TES
UNTUK KEADAAN KHUSUS – ASAM PHENYLPRUVIC (PKU), PORPHYRINS
ASAM PHENYLPYRUVIC
Penyakit yang dikenal dengan phenylketonuria atau
PKU awalnya ditimbulkan oleh adanya asam phenylpruvic di dalam urin. Hal ini
disebabkan oleh ketidakadaan hereditas dari enzim phenylalanine hydroxylase,
yang penting untuk mengubah phenylalanine yang terkandung dalam susu dan
makanan terhimpun dalam jaringan dan darah. Dalam umur 4 minggu dan mungkin
lebih awal dari itu, metabolisme intermedit dari phenylalanine, khususnya asam
phenylpyruvic, mulai muncul pada urin anak balita. Ketika tidak ditindaki, PKU
bisa menyebabkan kerusakan otak dan keterlambatan mental. Namun, ketika
terdeteksi dini dan ditindaki dengan pengurangan phenylalanine, perkiraannya
baik untuk perkembangan mental. Oleh karena itu, sering mengetes urin balita
diawal kehidupannya untuk mengetahui ada atau tidaknya asam phenylpyruvic dalam
urin balita tersebut, merupakan cara yang paling tepat dalam mendeteksi
phenylketonuria.
Metode Penentuan
PHENISTIX
Reagent Strip dipenuhi dengan larutan yang berisi ion ferric yang membentuk
warna reaksi fosfat dari kelabu kebiru-biruan menjadi abu-abu hijau. Strip ini
adalah penghalang untuk mencegah tercampurnya fosfat. Setelah sekitar 30 detik,
strip tersebut dibandingkan dengan bagan warna yang berskala pada konsentrasi
0,15 mg, 40 mg dan 100 mg asam phenylpyruvic per 100 ml urin.
PHENISTIX
merubah warna merah muda menjadi ungu dalam urin yang mengandung salisilat dan
phenothiazine derivatives. Juga konsentrasi tinggi bilirubin atau amoniak dalam
urin mengubah reaksi warna normal yang dikembangkan dengan asam phenylpyruvic.
Tes ferric chloride membentuk warna reaksi yang
dapat digunakan untuk mendeteksi phenylketonuria. Untuk melakukan tes:
- Tambahkan
2 tetes asam hydrochloric lemah pada 5 ml urin untuk mengasamkan urin
tersebut.
- Tambahkan
2 tetes larutan ferric chloride 10% dan amati pembentukan warnanya. Hijau
gelap, warna sementara yang memudarkan penanda kuning asam phenylpyruvic.
Warna merah yang berubah menjadi ungu terjadi pada salisilat,
acetiphenetidines, phenol dan phenothiazide derivatives.
Ion fosfat dalam urin dapat menyebabkan
hasil negatif yang keliru. Ion tersebut dihilangkan sebelum melakukan tes
dengan mengambil:
1. 1 ml reagent magnesium (11 gm MgCl2 ,
14 gm NH4Cl, 20,0 ml konsentrasi NH4OH; cairkan menjadi 1
liter dengan air)
2. Tambahkan 4,0 ml urin dan aduk
3. Biarkan selama 5 menit; saring
4. Lalu, lakukan tes ferric chloride
PORPHYRINS
Porphyrins
adalah siklis dari senyawa tetrapyrolle yaitu yang ditemukan dalam
erythrocytes, yang menjadi penanda heme, dan yang digunakan tubuh untuk
menyatukan atau mensintesis enzim pernafasan yaitu cythochromes. Senyawa ini
adalah pigmen atau penanda enzim dan adanya senyawa ini dapat mengubah urin yang
awalnya berwarna merah muda menjadi merah. Urin pasien yang mengandung
porphyria biasanya berwarna merah pekat tapi bisa juga bervariasi dari merah
muda pucat hingga hampir berwarna hitam. Beberapa pasien mengeluarkan urin yang
berwarna normal yang mana sesudah itu berubah menjadi gelap setelah diekspos ke
cahaya.
Nilai Normal Rata-Rata
Coproporphyrins secara normal biasanya
dikeluarkan dalam urin dalam jumlah kisaran 70 sampai 250 µg/hari. Penegluaran
uroporpyrin dalam urin normalnya berkisar antara 10 sampai 30 µg/hari,
pengeluaran porphobilinogen tidak melebihi 2 µg/hari dan pengeluaran asam
delta-aminolevulinic adalah antara 1.0 dan 7,0 mg/hari.
Keadaan Penyakit Dimana
Jumlah Abnormal Porphyrins Dikeluarkan
Kesalahan sejak lahir dalam metabolisme
Dalam penyakit yang melibatkan metabolismen
hepatic, produksi porphyrins berlebih tejadi di hati.
Pada
intermittent porphyria akut, hati
menghasilkan penanda porphyrins dalam jumlah yang berlebih, umumnya
porphobilinogen dan asam delta aminolevulunic. Gejala klinis meliputi sakit
abdominal yang parah yang muncul sebentar-sebentar dan manifestasi neurologi
seperti peripheral neuropathy, gejala bulbar, perubahan psychotic dalam
kepribadian dan keterlibatan sistem saraf autonomi. Serangan penyakit umumnya terjadi
setelah pubertas. Penyakit tersebut ditandai dengan pengeluaran urin yang
abnormal dengan jumlah porphobilinogen dan asam delta aminoluvelunic yang
besar. Urin bisa menjadi tetap berwarna gelap selama konversi porphobilinogen
ke porphobilin dan uroporpyrin. Pembusukan akut dapat dipercepat dengan
alkohol, obat tidur dan hepatoxins.
Porphyria cutanea tarda disebabkan oleh
cacat dalam metabolisme porphyrin di hati. Hal itu ditandai oleh serangan sakit
perut abdominal akut dan manifestasi kulit mulai antara umur 10 dan 30. Kulit
mengembangkan bullous luka saat dikenai cahaya matahari atau setelah trauma
mekanik. Pengeluaran porphobilinogen dan asam delta aminolevulinic dalam urin
meningkat selama masa pembusukan akut; hal ini normal dalam waktu lain. Pengeluaran
coproporphyrin dan uroporphyrin dalam urin meningkat selama serangan akut;
pengeluaran coproporphyrin dan protoporphyrin dalam kotoran (feses) meningkat
setiap waktu. Selama serangan akut, urin berwarna merah.
Dalam
penyakit yang melibatkan metabolisme eritrosit, sejumlah besar porphyrins
disintesa dalam eritrosit di sum-sum tulang.
Congenittal porphyria erythropoletic
adalah suatu penyakit yang menjelma dalam masa kanak-kanak dengan serangan
yaitu kepekaan pada cahaya matahari, pembentukan besar bullous luka di atas
area kulit yang diarahkan ke sinar dan meningkatnya hemolysis dan
erythropoiesis. Urin tersebut berwarna merah muda hingga merah dan mengandung
uroporphyrin I dan coproporphyrin I dengan jumlah yang meningkat.
Kekacauan Metabolisme
Porphyrin Yang Diperoleh
Porphyria
cutanea tarda yang
diperoleh terjadi pada pasien dengan metabolisme hati yang kacau seperti
pecandu minuman beralkohol dan nutritional liver cirrhosis, ekspose ke bahan
kimia agen hepatotoxic tertentu dan penyakit hati yang berbahaya. Manifestasi
klinis sama seperti yang ditemukan dalam porphyria cutanea tarda sejak lahir
dan peningkatan ekskresi urin seperti uroporphyrin dan coproporphyrin terjadi.
Pengangkatan ekskresi coproporphyrin
dalam urin terjadi dalam banyak penyakit; infeksi/peradangan, penyakit
berbahaya, alcoholic cirrhosis, hepatitis terinfeksi dan obstructive jaundince.
Dalam
lead poisoning, ekskresi
coproporphyrin III dalam urin dengan jelas diangkat diatas kisaran yang terjadi
di jenis penyakit lain. Ekskresi coproporphyrin bisa meningkat dari normal
menjadi diatas 250 µg/hari bisa sampai 40 kali lebih tinggi, yaitu sekitar 10
mg/hari. Pengukuran level coproporphyrin III cukup penting untuk diagnosa dan
manajemen klinis harian pasien dengan lead posioning.
Penentuan
Screening
test adalah tersedia untuk identifikasi porphobilinogen dan coproporphyrin
Porphobilinogen – Watson-Schwartz Test
- Masukkan
2,5 ml urin segar kedalam tabung tes
- Tambahkan
2,5 ml reagent Ehrlich dan campur
Paradimethylaminobenzaldehyde 3,5 gm
Asam hydrochloric terkonsentrasi 750 ml
Air yang disuling 500
ml
- Tambahkan
5 ml sodium acetate jenuh (1 kg sodium acetate yang dilarutkan dalam 1
liter air pada suhu 600c) dan campur dengan baik
- Warna pink
kemerah-merahan yang muncul pada waktu ini mengindikasikan porphobilinogen
atau Ehrlich lainnya mereaksi substansi seperti urobilinogen
- Tambahkan
5 ml chloroform, goncang, dan sentrifus atau biarkan berdiri dan endapkan
- Lapisan
chloroform akan ke dasar, dengan membawa urobilinogen dan Ehrlich lainnya
mereaksi substansi-substansi.
- Jika
porphobilinogen ada, lapisan yang paling atas akan beralih menjadi warna
merah atau merah keunguan.
Tes Coproporphyrin untuk mendeteksi lead
poisoning
- Masukkan 5
ml urin pada tabung tes
- Tambahkan
1,0 ml asam acetic glacial
- Kemudian
tambahkan 5 ml ethyll ether
- Tambahkan
3 tetes dari 3% hydrogen peroxide segar
- Sumbat
tabung tes. Campur dengan inversi 8 sampai 12 kali
- Biarkan
berdiri selama 10 sampai 15 menit sampai lapisan ether berpisah.
- Uji tabung
pada sebuah ruangan gelap dengan cahaya ultraviolet yang direfleksikan
(cahaya Wood) untuk mendeteksi fluorescence pada lapisan ether yang paling
atas. Fluorescence biru muda menandakan jumlah negatif atau normal
coproporphyrins pada urin. Fluorescence berkisar pada warna dari ungu dan
merah jambu ke merah jambu muda dan kemudian merah jambu tua menunjukkan
konsentrasi +1 sampai +4 coproporphyrin.