TOKSIKOLOGI EXPERIMENTAL
Tujuan :
- Menguji zat-zat kimia / toksikan dari segi
efek negatif dan efek positif terhadap mahluk hidup dan lingkungan dengan
menggunakan probandus ( bintang, tumbuhan, jamur/algae) dengan metode tertentu.
Terdiri atas :
a. Farmakokinetik → penelitian, mengenai nasib
obat/toksikan didalam tubuh yang menyangkut absorbsi, distribusi, redistribusi,
biotransformasi dan ekskresi → dilakukan secara kuantitatif dari zat tersebut
dari dalam cairan biologik/organ tubuh
b. Uji
Farmakodinamik, untuk mengetahui efek yang menonjol dari zat tersebut terhadap
probandus.
c. Uji Toksikologi bertujuan untuk menilai efek
racun terhadap organisme, menganalisis, secara obyektif resiko yang dihadapi
akibat racun di lingkungan.
Yang perlu diperhatikan :
- Probandus (hewan uji : tikus putih,
kelinci, marmut, anjing, babi, kera, orang utan)→ syarat : sehat, berat badan
sesuai, umur, makanan, karantina, isolasi.
- Sifat hewan uji : suka tidur, suka makan,
lincah, liar, jinak, ganas, dll.
- Pemilihan hewan uji
- Sifat toksikan/zat : menguap, cair, padat,
mudah terbakar, dll.
- Dosis toksikan/zat yang digunakan :
· LD 50 (Letal Dose 50)→ dosis kematian 50%
pada hewan uji
· LC 50 (Letal Concentration 50)→
konsentrasi zat yang digunakan yang menyebabkan kematian 50 % pada probandus.
- Pemilihan hewan uji tergantung pada uji
toksisitasnya dan tingkatan dalam uji toksisitas.
Tingkat 1 : uji pemaparan aktif
(toksisitas akut). Terjadi pada dosis tinggi, waktu pemaparan pendek, dengan
efek parah dan mendadak dimana organ adsorpsi dan ekskresi yang terkena
berlangsung < 24 jam.
Tujuan :
§ Menggambarkan kurva dosis dan respon untuk
kematian dan memungkinkan cacat tubuh
§ Uji iritasi mata dan kulit
§ Membuat saringan pertama untuk mutagenik
aktivitas.
Tingkat
2 : uji pemaparan subkronis (jangka
menengah). Berlangsung 3 bulan.
Tujuan
: Menggambarkan kurva dosis dan respon (pajanan 90 hari).
- Uji toksisitas pada organ, cacat kematian,
penurunan BB, hematologi, kimia klinik, membuat sayatan pada jaringan secara
mikroskopik
§ Menyiapkan jaringan ke 2 untuk aktivitas
mutagenik
§ Uji reproduktif dan cacat lahir
(teratologi).
§ Uji farmakokinetik pada hewan uji :
ADME (absorpsi, distribusi, metabolisme,ekskresi)
Tingkat
3 : Uji
paparan Kronis (toksisitas kronis) terjadi pada dosis rendah, pemaparan
menahun, gejala tidak mendadak/gradual. Intensitas efek dapat parah/tidak.
Tujuan :
§ Melakukan uji mutagenecity pada hewan
mamalia
§ Melakukan uji karsinogenik pada hewan
pengerat.
§ Menguji farmakokinetik pada manusia
§ Bandingkan data epidemiologi pada pajanan
akut dan kronis.
METODE UJI
TOKSISITAS
Dibagi menjadi 2 yaitu:
1). Uji
toksisitas kualitatif → untuk mengetahui ada tidaknya senyawa toksiknya yang
dapat menyebabkan keracunan pada mahluk hidup.
§ Biasanya dilakukan atas dasar gejala yang
timbul dari segi organ yang terkena racun : ginjal, hati, sistem saraf, dll.
§ Respon tubuh terhadap racun tidak
spesifik, karena tidak ada gejala spesifik.
Misalnya:
Gejala: Fibrosus penyebabnya SiO2, Fe, asbes, Co, Dll. Demam
penyebabnya : Mn, Zn, Pb dll.
Cara
pemeriksaan : SSA ( spektrofotometer serapan atom). Atau metode klasik (reaksi
golongan).
2). Uji
toksisitas kuantitatif → untuk menetapkan kadar dari senyawa kimia penyebab
keracunan. Uji ini dapat dilakukan ditinjau dari lamanya waktu (akut,
subkronis, kronis). Sebelum melakukan uji ini, harus mengetahui sifat kimia dan
fisika toksikan.
Tujuan
: Mencari dosis aman, nilai tengah (dosis lazim), kriteria standar kualitas
lingkungan atau untuk produk kadar toksikan.
CARA SAMPLING PADA KERACUNAN
Yang perlu diperhatikan : gejala yang
timbul, organ yang terpapar, keadaan tubuh/ mahluk hidup yang terpapar (bisa
dari bau), lama kontak dengan toksikan.
Toksikan harus dicatat
Sampling yang boleh dilakukan pada organ
keracunan :
§ Muntahan
§ Bilasan lambung
§ Sisa makanan/minuman
§ Kulit/kerokan
§ Urine
§ Darah
§ Organ tubuh : Ginjal, hati, paru-paru,
otot dll