LAPORAN PENJERNIHAN AIR
LATAR
BELAKANG
Air merupakan
suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kehidupan manusia, karena
air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, pertanian,
industri, perikanan, dan rekreasi.
Air merupakan
senyawa kovalen biner yang tersusun dari dua macam atom (H dan O) dengan rumus
molekul H2O. Air adalah suatu senyawa kimia yang termasuk zat kimia
yang dapat dijumpai dalam tiga fasa, yaitu gas, cair dan padat. Dalam bentuk
gas, air terdapat di udara yang sumbernya dari penguapan air yang ada di darat
dan di laut. Dalam bentuk cair, air terdapat di permukaan bumi dalam jumlah
besar yaitu mencapai 97 % dari total ketersediaan air, sedangkan dalam bentuk
padat terdapat sebagai salju dan es abadi sekitar 25 %. Pada ketiga fasa,
secara kimiawi air tidak berubah dan mempunyai rumus H2O.
Air mempunyai
daya larut tinggi, kepadatan dan panas tertentu. Dari kemampuan tersebut air
mendukung keberadaan ekosistem alam di bumi, mendukung kebutuhan manusia dalam
berbagai kehidupan terutama kebutuhan untuk minum.
Proses
penjernihan air menggunakan tawas merupakan yang paling aman dan efektif dalam proses
sterilisasu dari pencemar organik. Melakukan
sistem pengolahan limbah rumah tangga yang murah dan mudah diterapkan juga
dapat memberi hasil yang optimal dalam mengolah dan mengendalikan limbah rumah
tangga sehingga dampaknya terhadap lingkungan dapat dikurangi.
PERCOBAAN
VII
I.
Judu Praktikum :
Penjernihan Air
II.
Tujuan Praktikum :
1. Untuk
menegtahui pada konsentrasi berapa penambahan tawas yang paling optimum untuk
menjernihkan air.
2. Untuk
mengetahui pH sampel air rawa mendekati normal.
III. Landasan
Teori
Air merupakan
materi esensial dalam kehidupan. Bukti-bukti menunjukkan semakin tinggi taraf
kehidupan, jumlah kebutuhan air semakin meningkat. Kebutuhan yang meningkat
mendorong pengadaan sumber air baru, misalnya yang berasal dari air tanah,
mengolah dan menawarkan air laut, maupun mengolah dan menyehatkan kembali
sumber air kotor yang telah tercemar seperti air sungai dan danau. (Winarno,
1986).
Nilai pH air normal adalah sekitar
netral, yaitu antara pH 6-8, sedangkan pH air yang terpolusi, misalnya air
buangan, berbeda-beda tergantung dari jenis buangannya. Sebagai contoh, air
buangan pabrik pengalingan mempunyai pH 6.2-7.6,air buangan air susu dan produk-produk
susu biasanya mempunyai pH 5.3-7.8, air buanga pabrik bier mempunya pH 5.5-7.4,
sedangkan air buangan pabrik pulp dan kertas biasanya mempunyai pH 7.6-9.5.
Pada indusri-industri makanan,
peningkatan keasaman air buangan umumnya disebabkan oleh kandungan asam-asam
organik.Air buangan indusrri-industri bahan anorganik pada umumnya mengandung
asam mineral dalam jumlah tinggi sehingga keasamanya juga tinggi atau pHnya
rendah. Adanya komponen besi sulfur (FeS2) dalam jumlah tinggi di dalam air
juga akan meningkatkan keasamanya karena FeS2 dengan udara dan air akan
membentuk H2SO4 dan besi atau (Fe) yang larut (Djajaningrat & Harry, 1993).
Perubahan pengasaman pada air buangan,
baik ke arah alkali (pH naik) maupun ke arah asam (pH menurun), akan sangat mengganggu
kehidupan ikan dan hewan air di sekitarnya. Selain itu, air buangan yang
mempunyai pH rendah bersifat sangat korosif terhadap baja dan sering
menyebabkan pengkaratan pada pipa-pipa besi (Djajaningrat & Harry, 1993).
Proses penjernihan air
menggunakan tawas merupakan
yang paling aman dan efektif dalam proses sterilisasu dari pencemar organik.
Melakukan sistem pengolahan limbah rumah tangga
yang murah dan mudah diterapkan juga dapat memberi hasil yang optimal dalam
mengolah dan mengendalikan limbah rumah tangga sehingga dampaknya terhadap
lingkungan dapat dikurangi.Salah satu cara untuk limbah rumah tangga ini dengan
pemnfaatan sumber daya alam yang telah diketahui memiliki kaitan erat dengan
proses penjernihan air limbah rumah tangga,dengan berbagi jenis tanaman air
yang tumbuh pada kolam-kolam atau genangan air disekitar permukiman (Prabhakar,
2009)
Air memiliki sifat pelarut yang baik
sehingga dapat melarutkan bahan-bahan organik sisa-sisa
pembuangan(limbah).Bahan-bahan organik yang terlarut ini akan mengalami
penguraian dan pembusukan,peristiwa inilah yang menyebapkan air menjadi
tercemar.Air yang tercemar ini mempunyai kadar oksigen yang menurun dratis
sehingga biota air akan mati.Ciri-ciri air yang tercemar dapat dilihat secara
kualitatif yaitu warna,viskositas dan bau.(Arutanti, Osi ; 2009).
IV. Alat
Dan Bahan
A. Alat
yang digunakan :
1. Batang
pengaduk
2. Beaker
gelas
3. Botol
semprot
4. Corong
gelas
5. Erlenmeyer
250 mL
6. Gelas
kimia 250 mL
7. Karet
penghisap
8. Labu
ukur 100 mL, 1000 mL
9. Pipet
ukur 10 mL, 50 mL
10. Pipet
tetes
11. Pipet
volume 50 mL
B. Bahan
yang digunakan :
1. Aquadest
2. Koagulan
( tawas )
3. Kertas
pH universal
4. Kertas
saring
5. Sampel
air rawa
V.
Perhitungan Dan Pembuatan Reagen
1. Perhitungan
reagen
1 ppm =
1 mg/L
1000 ppm =
1000 mg/L = 1 gram
a. Untuk
konsentrasi 10 ppm, 100 mL
Ppm1 . V1 = ppm2 . V2
1000 . V1 = 10 . 100
V1 =

V1 = 1 mL
b. Untuk
konsentrasi 30 ppm, 100 mL
Ppm1 . V1 = ppm2 . V2
1000 . V1 = 30 . 100
V1 =

V1 = 3 mL
c. Untuk
konsentrasi 50 ppm, 100 mL
Ppm1 . V1 = ppm2 . V2
1000 . V1 = 50 . 100
V1 =

V1 = 5 mL
d. Untuk
konsentrasi 80 ppm, 100 mL
Ppm1 . V1 = ppm2 . V2
1000 . V1 = 80 . 100
V1 =

V1 = 8 mL
e. Untuk
konsentrasi 100 ppm, 100 mL
Ppm1 . V1 = ppm2 . V2
1000 . V1 = 100 . 100
V1 =

V1 = 10 mL
2. Perhitungan
reagen
a. Untuk
konsentrasi 10 ppm, 100 mL
1. Dipipet
1 mL larutan induk
2. Dimasukkan
ke labu ukur 100 mL
3. Dicukupka
volumenya dengan aquadest sampai tanda batas
4. Dihomogenkan
b. Untuk
konsentrasi 30 ppm, 100 mL
1. Dipipet
3 mL larutan induk
2. Dimasukkan
ke labu ukur 100 mL
3. Dicukupka
volumenya dengan aquadest sampai tanda batas
4. Dihomogenkan
c. Untuk
konsentrasi 50 ppm, 100 mL
1. Dipipet
5 mL larutan induk
2. Dimasukkan
ke labu ukur 100 mL
3. Dicukupka
volumenya dengan aquadest sampai tanda batas
4. Dihomogenkan
d. Untuk
konsentrasi 80 ppm, 100 mL
1. Dipipet
8 mL larutan induk
2. Dimasukkan
ke labu ukur 100 mL
3. Dicukupka
volumenya dengan aquadest sampai tanda batas
4. Dihomogenkan
e. Untuk
konsentrasi 80 ppm, 100 mL
1. Dipipet
8 mL larutan induk
2. Dimasukkan
ke labu ukur 100 mL
3. Dicukupka
volumenya dengan aquadest sampai tanda batas
4. Dihomogenkan
VI. Prosedur
Kerja
1. Pembuatan
larutan tawas 1000 ppm
1. Di
timbang 1 gram tawas
2. Dilarutkan
dengan aquadest dalam gelas kimia
3. Dipindahkan
ke labu ukur 1000 mL
4. Dicukupkan
volumenya dengan aquadest sampai tanda batas
5.
Dikocok dan diberi etiket
Dikocok dan diberi etiket
2. Penjernihan
Air
1. Dimasukkan
sampel air ke dalam gelas kimia 100 mL ( 5x )
2. Dilakukan
pengujian pH
3. Ditambahkan
10 mL larutan tawas konsntrasi 10, 30, 50, 80, 100 ppm
4. Dilakukan
pangadukan cepat 3 menit
5. Dilakukan
pengadukan lambat 5 menit
6. Didiamkan
selama 15 menit
7. Diamati
bentuk gumpalan ( flok ) dan kecepatan pembentukan flok.
8. Disaring
dengan kertas saring
9. Dilakukan
pengujian pH
10. Diamati
perubahan warna
11. Dipilih
konsentrasi perubahan tawas yang paling optimum terhadap penjernihan dan pH
sampel yang mendekati normal ( pH 7 ).
VII. Data
Pengamatan
Sampel air rawa
No.
|
Pengamatan
|
Variasi
|
konsntrasi
|
larutan
|
tawas
|
(
ppm )
|
|
|
10
|
30
|
50
|
80
|
100
|
1
|
Vol.
sampel ( mL)
|
100
|
100
|
100
|
100
|
100
|
2
|
pH
sebelum
|
7
|
7
|
7
|
7
|
7
|
3
|
pH
sesudah
|
6
|
7
|
7
|
7
|
7
|
4
|
Perubahan
warna
|
Keruh Bening |
||||
5
|
Kejernihan
|
++
|
+++++
|
++
|
++
|
++
|
6
|
Bentuk
flok
|
Pasir
halus
|
Pasir
halus
|
Pasir
halus
|
Pasir
halus
|
Pasir
halus
|
7
|
Warna
|
coklat
|
coklat
|
coklat
|
coklat
|
Coklat
|
VIII. Pembahasan
Penjernihan air merupakan suatu proses
tahap mengolah air, dimana digunakan suatu bahan koagulan untuk membantu
pembantu endapan partikel – partikel yang tidak dapat mengendap dengan
sendirinya secara gravitasi ( proses koagulasi ). Koagulan yang digunakan pada
praktikum ini yaitu tawas atau amilum.
Tawas atau amilum merupakan sejenis
koagulan dengan rumus kimia Al2SO4 . 11 H2O atau 14 H20 atau 18 H20. Semakin
banyak ikatan molekul hidrat makan semakin banyak ion lawan yang nantinya akan
ditangkap akan tetapi umunya tidak stabil. Tawas merupakan senyawa kimia berupa
garam sulfat yang memiliki banyak sekali ragamnya salah satunya adalah
aluminium sulfat yang banyak digunakan oleh PDAM.
Penjernihan air yang dilakukan pada
praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pada konsentrasi berapa penambahan
tawas yang paling optimum untuk menjernihkan air, dan untuk mengetahui pH
sampel air rawa mendekati normal.
Reagen yang digunakan mempunyai
konsentrasi 10 ppm, 30 ppm, 50 ppm, 80 ppm,dan 100 pmm. Pada praktikum ini dilakukan
penjernihan air pada lima labu Erlenmeyer dengan masing – masing volume 100 mL.
Sebelum dimasukkan atau disaring dalam
labu Erlenmeyer sampel air disimpan dalam gelas kimia dimana sampel air
tersebut ditambahkan variasi konsentrasi larutan tawas ( ppm ) dengan
konsentrasi berbeda pada masing – maisng gelas kimia.
Setelah penambahan larutan tawas maka
sampel air didiamkan 15 menit setelah dilakukan pengadukan. Pada prosedur
kerjanya dilakukan pengujian pH sebelum dan setelah penambahan larutan tawas untuk
kemudian dilakukan perbandingan pH untuk melihat perubahannya. pH yang baik
untuk penjernihan air ini yaitu pada pH 7. Pada pH 7 terbentuk Al ( OH ) – 4.
Flok – flok Al ( OH )3 mengendap berwarna putih.
Setelah dilakukan praktikum didapatkan
hasil yang baik pada labu Erlenmeyer ke 2 dengan variasi konsentrasi larutan
tawas 30 ppm. Pada labu Erlenmeyer
lainnya. Dimana pH sebelum dan setelah pemberian tawas tetap pada pH 7.
Kejernihannya disimbolkan dengan +5 dengan bentuk flok pasir halus yang berwarna
coklat.
IX. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan bahwa konsentrasi penambahan tawas yang paling optimum untuk
menjernihkan air yaitu, 30 ppm dimana sampel air mengalami pH optimum yaitu 7
dan kejernihannya ( +++++ ), bentuk flok pasir halus dan berwarna coklat.
Daftar
Pustaka
Prabakhar,
A. 2008. The Effect of Water Purification System on Fluride Content of Drinking Water.
M. Aryanti. 2009.
Penjernihan Air Sungai sefLahan Gambut Menggunakan Karbon Aktif Gambut. Jakarta : Universitas
Indonesia press.
Djajaningrat, Surna T. dan Harry Harsono Amir. 1993. Penilaian Secara Cepat Sumber- Sumber
Djajaningrat, Surna T. dan Harry Harsono Amir. 1993. Penilaian Secara Cepat Sumber- Sumber