Yazhid Blog

.

Kamis, 05 Januari 2017

PERBEDAAN BANK DARAH RUMAH SAKIT (BDRS) DENGAN UTD

PENGETIAN, KEDUDUKAN DAN FUNGSI     1.        Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) Suatu unit pelayanan di rumah sakit yang bertanggung ja... thumbnail 1 summary

PENGETIAN, KEDUDUKAN DAN FUNGSI
    1.       Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)
Suatu unit pelayanan di rumah sakit yang bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi yang aman, berkualitas dan dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.
   2.       Unit Transfusi Darah (UTD)
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan donor darah, penyedia darah dan pendistribusian darah.

ALUR DAN TATA KERJA PELAYANAN
   1.       UTD menyiapkan dana atau menyerahkan darah ke BDRS RS ( bank darah rumah sakit ) yang telah diserologi terhadap Hepatitis B, Hepatitis C, Sifilis dan HIV. Sesuai dengan kebutuhan pasien
   2.       Petugas BDRS melakukan Crossmatc (uji silang serasi)
   3.       Darah yang sudah diproses/uji silang serasi, diambil oleh perawat ruangan untuk ditransfusikan kepada pasien yang namanya sesuai tercantum dalam formulir permintaan darah
    4.       Bila darah yang dibutuhkan belum segera digunakan maka perawat ruangan menitipkan kembali ke BDRS.

Hak Dan Kewajiban
Pihak pertama (BDRS)
   1.  Meminta sejumlah kantong darah yang diperlukan untuk kebutuhan pelayanan darah di BD  RS
    2.   Membayar sejumlah dana berdasarkan tagihan darah yang digunakan BDRS kepada pihak UTD

Pihak kedua (UTD)

    1.       Mendistribusikan darah sesuai dengan permintaan BDRS dengan tata cara yang telah disepakati.
     2.       Mengajukan tagihan kepada pihak pertama setiap bulan sesuai jumlah kantong darah yang digunakan pada pasien kepada pihak pertama.

STANDAR PELAYANAN TRANSFUSI DARAH
    1.       Sistim manajemen mutu pelayanan darah
    2.       Pelayanan transfuse darah di Unit transfuse darah
    3.       Pelayanan transfuse darah di Bank darah Rumah Sakit
    4.       Pemberian transfuse darah kepada pasien

    5.       Sistim informasi pelayanan darah

MAKALAH GASTROENTERITIS HEMORRAGIKA

Studi Literatur: Gastroenteritis Hemorragika PEMBAHASAN Gastroenteritis adalah suatu bentuk peradangan pada traktus gastrointesti... thumbnail 1 summary

Studi Literatur: Gastroenteritis Hemorragika


PEMBAHASAN

Gastroenteritis adalah suatu bentuk peradangan pada traktus gastrointestinal baik pada lambung dan usus halus yang mengakibatkan diare akut. Peradangan dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, toksin dan parasit. Beberapa jenis bakteri yang seringkali menyebabkan peradangan adalah Salmonella sp, Shigella sp, Staphylococcus sp, Campylobacter jejuni, Clostridium sp, Escherichia coli dan Yersinia sp (Anonimous a 2008).
Gastroenteritis seringkali menyebabkan sakit pada abdomen, diare, muntah dengan infeksi noninflamatori pada usus halus dan infeksi disertai inflamasi pada kolon (Anonimous a 2008). Diare yang menyertai penyakit ini merupakan diare yang bersifat akut. Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare non inflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan oleh invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi diare berlendir dan berdarah. Gejala klinis yang menyertai adalah keluhan abdomen seperti nyeri, mual, muntah, demam, tenesmus dan dehidrasi (Zein et al 2004).
Pada diare non inflamasi disebabkan oleh enterotoksin yang mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat cairan pengganti (Anonimous a 2008). Peradangan yang bersifat akut, biasanya terjadi selama 10 hari dengan gejala klinis yaitu nausea, muntah, lemah, diare, anoreksia, kesakitan pada abdomen. Diare encer yang frekuen biasanya diakibatkan oleh infeksi virus sedangkan diare berdarah sering oleh infeksi bakteri (Anonimous a 2008).
Penyakit gastroenteritis dapat menyebabkan letargi, demam ringan, dehidrasi, takikardi, turgor kulit buruk, bulu kusam, perfusi jantung rendah dan shock. Gastroenteritis hemorragi ditandai dengan diare berdarah yang akut pada anjing sehat. Predisposisi penyakit ini adalah anjing muda, toy dan miniatur dengan tingkat mortalitas yang tinggi pada anjing yang tidak diterapi. Sekitar 10% anjing mengalami kematian akibat penyakit ini dan 10-15% terserang kembali (Merckvetmanual 2008).

Etiologi
Penyebab penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Clostridium perfringens telah diperoleh dari kultur beberapa anjing dalam kasus penyakit ini tapi penyebab kejadian penyakit tidak diketahui secara pasti. Eschericia coli strain nontoxigenic juga telah terdeteksi pada anjing. King Charles Spaniels, Shetland Sheepdogs, Pekingese, Yorkshire Terriers, Poodles, and Schnauzers merupakan jenis anjing yang sering terserang penyakit ini dibanding ras anjing lain. Reaksi hipersensitivitas dan stres juga dapat mendukung kejadian penyakit.
Meskipun tidak ada penyebab pasti yang ditemukan, permeabilitas vaskular meningkat dengan signifikan. RBC, plasma dan cairan tubuh masuk ke dalam lumen usus. Peradangan dan nekrosis jarang terlihat. Peningkatan permeabilitas usus dapat menimbulkan reaksi hipersensitifitas tipe I. Kontraksi splenik dan hilangnya cairan ke dalam lumen usus mengakibatkan meningkatnya PCV dan serum normal total protein konsentrasi rendah yang stabil (Merckvetmanual 2008).

Temuan klinis
Penyakit ini seringkali terjadi pada anjing usia 2-4 tahun disertai muntah, diare berdarah, anoreksia dan depresi yang jika tidak ditangani akan menyebabkan shock hipovolemik akibat kehilangan cairan dan elektrolit dalam lumen intestinal. Penyakit ini tidak bersifat contagius dan seringkali timbul tanpa adanya perubahan pakan, lingkungan atau rutinitas harian. Pada pemeriksaan klinis ditemukan CRT (capillary refill time) yang lama disertai pulsus yang lemah, turgor kulit buruk dan temperatur yang normal sampai subnormal. Pemeriksaan biokomia ditandai dengan hemokonsentrasi PCV >60% dan adanya peningkatan kadar enzim hepatik serta peningkatan BUN yang mengarah pada kejadian azotemia prerenal (Merckvetmanual 2008).
Diagnosa
Diagonosa didasarkan pada gejala klinis yang tampak, adanya diare berdarah disertai peningkatan PCV > 60%. Perlu dilakukan pengujian terhadap penyebab pendarahan pada gastrointestinal sering diakibatkan oleh adanya infeksi Parvovirus, Coronavirus, Campylobacter spp, Salmonella spp, Clostridium spp , Escherichia coli, leptospirosis, koksidia, giardisis dan cacing pita. Selain itu tumor gastrointestinal, colitis, ulserasi, obtruksi intestinal (intususepsio), pankreatitis, trombositopenia dan hipoadrenocortism dapat mengakibatkan pendarahan pada gastrointestinal (Merckvetmanual 2008).
Tanda dan Gejala
Tanda umum pada gastroenteritis adalah:
a.                   diare
b.                  muntah
c.                   mual
d.                  kram perut
e.                   kelemahan
f.                    demam
Pengkajian
Selalu menggunakan pendekatan ABCDE.
Airway
a.                   pantikan kepatenan jalan napas
b.                  siapkan alat bantu untuk menolong jalan napas jika perlu
c.                   jika terjadi perburukan jalan napas segera hubungi ahli anestesi dan bawa ke ICU
Breathing
a.                   kaji respiratory rate
b.                  kaji saturasi oksigen
c.                   berikan oksigen jika ada hypoksia untuk mempertahankan saturasi > 92%
d.                  auskultasi dada
e.                   lakukan pemeriksaan rontgent
Circulation
a.                   kaji denyut jantung
b.                  monitor tekanan darah
c.                   kaji lama pengisian kapiller
d.                  pasang infuse, berikan ciaran jika pasien dehidrasi
e.                   periksakan dara lengkap, urin dan elektrolit
f.                    catat temperature
g.                   lakukan kultur jika pyreksia
h.                  lakukan monitoring ketat
i.                     berikan cairan per oral
j.                     jika ada mual dan muntah, berikan antiemetik IV.

Disability
a.         kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
Exposure
a.                   kaji riwayat sedetil mungkin
b.                  kaji makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya
c.                   kaji tentang waktu sampai adanya gejala
d.                  kaji apakah ada anggota keluarga atau teman yang terkena
e.                   apakah sebelumnya baru mengadakan perjalanan?
f.                    Lakukan pemeriksaan abdomen
g.                   Lakukan pemeriksaan roentgen abdominal
h.                  Ambil samper feses untuk pemeriksan mikroskopi, kultur dan sensitivitas
i.                     Berikan anti diare seperi codein atau loperamide sampai hasil kultur diketahui
j.                     Jangan dulu berikan antibiotic sampai dengan hasil kultur diketahui
k.                   Laporkan jika mengalami keracunanan makanan

Terapi
Terapi awal yang dianjurkan untuk penyakit ini adalah cairan infus Ringer Dextrose 5% (50 ml/kgBB/hari) dan antibiotik (Ampicillin 20 mg/kg IV dan Gentamicin 2.2 mg/kg SC) (Anonimous b 2008). Kalium klorida juga dapat digunakan dalam terapi cairan IV. Makanan dan minuman dihentikan selama 2-3 hari selama diare dan dapat diberikan lagi setelah muntah berhenti (Merckvetmanual 2008).
Terapi yang sering digunakan untuk penyakit ini adalah antibiotik parenteral yang sangat potensial untuk kejadian septisemia dan adanya infeksi C.perfringens adalah Ampicillin (10–20 mg/kg IV). Kombinasi Ampicillin dengan Aminoglycosida (Gentamicin 6-10 mg/kg IV) atau fluoroquinolon (enrofloxacin 5-10 mg/kg). Terapi alternatif lain adalah Trimethoprimsulfa atau Cephalosporin. Pemberian glukokortikoid (Dexamethason sodium fosfat 0,5-1,0 mg/kg IV) short acting diberikan pada anjing yang mengalami shock. Transfusi darah dianjurkan apabila telah kehilangan banyak darah meskipun jarang dilakukan (Twedt 1996).


Recent Posts