian gram serbuk kering tersebut untuk
dilarutkan dalam sekian gram serbuk kering tersebut untuk dilarutkan dalam
sekian liter air dan kemudian larutan itu disterilkan. Penentuan pH tidak perlu
lagi, karena hal itu sudah dilakukan lebih dulu pada pembuatan serbuk.
Periksalah “Difco Manual of dehydrated culture media and reagents for microbiological
and clinical laboratory procedures”.
E. MEDIUM YANG SINTETIK
Medium sintetik
berupa ramuan-ramuan
zat anorganik yang tertentu yang mengandung zat karbon dan nitrogen. Bakteri
autotrof dapat hidup dalam medium ini. Bakteri saprofit (istilah lain untuk ini
ialah saprobakteri)
dapat juga dipiara di dalam medium ini asalkan kepada medium ini ditambahkan
natrium sitrat dan natrium amonium fosfat; yang pertama merupakan sumber
karbon, sedang yang kedua merupakan sumber nitrogen. Medium ini buatan Koser, dan medium ini
berguna untuk membedakan Aerobacter
aerogenes dari Escherichia
coli; yang pertama dapat hidup dalam medium ini, sedang yang kedua
tidak. Medium yang hanya cocok untuk spesies-spesies tertentu, dan tidak cocok
untuk spesies-spesies yang lain, itu disebut medium
selektif.
Medium sintetik itu
umumnya dibuat secara eksperimental. Medium ini tidak menimbulkan zat-zat
penolak, apabila masuk tubuh hewan atau manusia. Selanjutnya medium sintetik
itu berguna sekali sebagai medium dasar dalam penyelidikan macam-macam vitamin,
asam amino dan lain-lain. Penyelidikan macam-macam vitamin, asam amino dan
lain-lain. Penyelidikan tentang ada tidaknya zat-zat tertentu dengan
menggunakan mikroorganisme itu disebut analisis
zat jadi atau bio-assay.