TES
DAN INTERPRETASI CAIRAN PLEURA
I. PENDAHULUAN
Pada keadaan
normal rongga pleura mengandung hanya
sedikit cairan yaitu ± 1 – 10 cc. Cairan
ini berada antara pleura visceralis dan pleura parietalis 1,2,3,4,5.
Fungsi cairan ini untuk membasahi tunika serosa dan keseimbangannya dijaga oleh
tekanan koloid osmotik kapiler,
permeabilitas dinding kapiler serta tekanan hidrostatik 6.
Efusi pleura
merupakan suatu keadaan dimana terjadi akumulasi cairan pleura yang abnormal
dalam rongga pleura. Efusi ini dapat disebabkan oleh proses transudasi dan eksudasi. Transudasi
adalah akumulasi cairan akibat proses non inflamasi atau bukan radang di dalam rongga pleura ditandai adanya perubahan
tekanan hidrostatik dan tekanan koloid dan proses eksudasi adalah akumulasi
cairan akibat proses inflamasi di dalam rongga serosa ditandai
perubahan permeabilitas membran pada permukaan pleura.. Efusi dapat juga terjadi akibat bendungan dan hambatan aliran
limfe karena tumor. 3,5,6,7
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kelainan
cairan pleura adalah tes makroskopi,
tes kimia, tes mikroskopi, tes mikrobiologi, petanda tumor 3,4,6,7,9.
PATOLOGI 1,6,7
Akumulasi
cairan berlebihan di dalam rongga pleura
disebabkan oleh :
1.
Peninggian permeabilitas kapiler karena inflamasi
seperti pada pneumonia atau pleuritis.
2.
Penurunan tekanan koloid osmotik karena hipoproteinemia
.
3.
Peninggian tekanan hidrostatik karena meningkatnya
tekanan vena misalnya pada payah jantung
kongestif dimana kadar protein sangat
bervariasi tergantung pada hambatan aliran limfe karena hipertensi vena.
4.
Hambatan aliran limfe karena tumor, inflamasi, fibrosis
.
5.
Peningkatan tekanan negatif intrapleura seperti
atelektasis.
6.
Perpindahan cairan dari rongga peritoneum ke rongga
pleura.
Keadaan –
keadaan patologik dalam tubuh yang dapat menghasilkan transudat antara lain :
nefrosis, dekompensasi kordis, obstruksi sirkulasi vena, kadar protein yang
rendah dan lain-lain. Cairan eksudat dapat dibedakan sesuai lokalisasinya
seperti pleuritis eksudativa, perikarditis eksudativa. Sifat cairan eksudat
tersebut dapat dibedakan : eksudat serous,
fibrinous, purulen atau hemoragik
Indikasi
pengambilan transudat/eksudat 1,3,6,7,9:
1.
Untuk mengetahui etiologi efusi (transudat/eksudat) tersebut.
2.
Untuk mengurangi gejala klinik misalnya : dispneu,
perut rasa sesak atau sakit mendadak.
3.
Untuk menghindari terjadinya kumpulan darah atau nanah,
misalnya hemitoraks atau empiema.
4.
Untuk mengurangi cairan di dalam rongga pleura, karena
akan diganti dengan obat yang akan dimasukkan ke dalam rongga tersebut.
Komplikasi
yang mungkin timbul antara lain :
- Terjadinya perdarahan
karena menusuk pembuluh darah atau organ
dalam tubuh yang mengakibatkan perdarahan.
- Perubahan letak organ atau
edema organ dalam tubuh karena keseimbangan protein dan
elektrolit berubah terutama bila pengambilan cairan transudat/ eksudat tersebut terlalu banyak. Karena itu dianjurkan
untuk sekali pengambilan tidak > 1000 cc .
TUJUAN
Untuk mendiagnosis kelainan pleura dan menentukan diferensial
diagnosisnya serta mengetahui interpretasi hasil-hasil tes yang dilakukan .
Prosedur punksi cairan pleura (Torakosentesis) 7
:
a)
Penderita dimasukkan dalam ruang tindakan/ruang khusus
untuk tindakan punksi pleura.
b)
Penderita didudukkan dengan posisi tegak atau bahunya
disandarkan ke.bantal atau memeluk bantal dalam keadaan duduk, kemudian
dilakukan perkusi dinding toraks belakang untuk menentukan ketinggian cairan
pleura dalam rongga pleura.
c)
Tempat melakukan punksi ialah ruang interkostal 6,7
atau 8 (sela iga 8 biasanya setinggi
ujung skapula) pada linea aksilaris posterior.
d)
Pada tempat punksi
dilakukan desinfeksi dengan bahan desinfektan (alkohol 70% dan
betadine).
e)
Dengan memakai sarung tangan steril, jarum (abbocath)
ukuran 16 ditusukkan ke dalam dinding
toraks bagian belakang, kemudian cairan pleura diaspirasi sebanyak 50 cc dengan
spoit steril, lalu dimasukkan ke dalam botol-botol yang bersih / steril dan
selanjutnya dikirim ke Laboratorium RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo untuk
dilakukan tes analisis cairan pleura.
II. METODE
A. TES MAKROSKOPI 4,6,7,9
1. Volume :
-
Pra analitik
o Persiapan
pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
o Persiapan
sampel : tidak ada persiapan khusus.
o Prinsip
tes : makin banyak volume cairan pleura
makin besar kerusakan pada rongga pleura.
o Alat
: Gelas ukur.
-
Analitik :
o Cara
kerja :
lihat banyaknya cairan pleura.
o Nilai
rujukan : makin banyak cairan berarti makin besar kerusakan.
-
Pasca analitik :
Interpretasi
o
Makin banyak cairan pleura berarti makin besar
kerusakan.
2.
Warna dan kejernihan
-
Pra analitik :
o Persiapan
pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
o Persiapan
sampel : tidak ada persiapan khusus.
o
Prinsip tes : setiap kelainan memberi warna dan
kejernihan yang berbeda.
o
Alat : tabung yang jernih
-
Analitik :
o
Cara kerja : lihat warna dan kejernihan sampel.
o
Nilai rujukan :
tidak berwarna dan jernih.
-
Pasca analitik :
Interpretasi
:
o
Warna transudat biasanya kekuning-kuningan dan
jernih, sedangkan warna eksudat dapat
berbeda-beda
o
Bilirubin memberi warna kuning.
o
Darah : warna merah atau coklat.
o
Pus : warna putih-kuning dan keruh.
o
Chylus : warna putih seperti susu dan keruh.
o
Pyocyaneus : warna kehijauan.
3.
Berat jenis (BJ)
- Pra analitik
o Persiapan
pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
o
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
o
Prinsip tes : menentukan jenis cairan.
o
Alat : Urinometer (bila cairannya banyak) dan
refraktometer (bila cairan yang dipakai sedikit).
-
Analitik
o
Cara kerja
: melihat berat jenis cairan.
o
Nilai rujukan
: < 1,018 ®
transudat ,
> 1,018 ® eksudat.
-
Pasca Analitik
Interpretasi
:
o
>1,018 : pleuritis tuberkulosa dan infeksi.
o
<1,018 : asites, nefrosis, payah jantung.
4.
Bekuan
- Pra
analitik
o Persiapan
pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
o
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
o
Prinsip tes : fibrinogen menyebabkan sampel
membeku.
o
Alat : tabung yang jernih.
-
Analitik
o
Cara kerja : biarkan sampel selama 1 jam,
kemudian lihat apakah ada bekuan atau tidak.
o
Nilai rujukan : tidak membeku.
-
Pasca analitik
Interpretasi :
o
Bekuan
(+) : ada proses peradangan.
o
Makin besar bekuan, makin berat peradangan.
B.
TES KIMIA
1.
Protein Total (secara kuantitatif )
- Pra analitik
o
Persiapan pasien : pasien harus berpuasa 6 – 8
jam sebelum pengambilan sampel
o
Persiapan sampel : serum tidak boleh hemolisis,
cairan pleura disentrifus terlebih dahulu.
o
Prinsip :
alkaline
Protein + Cu Cu-protein kompleks
ditambahkan sampel darah.
solution
.
Pembacaan
dilakukan dengan fotometer 10.
o
Alat dan bahan :
Ø
Pipet mikro 50 μl
Ø
Tabung mikro
Ø
Rak tabung dan rak reagen
Ø
Reagen 1 : Reagen Blank à NaOH 400 mmol/l, K-Na
Tartrat 84 mmol/l
Ø
Reagen 2 : Reagen Biuret à KL 61 mmol/l, CuSO4
24,3 mmol/l
-
Analitik
Cara kerja
o
Masukkan 50 μl sampel cairan pleura ke dalam
tabung mikro, lalu letakkan dalam rak sampel sesuai dengan nomor pemeriksaan.
o
Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program
tes protein.
o
Masukkan nomor identitas penderita dan program
tes.
o
Pengukuran akan dilakukan secara otomatis.
o
Hasil tes akan keluar pada print out.
-
Pasca analitik
Interpretasi
:
o
Bila kadar protein < 3 gr% à transudat.
o
Bila kadar protein > 3 gr% à eksudat.
5.
Tes Rivalta
-
Pra analitik
o
Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus.
o
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
o
Prinsip tes : adanya seromusin akan memberikan
gambaran awan putih.
o Alat dan bahan :
Ø
Gelas ukur
Ø
Aquades
Ø
Asam asetat glasial
-
Analitik
§
Cara kerja :
o
Campurkan 2 tetes asam asetat glasial ke dalam
100 ml aquades dalam gelas ukur.
o
Teteskan setetes cairan pleura yang akan
diperiksa ke dalam campuran tersebut .
o
Perhatikan tetesan itu bercampur dan bereaksi.
§
Nilai
rujukan : tidak ada kekeruhan
-
Pasca analitik
Interpretasi :
o
Bila tidak ada kekeruhan hasil tes negatif à
Transudat.
o
Bila terdapat kekeruhan hasil tes positif à
Eksudat.
6.
Tes glukosa
-
Pra analitik
Pra analitik dan analitik tes glukosa pada
serum dan cairan pleura adalah sama :
o
Persiapan pasien : pasien harus berpuasa 6 – 8
jam sebelum pengambilan sampel .
o
Persiapan sampel : serum tidak boleh hemolisis,
cairan pleura disentrifus terlebih dahulu.
o
Metode : Heksokinase
o
Prinsip : Larutan kerja (
buffer/ATP/NADP/HKG-6-PDH) ditambahkan ke dalam sampel dan akan terjadi reaksi
:
Glukosa + ATP
HK G-6-P +
ADP.
Heksokinase mengkatalisis
fosforilase menjadi glukosa-6-fosfat oleh ATP
G – 6 -PDH
G-6-P +
NADP glukonat- 6 – P + NADPH +H
o
Alat dan bahan :
Ø
Pipet mikro 50
μl
Ø
Tabung mikro
Ø
Rak tabung
Ø
Reagen 1 : Buffer / ATP/NADP
Ø
Reagen 2 : HK/G-6-PDH
-
Analitik
§
Cara kerja 10 :
§
Masukkan 50
μl sampel ke dalam tabung mikro, lalu letakkan sampel sesuai nomor
pemeriksaan.
§
Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program
tes glukosa.
§
Masukkan nomor identitas penderita dan program
tes.
§
Pengukuran dilakukan secara otomatis.
§
Hasil tes akan keluar pada print out .
§
Nilai rujukan :
Glukosa darah dan glukosa cairan pleura adalah sama.
-
Pasca analitik
Interpretasi :
o
Kadar glukosa transudat sama dengan kadar
glukosa darah.
o
Kadar glukosa eksudat lebih rendah.
o
Kadar glukosa cairan pleura <60 mg% sangat
menyokong etiologi tuber-kulosis paru.
7.
Laktik Dehidrogenase ( LDH )
-
Pra analitik
o
Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus.
o
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
o
Metode : Kinetik UV
o
Prinsip tes
:
Pyruvate
+ NADH + H
+ à L – Laktat + NAD
+
NADH akan mengoksidasi secara
langsung dengan bantuan aktivasi LDH
dan diukur dengan fotometer 10
.
o
Alat dan bahan :
Ø
Pipet mikro 50
μl
Ø
Tabung mikro
Ø
Rak tabung
Ø
Reagen 1 :
NADH 0,22 mmol
Ø
Reagen 2 : Tris 89 mmol, Pyruvate 1,8 mmol,
Sodium Ch/Na Ch 222 mmol, Sodium
Azide < 0,1%.
-
Analitik
§
Cara kerja :
§
Masukkan 50
μl sampel ke dalam tabung mikro, lalu letakkan dalam rak sampel sesuai
nomor pemeriksaan.
§
Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program
tes LDH.
§
Masukkan nomor identitas penderita dan program
tes.
§
Pengukuran dilakukan secara otomatis.
§
Hasil tes akan keluar pada print out 10
§ Nilai
rujukan : 100 – 190 IU
- Pasca
analitik
Interpretasi :
o
Transudat
à <
200 IU
o
Eksudat
à > 200 IU
o
Menurut LIGHT dkk kriteria untuk eksudat sebagai
berikut 7:
-
Ratio protein cairan pleura dengan protein serum
>0,5.
-
LDH cairan pleura >200 IU.
-
Ratio LDH cairan pleura dengan LDH serum >0,6.
C.
TES MIKROSKOPI
1. Jumlah eritrosit 6
-
Pra analitik
o
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan
khusus.
o
Persiapan sampel : Cairan pengencer adalah larutan Hayem dengan
perbandingan 1 : 200.
o
Prinsip tes : Sampel diencerkan dan dimasukkan
ke dalam kamar hitung (Hemositometer )
dengan memperhitungkan faktor pengenceran.
o
Alat dan bahan :
o
Larutan Hayem
o
Kamar hitung Improved Neubauer
o
Pipet eritrosit, selang pengisap
o
Mikroskop
o
Kaca objek dan kaca penutup
-
Analitik
§
Cara kerja :
o
Isap sampel ke dalam pipet eritrosit sampai
tanda 0,5.
o
Isap larutan Hayem sampai tanda 101, kocok isi pipet beberapa menit agar isi pipet bercampur baik, setelah itu buanglah
4-5 tetes isi pipet .
o
Siapkan kamar hitung dengan kaca penutup di
atasnya.
o
Teteskan isi
pipet perlahan-lahan ke dalam kamar hitung.
o
Kemudian dibaca di bawah mikroskop pada 5 kotak
eritrosit dengan menggunakan lensa 10 x . Hasilnya dikali 10.000.
§
Nilai rujukan : jumlah eritrosit < 10.000 mm3 .
-
Pasca analitik
Interpretasi 7:
o
Sejumlah kecil eritrosit dapat ditemukan dalam
semua jenis cairan pleura (transudat /
eksudat).
o
Cairan pleura yang bercampur darah dengan hitung
eritrosit >100.000 mm3
mempunyai nilai prediksi yang tinggi untuk penyakit keganasan, infark paru atau
trauma.
2.
Jumlah lekosit 6
-
Pra analitik
o
Persiapan tes : tidak dibutuhkan persiapan
khusus
o
Persiapan sampel : cairan pengencer adalah
larutan Turk dengan perbandingan 1:20, bila dengan cairan Turk menggumpal ,
maka diencer-kan dengan NaCl 0,9%.
o
Prinsip tes : Sampel diencerkan dan dimasukkan
ke dalam kamar hitung
( hemositometer) ; dengan memperhitungkan
faktor pengenceran.
o
Alat dan bahan :
§
Larutan Turk atau NaCl 0,9%
§
Kamar hitung Improved Neubauer
§
Pipet lekosit, selang pengisap
§
Mikroskop
§
Kaca objek dan kaca penutup
-
Analitik
§
Cara kerja :
o
Isap sampel ke dalam pipet lekosit sampai tanda
0,5.
o
Isap larutan Turk atau NaCl 0,9% sampai tanda
11, kocok isi pipet beberapa menit agar
isi pipet bercampur dengan baik. Setelah
itu buanglah 4 – 5 tetes isi pipet.
o
Siapkan kamar hitung dengan kaca penutup di
atasnya.
o
Teteskan isi pipet pelahan-lahan ke dalam kamar
hitung.
o
Hitung jumlah lekosit yang tampak dalam 4 kotak
lekosit dengan menggunakan lensa 10 x
hasilnya dikali 50.
§
Nilai
rujukan : jumlah lekosit < 1000 mm
3.
-
Pasca analitik
Interpretasi :
o
Lebih dari 80% transudat dan kurang dari 20 %
eksudat menunjukkan jumlah lekosit < 1000 mm 3.
o
Jumlah lekosit
> 10.000 mm 3 dijumpai pada pneumoni, infark paru,
pankreatitis, sindroma pasca infark miokard dan SLE 7.
3.
Morfologi dan hitung jenis
-
Pra analitik
o
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan
khusus.
o
Persiapan sampel : sampel harus diperiksa paling
lambat 1 jam setelah pengambilan untuk mencegah degenerasi sel yang ada. Sampel
dapat langsung dari cairan aspirasi atau dari sedimen cairan pleura yang telah
disentrifus (paling baik).
o
Prinsip tes : cairan pleura diapuskan di atas
kaca objek kemudian diwarnai.
o
Alat dan bahan :
Ø
Alat sentrifus
Ø
Kaca objek
Ø
Metil alkohol
Ø
Larutan Giemsa/Wrigt/ May-Grunwald Giemsa (
MGG).
Ø
Pengukur waktu.
Ø
Mikroskop dan minyak emersi 6.
-
Analitik
§
Cara kerja pewarnaan MGG
o
Ambil cairan
pleura yang telah disentrifus, apuskan di atas kaca objek, biarkan
mengering.
o
Fiksasi apusan tersebut dengan metil alkohol
selama 5 menit lalu dibilas dengan air mengalir.
o
Tetesi
sediaan apus dengan larutan May Grunwald
± 1 – 2 menit.
o
Tambahkan larutan buffer pH 6,4, diamkan selama
3 menit .
o
Warnai dengan larutan Giemsa yang sudah
diencerkan dengan buffer pH 6,4 dan biarkan 5 – 10 menit, cuci dengan air
mengalir, lalu keringkan.
o
Baca apusan di bawah mikroskop dengan pembesaran
100 x menggunakan minyak emersi.
§
Nilai rujukan : jumlah netrofil < 25 %.
-
Pasca analitik
Interpretasi
o
Jumlah netrofil < 25 % à
normal.
o
Predominasi lekosit PMN biasanya dihubungkan
dengan pneumonia, pankreatitis, infark paru, tumor dan penyakit vaskular
kolagen.
o
Cairan pleura yang mengandung banyak limfosit
tidak selalu disebabkan oleh tuberkulosis tetapi dapat pula karena proses
keganasan atau infeksi kronik.
o
Eosinofil dapat ditemukan meningkat pada
penyakit alergi seperti asma, penyakit parasit, pneumoni yang akan sembuh
7.
D. TES
MIKROBIOLOGI
1.
Pewarnaan Gram 11
- Pra analitik
o
Persiapan sampel : tidak diperlukan persiapan
khusus.
o
Persiapan sampel : sampel ditempatkan dalam
tabung yang steril tanpa antikoagulan.
o
Prinsip : bakteri akan menyerap zat warna
kristal violet. Dengan penambahan lugol, bakteri Gram positif akan tetap
mengikat warna ungu meskipun ada penambahan alkohol dan fuschin/safranin,
sedangkan bakteri Gram negatif akan
melepaskan warna ungu dengan adanya penambahan alkohol dan akan mengikat
safranin atau fuchsin menjadi warna merah.
o
Alat dan bahan :
Ø
Gelas objek
Ø
Minyak emersi
Ø
Mikroskop
Ø
Rak pewarnaan
Ø
Bunsen
o
Reagen :
Ø
Cat Gram A
: Kristal violet …………………
2 gram
(warna ungu) Alkohol
96%………………… 20 cc
Amonium oxalat 1 % dalam aqua 80 cc
Ø
Cat Gram B :
Jodium ……………………… 1 gram
(warna coklat) Kalium
jodida………………. 2 gram
Aquades ……………………. 300 cc
Ø
Cat Gram C :
Aceton ……………………... 30 cc
(tdk berwarna) Alkohol ……………………. 70 cc
Ø
Cat Gram D :
Safranin ……………………. 1 gram
Alkohol
96% ……………… 10 cc
Aquades …………………… 90 cc
-
Analitik
§
Cara kerja :
o
Buatlah sediaan di atas kaca objek, keringkan
pada suhu kamar dan panaskan di atas api
3 – 4 menit. Dinginkan.
o
Letakkan sediaan
di atas rak pewarnaan.
o
Preparat yang telah siap dicat digenangi dengan
cat Gram A selama 1- 3 menit. Kuman Gram
(+) dan Gram (-) akan berwarna ungu, kemudian cat dibuang dan tidak dicuci.
o
Kemudian digenangi cat Gram B selama ½ - 1 menit
, kemudian dicuci dengan air mengalir.
o
Tetesi / celup kaca objek ke dalam cat Gram C
sampai warnanya luntur.
o
Kemudian ditetesi dengan cat Gram D selama 1– 2 menit. Gram D merupakan warna
kontras maka bakteri Gram (+) yang telah
mengikat cat gram A tidak mampu mengikat Gram D, sehingga bakteri tetap
berwarna ungu, sedangkan bakteri Gram (-) yang telah dilunturkan oleh cat Gram
C (bakteri tidak berwar-na) akan
mengikat warna cat Gram D sehingga bakteri akan berwarna merah.
o
Cuci dengan air dan keringkan di udara.
o
Setelah kering, lihat di bawah mikroskop
pembesaran 100 x menggunakan minyak emersi.
§
Nilai rujukan :
o
Gram positif (+) : bakteri akan berwarna ungu,
bentuknya jelas (batang atau kokus).
o
Gram negatif (-)
: bakteri akan berwarna merah, bentuknya jelas (batang atau kokus).
- Pasca analitik
Interpretasi :
o
Transudat
à gram negatif
o
Eksudat à gram positif
2.
Pewarnaan Ziehl Neelsen 11
a. Pra
analitik
o
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan
khusus.
o
Persiapan sampel : sampel ditempatkan dalam
tabung yang steril tanpa antikoagulan.
o
Prinsip tes : bakteri akan mengikat warna merah sesuai sifatnya.
o Alat dan bahan :
Ø
Gelas objek
Ø
Minyak emersi
Ø
Mikroskop
Ø
Rak pewarnaan
Ø
Bunsen
Ø
Sengkelit
Ø
Kaca objek
o
Reagen :
Ø
Ziehl Neelsen A
: Fuschin basis …………… 1 gram
(warna
merah) Alkohol …………………. 10 cc
Phenol 5% dalam aqua….. 90 cc
Ø
Ziehl Neelsen B
: Asam khlorida pekat …… 3 cc
(tidak
berwarna) Alkohol 96% …………… 97
Ø
Ziehl Neelsen C
: Methylen blue 0,2 %
(warna
biru )
b.
Analitik
o
Cara kerja :
o
Buatlah sediaan di atas kaca objek, keringkan
pada suhu kamar dan panaskan di atas api 3 – 4 menit. Dinginkan.
o
Letakkan sediaan
di atas rak pewarnaan.
o
Preparat yang telah siap dicat dan digenangi
dengan cat ZN – A, kemudian dipanasi dengan lampu sampai menguap tetapi tidak
mendidih. Bakteri yang tahan asam dan yang tidak tahan asam akan berwarna
merah. Tunggu selama 5 menit kemudian dicuci dengan air.
o
Kemudian preparat ditetesi dengan cat ZN – B.
Bakteri yang tahan asam akan tetap berwarna merah, sedangkan yang tidak tahan
asam menjadi tidak berwarna. Setelah itu preparat segera diangkat dan dicuci
dengan air.
o
Setelah preparat digenangi dengan ZN – C selama
2 menit. Bakteri yang tahan asam tidak
akan mengikat warna ZN – C, tetapi akan mengikat warna biru. Setelah itu preparat
dicuci dengan air dan dikeringkan dalam
temperatur kamar.
o
Keringkan dan lihat di bawah mikroskop dengan
pembesaran 100 x menggunakan minyak emersi.
§
Nilai rujukan
o
Basil tahan asam à Basil terlihat berwarna merah.
o
Basil tidak tahan asam à Basil berwarna biru
c. Pasca analitik
Interpretasi
o
Transudat
à
tidak ditemukan basil tahan asam.
o
Eksudat à kadang ditemukan basil tahan asam.
E. PETANDA TUMOR
1.Carcinoembryonic Antigen (CEA) 12
-
Pra analitik
o
Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus.
o
Persiapan sampel : sampel yang digunakan adalah
serum atau plasma, hindari sampel yang hemolisis.
o
Prinsip tes : Enzyme immunoassay berdasarkan
prinsip “ Sandwich “
o
Alat dan bahan
Alat :
Ø
Instrumen Cobas EIA
·
fotometer (panjang gelombang 450 nm)
·
alat pencuci (washer)
·
pengeram (inkubator)
·
rak dan tabung reaksi yang dilengkapi adhesive
foil.
·
pipet
·
bead dispenser
Bahan :
Ø
manik-manik ( bead )
Ø
larutan TMB Substrate : 8 TMB
(Tetramethylbenzidine)
Ø
larutan TMB Buffer : 10 substrate buffer
Ø
Stopping solution : Sulphuric acid 5 %
Ø
Larutan standar 3 a – 3 f, kontrol
-
Analitik
§
Cara kerja :
I.
Semiotomatis
Reaksi imunologi :
a)
pipet sesuai skema di bawah ini (volume dalam μL)
Spesimen
/
sampel
|
Tabung reaksi
|
||||||||
S1
|
S2
|
S3
|
S4
|
S5
|
S6
|
C
|
P
|
RB
|
|
Standar 3a
|
50
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Standar
3b
|
|
50
|
|
|
|
|
|
|
|
Standar
3c
|
|
|
50
|
|
|
|
|
|
|
Standar
3d
|
|
|
|
50
|
|
|
|
|
|
Standar
3e
|
|
|
|
|
50
|
|
|
|
|
Standar
3 f
|
|
|
|
|
|
50
|
|
|
|
Kontrol
|
|
|
|
|
|
|
50
|
|
|
Sampel
pasien
|
|
|
|
|
|
|
|
50
|
|
Anti
CEA
Conjugate
|
200
|
200
|
200
|
200
|
200
|
200
|
200
|
200
|
|
Manik
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
|
S :
Standar C : Kontrol P : Sampel pasien RB : Reagen blanko
b). Tutup
tabung reaksi dan inkubasi pada inkubator Cobas EIA 37 0 C.
c). 30 menit kemudian kocok. Hindari dari
cahaya terang.
d). Angkat tutup tabung dan cuci dengan menggunakan Cobas EIA Washer.
Reaksi enzimatik
a.
10 menit sebelum akhir reaksi imunologik, larutan kerja
substrate disiapkan.
b.
tambahkan 250 μL larutan kerja substrat pada semua
tabung reaksi, termasuk RB dan inkubasi
selama 15 menit pada 37 0 C
pada inkubator Cobas EIA .
c.
Selanjutnya kocok dan jauhkan dari cahaya terang.
d.
Tambahkan stopping solution 1 ml pada semua tabung
reaksi, campur dengan baik.
e.
Setelah 1 jam, baca absorban dari standar, kontrol dan
sampel pasien, serta reagen blanko pada fotometer 450 nm.
II. Otomatis ( Cobas
Core® )
-
Prinsip pemeriksaan CEA cara otomatik sama dengan cara
semiotomatik.
Perbedaannya antara lain :
1.
Semua tahap reaksi pada pemeriksaan serta pengukuran
dilakukan oleh alat Cobas Core secara otomatis.
2.
Pada tahap reaksi enzimatik tidak dibutuhkan stopping
solution.
3.
Alat Cobas Core akan mengeluarkan hasil berupa lembar print
out.
-
Nilai rujukan
·
Nilai range alat
Cobas Core : 0 – 50 ng/ml.
·
Jika nilai > 50 ng/ml, sampel harus
diencerkan 1 : 10 dan 1 : 100, caranya sebagai berikut :
o
Pengenceran 1 :
10 ®
20 μl sampel + 180 μl diluent I .
o
Pengenceran 1 : 100 ® 20 μl dari pengenceran
1:10 tambah-kan 180 μl diluent I.
·
Nilai rujukan kadar CEA < 2,5 ng/ml.
- Pasca analitik
Interpretasi 14 :
o
Pada penyakit neoplasma, perokok berat sering
dijumpai kadar CEA hingga 5 ng/ml.
o
Pada keganasan umumnya dijumpai kadar CEA lebih
10 ng/ml.
o
Pemantauan kadar CEA untuk mengetahui respons
terhadap terapi dan progresivitas tumor.
o
Nilai >20 ng/ml preoperasi, berprognosis
kurang baik oleh karena menun-jukkan tingkat keganasan yang tinggi dan adanya
metastase.
o
Dalam klinik, untuk mendiagnosis nilai CEA ditunjang
dengan tes lain dan keterangan klinik pasien
PERBEDAAN TRANSUDAT DAN EKSUDAT 6,7
Parameter
|
Transudat
|
Eksudat
|
Cairan
|
Jernih
|
Keruh
|
Warna
|
Kuning
muda
|
Kuning –
hijau
|
Berat
jenis
|
<
1,018
|
>
1,018
|
Bau
|
Tidak
berbau
|
Berbau
|
Bekuan
|
( - )
bekuan
|
( + ) bekuan
|
pH
|
> 7,31
|
< 7,31
|
Protein
|
< 3
gr%
|
> 3
gr%
|
Glukosa
|
= plasma
darah
|
<
plasma darah
|
Kadar LDH
|
< 200
I U
|
> 200
I U
|
Rivalta
|
(-)
|
(+)
kekeruhan
|
Hitung
sel PMN
|
Sedikit
|
Banyak
|
Pewarnaan
Gram
|
(-)
negatif
|
(+)
biru-ungu
|
BTA
|
Tidak
ditemukan
|
Ditemukan
berwarna merah
|
Kultur
kuman
|
(-)
|
(+)
|
ANJURAN
UNTUK TES CAIRAN PLEURA 3
Rutin :
v Pemeriksaan
makroskopi
v Cairan
pleura/ratio protein serum
v Cairan
pleura/ ratio LD serum
v Pemeriksaan
mikroskopi
Berguna
untuk sebagian pasien :
v Pewarnaan
dan kultur mikroorganisme
v Sitologi
v Kolesterol
cairan pleura
Berguna
pada beberapa keadaan :
v pH
v LDH
v Amilase
v Biopsi
pleura
v Analisis
lipid
v Pemeriksaan
immunologi
v Petanda
tumor
v Cairan
pleura/ ratio bilirubin serum
ALGORITME
TES EFUSI PLEURA 11
KEPUSTAKAAN
- Speicher CE, Smith JW :
Penyakit Pleura dalam Pemilihan Uji
Laboratorium yang Efektif,
Penerbit Uji Laboratorium, EGC Jakarta. 1996 ; 188 – 195.
- Price.SA, Wilson LM :
Penyakit Pleura dan Paremkim
Paru-paru dalam Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,
edisi 4, Jakarta, 1995 ; 704 – 707.
- Henry JB : Pleural Fluid in
Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods, 19th WB Saunders Company 1996
; 472 – 476.
- Mukherjee KL : Laboratory
Examination of Miscellaneous Body Fluids
in Medical Laboratory Technology, Tata Mc Graw,
Hill Publishing Company Limited, New Delhi. 1988 ; 847 – 849.
- Harrison`s : Pleural Effusion in Principles of
Internal Medicine 13 th edition ; 1230-1233.
- Cairan Tubuh, Diktat Kuliah
: Transudat dan Eksudat, Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Unhas
1997; 1 – 13.
- Rany B Syaiful : Analisis
Pemeriksaan Cairan Pleura pada Penderita Efusi Pleura Non
Hemoragis ,
Karya Akhir Program Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran Unhas, Makassar
2000 ; 4 – 15.
- Rab Tabrani : Efusi Paru
dalam Ilmu Penyakit Paru, Penerbit Hipokrates Jakarta 1996 ; 574 – 577.
- Ganda Subrata R : Transudat
dan eksudat dalam Penentuan Laboratorium Klinik, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta, 1992 ; 147 – 153.
- Manual Cobas Mira, Roche,
1999.
- Fakultas Kedokteran UGM :
Pemeriksaan Mikroskopik dalam Dasar
– Dasar Peme-riksaan Mikrobiologi,
1993 ; 11 – 18.
- Roche , Manual Cobas Core
CEA EIA.
- Wijaya Andi: Petanda Tumor
untuk Diagnosis, Uji Saring dan Pemantauan Terapi Kanker, Program Pustaka
Prodia, Seri Petanda Tumor 02, 1992.
- Wallach J : Interpretation
of Diagnostic Test, Lippincott, Raven Publisher, 1998.